Menu

Hamil dengan Preeklasmsia, Seberapa Bahaya? Cek Bocoran Dokter soal Pencegahan dan Penanganannya Moms!

12 Oktober 2021 18:30 WIB
Hamil dengan Preeklasmsia, Seberapa Bahaya? Cek Bocoran Dokter soal Pencegahan dan Penanganannya Moms!

Ibu hamil sedang memeriksakan tekanan darahnya. (Pinterest/Freepik)

dr. Aditya bilang, di negara-negara seperti Singapura dan Eropa, pemeriksaan dengan metode Biomarker sFlt-1/PIGF ini bukanlah hal baru, melainkan jadi sesuatu yang penting dan rutin dilakukan, serta value-nya pun sangat tinggi.

Kata dia, pengukuran Biomarker sFlt-1/PIGF ini penting dilakukan untuk memenuhi celah yang belum terpenuhi untuk prediksi preeklamsia, yakni dari standar pemeriksaan saat ini dipakai, yaitu menggunakan tekanan darah dan proteinuria

“Saat ini, ‘standar emas’ untuk mendiagnosis preeklamsia bergantung pada proteinuria dan pengukuran tekanan darah, namun keduanya bisa gak spesifik. Hal ini menyebabkan manajemen pasien yang gak tepat, menyebabkan rawat inap yang gak perlu dan diagnosis yang gak terjawab atau salah. Menurut saya, Biomarker sFlt-1/PIGF adalah metode yang andal untuk prediksi dan diagnosis dini preeklamsia,” tandas dokter yang lama menimba ilmu di King’s College Hospital London ini.

“Jadi kalau ada pertanyaan dari ibu hamil ‘apakah janin saya sehat?’, saya akan jauh lebih confident jawab kalau sudah ada pemeriksaan Biomarker. Karena bagi saya USG sekalipun 4D itu gak cukup, karena adakalanya si ibu gak ada risiko sama sekali, gak ada siwayat keluarga sama sekali, gak ada penyakit sama sekali, USG-nya bagus, tapi kemudian setelah diperiksa Biomarkernya jelek, ya berarti hasilnya memang seperti ini, dia mengidap preeklamsia,” sambung dr. Aditya.

Lantas, bagaimana jika ibu yang menderita preeklamsia sudah melahirkan, perawatan apa yang akan dilakukan?

Karena preeklamsia berisiko terulang kembali, menurut dr. Aditya, ibu yang sudah melahirkan akan berada dalam pemantauan ketat dan dikontrol lagi untuk mengetahui kondisi tekanan darahnya. Sebabnya, selang 10 hari setelah melahirkan, preeklamsia masih bisa bertahan.

“Makanya ibu yang melahirkan ini harus tetap dipantau ketat. Soal penanganannya sih gak ada perbedaan ya, kita tetap akan ingatkan dia agar kontrol teratur tentunya. Atau bisa juga si ibu tersebut diberi obat antihipertensi atau antikejang,” tuntas dr. Aditya.

Nah, semoga informasinya bermanfaat ya, Moms!

Baca Juga: Gak Cuma Kurangi Risiko Preeklampsia, Ternyata Blueberry Bisa Kurangi Stres Pada Moms Hamil, Simak Yuk 5 Manfaat Lainnya!

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.

Halaman: