Feriani Chung, Chief Marketing Officer ZAP Clinic. (Arsip Pribadi/Zap Clinic)
Sebagai pemimpin di bagian pemasaran, Feriani pun memaparkan tantangan yang dialami. Ia mengatakan bahwa tantangan terbesarnya adalah adaptasi serba digital dan virtual.
Kemudian Feriani juga mengatakan bahwa, "Hal yang paling challenging itu karena menjual produk yang sebenarnya bukan kebutuhan primer. Jadi harus balikin motivasi client untuk membeli produk atau treatment di ZAP."
Feriani juga menjelaskan hal-hal yang bisa membuat ZAP bertahan meskipun beberapa waktu lalu sempat menutup semua outlet ZAP.
"Contohnya kita mengembangkan e-commerce dengan menjual treatment. Misalnya mengeluarkan promo saat PPKM. Promo tersebut hanya bisa dibeli ketika PPKM berlangsung. Selain itu, ada inovasi lainnya kayak ZAP Health meskipun sudah diluncurkan dari tahun lalu. Mau gak mau kita harus adaptasi ke kesehatan juga, karena beauty belum tentu bisa bertahan," tutur Feriani.
"Kekuatan ZAP ada di digital. Supaya dicintai masyarakat, kita bikin campaign besar. Kita edukasi ke market mengenai industri kecantikan. Selain itu, kalo datang ke ZAP mau treatment melalui protokol kesehatan yang ketat, dengan melakukan swab dan sudah enggak pakai sprei lagi, tapi, pakai bedsheet satu orang itu ganti. Itu juga bisa menarik pelanggan karena keamanan sudah terjaga," sambungnya.
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.