Toxic relationship (Pinterest/Edited by HerStory)
Sebenarnya, kamu sudah tak tahan dengan sikapnya, sehingga niatan untuk meninggalkannya sudah ada sejak lama. Akan tetapi, ketika dia bersikap manis, hatimu luluh kembali.
Namun, nggak lama setelah itu, dia balik lagi dengan sikap aslinya yang buruk. Saat itu, terbersit lagi niatan untuk pisah. Namun, ketika sikapnya manis lagi, kamu urung melaksanakan niatanmu itu. Begitu aja terus!
Ya, hubungan asmara yang sehat memang mesti ada kesediaan untuk menerima pasangan apa adanya. Akan tetapi, bukan berarti jadi mengorbankan diri sendiri.
Terus disakiti oleh pasangan akibat sikap buruknya, semestinya bukan malah ditoleransi, tapi disikapi dengan tegas. Bila memang dia pasangan yang baik, dan benar-benar mencintaimu, maka harusnya nggak menyakitimu, dong?
Hal lain yang membuatmu masih saja bertahan di hubungan yang toxic akibat kamu masih menaruh harapan palsu, bahwa suatu saat nanti sikapnya akan berubah. Padahal, sudah jelas dari dulu telah disampaikan kalau kamu merasa sakit hati dengan sikapnya. Namun, nyatanya dia tak berubah-ubah. Mau sampai kapan kamu terus disakiti?
Gimana, apakah tanda-tanda tadi ada padamu dan pasangan? Lebih tegas lagi, ya. Sebab, kamu berhak bahagia, lho.
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.
Share Artikel:
Lihat Sumber Artikel di Suara.com
Konten Sindikasi: Artikel ini merupakan kerja sama HerStory dengan Suara.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi artikel yang tayang di website ini menjadi tanggung jawab HerStory.