Ilustrasi tidur mulut terbuka (Shutterstock)
Satu teori mengatakan kalau hypnic jerk terjadi karena otak kita sedang diperebutkan oleh dua sistem saraf. Namun, faktanya rasa bangun kita itu enggak dikontrol oleh satu sistem saraf saja.
Ibarat tombol lampu di rumah kita, di dalam otak kita terdapat saraf ventrolateral pre-optik nukleus atau VLPO yang bertugas mengatur rasa kantuk kita. Ada juga saraf reticular activating system yang berusaha mengatur rasa bangun kita.
Kedua sistem saraf ini saling tarik menarik untuk mengtrol rasa kantuk dan bangun kita. Kemudian saat saraf VLPO berusaha menidurkan kita, kadang kala saraf reticular activating system belum sepenuhnya ter-nonaktifkan.
Jadi, saraf ini menjadi sedikit aktif kembali sehingga menyebabkan kita terbangun dengan rasa seperti mau jatuh dan terjadilah fenomena hypnic jerk.
Teori lain mengatakan kalau hypnic jerk terjadi karena refleks masa lalu kita sebagai manusia purba. Lho, apa maksudnya, ya?
Menurut teori ini, saat menjadi manusia purba kita biasa tidur di atas pohon dan harus menjaga diri agar enggak terjatuh. Saat posisi tidur kita enggak tepat atau mau terjatuh, otot kita saat itu langsung refleks menimbulkan rasa jatuh sehingga kita jadi terbangun!
Waduh, ada ada saja ya! Yang pasti, fenomena ini enggak perlu kamu resahkan karena memang wajar dialami manusia.
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.