Menu

Kecenderungan Homoseksual Bisa Terjadi Saat Dalam Kandungan, Begini Kata Pakar

08 Desember 2021 16:30 WIB
Kecenderungan Homoseksual Bisa Terjadi Saat Dalam Kandungan, Begini Kata Pakar

Ilustrasi janin (Halodoc)

HerStory, Bekasi —

Sebuah penelitian di Swedia yang diterbitkan dalam Journal Proceedings of the National Academy of Sciences menyebutkan otak seseorang homoseksual sama dengan seseorang heteroseksual dari jenis kelamin yang berbeda. 

Hasil ini menjadi bukti bahwa orientasi seksual sudah dapat ditentukan sejak dalam rahim.

Lalu bagaimana ini bisa terjadi? Dokter Roslan Yusni Al Imam Hasan, SpBS, dari RS Mayapada Jakarta Selatan, menjelaskan bahwa pada dasarnya semua janin pada awal periode kehamilan berjenis kelamin dan memiliki struktur otak perempuan.

Namun seiring dengan bertambahnya usia kehamilan, terjadi perubahan hormon yang membuat sebagian janin perempuan tumbuh menjadi janin laki-laki.

"Sampai usia 8 minggu semua janin manusia berjenis kelamin perempuan, sebagian di antaranya ada yang kemudian berubah menjadi laki-laki karena perubahan kadar hormon," ujar dokter yang akrab disapa Ryu pada diskusi yang dihelat LBH Jakarta di bilangan Cikini, Jakarta Pusat.

Perubahan ini, lanjut dia, mempengaruhi pula pada sistem saraf dan sirkuit di otak prakelahiran. Hal ini menyebabkan bermacam-macam variasi orientasi seksual, salah satunya adalah homoseksual.

"Jadi kalau dilihat struktur otaknya, antara laki-laki yang gay dan yang bukan gay itu berbeda. Riset oleh peneliti dua dekade lalu menemukan bahwa area kecil di hipotalamus otak pada laki-laki homoseksual ukurannya dua kali lebih besar dibandingkan laki-laki heteroseksual," imbuhnya.

Bahkan Ryu menyebut bahwa pola kerja otak laki-laki homoseksual lebih menyerupai respon otak perempuan.

"Melalui pemeriksaan PET Scan juga terlihat bahwa hipotalamus otak laki-laki homoseksual memberi respon positif dengan rangsangan aroma keringat laki-laki. Sedangkan hipotalamus laki-laki heteroseksual tidak merespon sama sekali," tambah Ryu.

Perbedaan tersebut, menurut Ryu, salah satunya disebabkan oleh perbedaan dalam reaksi testosteron terhadap otak manusia yang terus berkembang. Tapi testosteron bukanlah satu-satunya hormon yang berpengaruh dalam pembentukan sirkuit-sirkuit seksual di otak.

"Temuan-temuan ilmiah di atas menunjukkan bahwa struktur otak baik laki-laki ataupun perempuan untuk orientasi seksual telah terbentuk selama perkembangan janin. Jadi kalau nggak ada bakat homoseksual dari otaknya, seseorang juga sulit untuk memiliki kecenderungan menjadi penyuka sesama jenis," pungkasnya.

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.

Share Artikel:

Lihat Sumber Artikel di Suara.com

Konten Sindikasi: Artikel ini merupakan kerja sama HerStory dengan Suara.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi artikel yang tayang di website ini menjadi tanggung jawab HerStory.

Oleh: Cherryn Lagustya