Menu

Sederet Biang Kerok Fenomena Speech Delay, Ikuti Saran Pakar Ini Moms!

23 November 2021 12:20 WIB
Sederet Biang Kerok Fenomena Speech Delay, Ikuti Saran Pakar Ini Moms!

Ilustrasi anak mengalami speech delay (Getty Images/Edited By HerStory)

Kemudian yang keempat, sambung dr. Luh, usahakan anak melakukan kontak atau bermain dengan anak usia sebayanya.

“Saya sampaikan usahakan saja, karena ini sedang pandemi, orang tua tinggal cari caranya bagaimana, tapi mereka harus tetap berinteraksi. kemudian yang kelima, kalau anak usia 2 tahun itu sudah bisa diperintah, lakukan ini lakukan itu, karena misalnya yang sederhana aja kata buka, kata buka itu bisa buka pintu, buka baju, buka sepatu, buka tas, dari kata buka itu anak harus belajar menerjemahkan ke dalam aktivitas yang konkret. Jadi buka baju beda lho dengan buka pintu, beda lho dengan buka lemari es misalnya, atau buka tas. Jadi menurut kita yang sederhana buat anak itu sangat kompleks. Jadi latih terus-menerus anak untuk bisa menerjemahkan apa pola pikirnya ke dalam satu tindakan yang konkrit yang sesuai dengan kehidupannya sehari-hari.

Lalu yang kelima, saat orang tua berbicara dengan anak usahakan untuk selalu berada di level yang sama. Orang tua harus jongkok, jangan biarkan anak sampai mendongak, sehingga mereka melihat apa yang orang tuanya ucapkan.

“Jadi mereka tahu. Mereka melihat bibir orang tuanya bergerak, lidah bergerak. Kalau kita berada di ketinggian, mereka tidak bisa mendapatkan gambaran yang jelas mengenai bagaimana cara memproduksi hal tersebut,” imbuh dr. Luh.

Dikatakan dr. Luh, saat ini dirinya banyak mendapati orang tua yang membanggakan anaknya bisa melakukan sesuatu, semisal bisa membaca, tapi ternyata si anak belum bisa makan sendiri. Padahal, kata dr. Luh, kemampuan untuk melakukan secara mandiri itu adalah satu fondasi anak untuk memahami proses bagaimana mereka mampu mengungkapkan isi pikiran dalam bentuk kata maupun dalam bentuk kalimat.

“Banyak Moms and Dadd yang saya temukan pada praktek sehari-hari, anaknya umur 3-4 tahun sudah bisa baca, orang tuanya bangga. Tapi ternyata si anak nggak bisa buka baju sendiri, nggak bisa makan sendiri, padahal sesungguhnya kemampuan untuk melakukan secara mandiri itu adalah satu fondasi anak untuk memahami proses bagaimana mereka mampu mengungkapkan isi pikiran dalam bentuk kata maupun dalam bentuk kalimat. Ada yang tidak mungkin bisa dilakukannya kalau kita sebagai orang tua tidak memberikan kesempatan pada anak untuk belajar mengungkapkan, misalnya ‘dek, ambilkan apa misalnya gelas yang ada di atas meja kasih ke bapak’. Maksud saya, pada saat kita memerintah seperti itu, anak harus memahami gelas itu apa sih? Apa itu di atas, apa itu di bawah. Kemudian, mengambil. Dia harus berjalan, menjulurkan tangan, dll. Nah itu kan bentuk lain dari berbahasa. Jadi tidak melulu ujungnya adalah kata. Itu dulu yang dibangun. Apabila itu kemudian gak dipahami, jangan heran jika anak gak mampu berkata-kata,” pungkas dr. Luh.

Baca Juga: Moms-Dads Harus Pahami, Ini 4 Hal yang Akan Ditunjukkan Si Kecil Jika Kekurangan Kasih Sayang dari Keluarga

Baca Juga: 5 Jenis Makanan yang Bagus untuk Perkembangan Otak, Manfaatnya Gak Main-main Moms!

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.

Halaman: