Menu

Peneliti Sebut Virus Corona Berasal dari Anjing yang Memakan Kelelawar, Apa Benar?

17 April 2020 11:30 WIB
Peneliti Sebut Virus Corona Berasal dari Anjing yang Memakan Kelelawar, Apa Benar?

Ilustrasi virus corona. (who.int/Edited by HerStory)

HerStory, Jakarta —

Dunia kini sedang mengalami pandemi virus corona. Hampir tersebar di seluruh dunia, virus ini awalnya terdeteksi di kota Wuhan, Cina. Namun, masih belum diketahui awal mula mengapa virus ini sampai bisa menyerang manusia.

Seperti diketahui sebelumnya, COVID-19 ini merupakan jenis virus baru yang menyerang manusia. Jenis virus ini termasuk golongan virus SARS dan MERS yang juga pernah jadi pandemi di tahun sebelumnya.

Baru-baru ini ada penelitian yang mengatakan bahwa pandemi virus corona mungkin dimulai oleh anjing liar yang makan daging kelelawar. Profesor Xuhua Xia, dari departemen biologi Universitas Ottawa, telah menyarankan bahwa anjing liar adalah perantara yang paling mungkin untuk transmisi Sars-CoV-2, virus penyebab COVID-19 ke manusia. Menurut penelitian, COVID-19 berasal dari kelelawar yang menginfeksi usus anjing lalu berevolusi sebelum memapari manusia.

Baca Juga: Gawat! WHO: Virus Corona 10 Kali Lebih Mematikan dari Flu Babi

Namun, manusia dan mamalia dapat melawan virus ini melalui protein antivirus yang bermanfaat untuk menghentikan infeksi. Sementara itu, di waktu yang bersamaan bagian DNA bernama dinukleotida CpG di dalam tubuh memberi tanda ke sistem kekebalan untuk menyerang virus agar tak menginfeksi manusia. Meski begitu, virus corona baru ini yang memiliki strain tunggal bisa bertahan dari kekebalan tubuh manusia.

Dalam penelitian ini, Prof Xuhua juga mengungkapkan bahwa virus ini berkembang dalam pencernaan mamalia. Oleh sebab itu, banyak pasien yang positif corona mengalami gangguan di bagian pencernaan.

"Interpretasi ini semakin dikuatkan oleh laporan baru-baru ini bahwa sebagian besar pasien Covid-19 juga menderita gangguan pencernaan. Faktanya, 48,5% disajikan dengan gejala pencernaan sebagai keluhan utama mereka," katanya seperti dikutip dari Sky News (17/4/2020).

Baca Juga: Catat Ya! Ini Mitos-Mitos Seputar Virus Corona Berdasarkan WHO

Dengan penelitian ini, Prof Xuhua mengimbau masyarakat betapa pentingnya memantau anjing liar saat masa perang melawan Sars-CoV-2.

Berlawanan dengan Prof Xuhua, Profesor James Wood, kepala departemen Kedokteran Hewan dan peneliti dalam dinamika infeksi di Universitas Cambridge, tak yakin dengan hasil penelitian ini.

"Ada terlalu banyak kesimpulan dan terlalu sedikit data langsung. Saya tidak melihat apa pun dalam makalah ini untuk mendukung anggapan ini dan saya khawatir bahwa makalah ini telah diterbitkan dalam jurnal ini. Saya tidak percaya bahwa setiap pemilik anjing harus khawatir karena hasil dari penelitian ini ini," timpalnya.

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.

Share Artikel:

Oleh: Nada Saffana