Menu

Mengenal Penyakit Vaginismus: Kegagalan Penetrasi pada Wanita, Sering Dianggap karena Kurang Rileks

08 Oktober 2021 14:00 WIB
Mengenal Penyakit Vaginismus: Kegagalan Penetrasi pada Wanita, Sering Dianggap karena Kurang Rileks

Ilustrasi kegagalan penetrasi seksual karena penyakit vaginismus. (Freepik/edited by HerStory)

Tapi jangan khawatir, dr. Robbi menjelaskan bahwa penyakit vaginismus bisa disembuhkan. Pasalnya sudah cukup banyak bukti ilmiah mencantumkan bahwa ada sebuah kegiatan yang bisa dilakukan agar vaginismus sembuh.

“Jadi kalau orang bertanya ‘dok ada obat nggak untuk vaginismus?’ ya kalau obat minum tidak ada karena tidak pernah ada secara uji klinisnya bahwa obat a b c d bisa menyembuhkan vagisnismus. Namun bukti ilmiah menunjukkan bahwa yang bisa menyembuhkan vaginismus adalah proses dilatasi,” ungkap dr. Robbi.

Dilatasi merupakan sebuah proses di mana kekakuan pada otot vagina bisa ‘dihilangkan’ dengan meregangkan otot vagina menggunakan alat bantu dilator. Namun, dengan fakta bahwa vaginismus ini ada derajat keparahannya, jadi tidak semua orang bisa begitu saja melakukan dilatasi secara mandiri.

“Mengingat tak semua wanita bisa dilatasi mandiri, medis pun memiliki solusi yang biasa disebut prosedur dilatasi berbantu. Ini adalah sebuah prosedur medis yang kami lakukan sehari-hari dan prosedur ini didasarkan atas beberapa fakta ilmiah yang sangat jelas sangat valid,” jelas dr. Robbi.

“Yang kami kerjakan sehari-hari adalah prosedur dilatasi berbantu, dengan bukti ilmiah menunjukkan keberhasilan dilatasi mandiri yang benar dan manusiawi mencapai 99,9% waktu kurang dari 3 jam pasca prosedur dilakukan, pada berapapun derajat keparahan vaginismusnya. Jadi kita (ahli medis) harus memastikan strategi penyembuhan vaginismus itu benar, yaitu mewujudkan dilatasi yang benar, karena tidak semua penderita vaginismus bisa melakukan dilatasi mandiri begitu saja,” lanjut dr. Robbi.

dr. Robbi pun menekankan bahwa vaginismus memang bukan penyakit yang membahayakan nyawa, seorang wanita tak akan mati karena vaginismus, tetapi setiap waktu yang terbuang pada saat penderita mengalami kegagalan penetrasi, ada waktu yang terbuang dalam kesengsaraan.

“Data ilmiah terakhir membuktikan bahwa ternyata bukan faktor psikis yang menyebabkan vaginismus, justru terbalik, karena orang ini vaginismus dia jadi mengalami keburukan-keburukan penetrasi, sehingga kerusakan psikis muncul dan menjadi semakin memburuk,” ucap dr. Robbi.

“Gagal penetrasi/nyeri penetrasi itu seringkali dianggap fiksi, dianggap tak nyata padahal ini terjadi pada banyak orang, pada banyak perempuan. Gagal penetrasi itu nyata. Nyeri penetrasi itu nyata,” tutupnya.

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.

Halaman:

Share Artikel:

Oleh: Nada Saffana

Artikel Pilihan