Menu

Terlalu Lama Bermain Gadget Dapat Berakibat Buruk untuk Anak!

14 Januari 2020 11:00 WIB
Terlalu Lama Bermain Gadget Dapat Berakibat Buruk untuk Anak!

Seorang wanita sedang memainkan gadget. (Unsplash/Priscilla Du Preez)

HerStory, Jakarta —

Rata-rata orang di Amerika Serikat menghabiskan sekitar 3 jam untuk bermain gadget setiap hari. Para psikolog bahkan mengatakan bahwa keluarga zaman sekarang menghabiskan lebih banyak waktu sendirian bersama gadgetnya. Artinya orang tua hadir secara fisik tetapi mengorbankan waktu berharga bersama anak-anak mereka demi gadget. Dan pada akhirnya, anak-anaklah yang harus menanggung konsekuensi berbahaya dari gaya hidup seperti itu.

Memang rasanya enggak mungkin di zaman serba teknologi ini untuk enggak menggunakan gadget, namun segala yang berlebihan itu pasti akan berakhir buruk. Melansir laman brightside berikut ini dampak buruk pada perkembangan anak ketika orang tua sibuk dengan gadgetnya

1. Kemungkinan memiliki masalah dengan perkembangan sosial.

Sedikitnya perhatian orang tua tidak hanya membuat anak-anak kurang inisiatif dan murung, tetapi juga dapat merusak perkembangan otak. Para peneliti dari University of California menemukan bahwa perhatian yang terpecah dapat memiliki pengaruh negatif pada perkembangan anak dan itu juga menjadi penyebab gangguan emosional.

Bahkan hal-hal kecil seperti berkirim pesan dapat memiliki dampak negatif dalam jangka panjang. Anak-anak membutuhkan lingkungan yang stabil dan dapat diprediksi untuk memastikan perkembangan otak mereka. Dan kurangnya perhatian dapat meningkatkan risiko gangguan perkembangan tersebut dan menyebabkan masalah psikologis seperti depresi atau perilaku berisiko.

Baca Juga: Dear Bunda! Lakukan Cara Ini Saat Anak Memasuki Usia Golden Age

2. Menjadi mudah marah

Para psikolog mengatakan bahwa orang tua harus menetapkan batasan penggunaan gadget, enggak hanya untuk anak-anak saja tetapi juga untuk diri mereka sendiri. Beberapa anak mungkin mulai berakting dan menunjukkan tanda-tanda agresi ringan, seperti merusak ponsel orang tua mereka untuk akhirnya mendapatkan perhatian yang diinginkan.

Kurangnya perhatian membuat anak merasa tersisih dan merasa enggak cukup menarik untuk dicintai. Ini merusak harga diri mereka dan menyebabkan masalah perilaku.

3. Enggak melihat orang tua sebagai panutan yang baik

Para peneliti mengamati keluarga di restoran cepat saji dan menemukan bahwa sekitar 70i mereka menggunakan ponsel mereka selama makan. Beberapa anggota keluarga bahkan segera mengeluarkan ponsel mereka ketika mereka duduk di meja. Dengan cara ini, orang tua menghilangkan kesempatan anak-anak mereka untuk terlibat dalam interaksi tatap muka dan belajar bagaimana harus berperilaku.

Anak-anak meniru perilaku orang tua mereka dan memperoleh keterampilan sosial melalui komunikasi dengan orang tuanya. Anak-anak belajar cara berkomunikasi, mengungkapkan cinta, dan menunjukkan minat pada orang lain seperti yang dilihat dari orang tuanya. Jika orang tua mereka enggak memberikan contoh, anak-anak mereka kehilangan keterampilan ini dan mungkin memiliki masalah dalam membangun hubungan emosional dengan orang lain di kemudian hari.

4. Merasa terluka karena harus bersaing dengan gadget untuk mendapatkan perhatian orang tua

Meskipun orang tua mencintai dan menghargai anak-anak mereka apa pun yang terjadi, penggunaan gadget yang berlebihan membuat anak-anak merasa mereka tidak cukup penting. Dan itu membuat mereka gila karena mereka harus bersaing untuk mendapatkan perhatian orang tua dengan benda mati, gadget.

Anak-anak perlu perhatian untuk merasa aman dan percaya diri karena itu mempengaruhi perkembangan emosionalnya dan membuatnya lebih mudah untuk berinteraksi dengan orang lain. Ketika anak-anak merasa bahwa orang tua mencintai dan menghargainya, mereka akan paham harga diri mereka dan tahu mereka sudah cukup baik dan enggak ada hal lain yang perlu dibuktikan.

5. Menjadi lebih pasif

Ikatan emosional antara orang tua dan anak-anak sesungguhnya kuat, tetapi rentan. Untuk membuktikannya, para peneliti mengevaluasi perilaku bayi berusia 7-24 bulan dalam situasi ketika ibu berhenti bermain dengan anak-anaknya dan mengalihkan perhatian ke telepon. Ternyata anak-anak menunjukkan tanda-tanda kesusahan dan tidak tertarik menjelajahi lingkungan di sekitar mereka ketika sang ibu menggunakan teleponnya.

Dan konsekuensi negatif ini muncul: semakin lama sang ibu menggunakan telepon, semakin terpisah dan enggak tertarik anak itu terhadap hal baru. Bahkan ketika ibu siap bermain bersama anak-anaknya lagi, mereka enggak melakukan komunikasi sebanyak sebelumnya.

Anak-anak mendambakan cinta dan perhatian dan merupakan tugas orang tua untuk memberikannya. Tidak apa-apa untuk menjawab panggilan darurat tetapi dalam kebanyakan kasus, lebih baik untuk meletakkan telepon dan menghabiskan waktu berkualitas dengan anak. Enggak hanya bahagia, hal itu juga berkontribusi pada perkembangan emosional anak.

Baca Juga: Transparan dan Terverifikasi, Alodokter Choice Hadir untuk Suguhkan Konsumen Informasi Akurat Soal Produk Kesehatan, Simak Yuk!

Baca Juga: Benarkah Pertanda Petaka?! Ini 5 Arti Mimpi Bertelepon, Ternyata Ada Makna Terselubung!

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.

Share Artikel:

Oleh: Nada Saffana