Ilustrasi telur ceplok. (Unsplash/Edited by HerStory)
"Pada saat yang sama, konsumsi telur juga terus meningkat; dari tahun 1991 hingga 2009, jumlah orang yang makan telur di China hampir dua kali lipat," katanya dalam sebuah makalah yang diterbitkan di British Journal of Nutrition.
Sementara, hubungan antara makan telur dan diabetes sering diperdebatkan, penelitian ini bertujuan untuk menilai konsumsi telur jangka panjang orang dan risiko terkena diabetes, sebagaimana ditentukan oleh glukosa darah puasa.
"Apa yang kami temukan adalah bahwa konsumsi telur jangka panjang yang lebih tinggi (lebih dari 38 gram per hari) meningkatkan risiko diabetes di kalangan orang dewasa China sekitar 25 persen.
Lebih lanjut, kata Ming, orang dewasa yang secara teratur makan banyak telur (lebih dari 50 gram, atau setara dengan satu telur, per hari) memiliki peningkatan risiko diabetes sebesar 60 persen.
Sementara, hasil ini menunjukkan bahwa konsumsi telur yang lebih tinggi secara positif terkait dengan risiko diabetes pada orang dewasa Cina, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi hubungan kausal.
"Untuk mengalahkan diabetes, diperlukan pendekatan multi-segi yang tidak hanya mencakup penelitian, tetapi juga seperangkat pedoman yang jelas untuk membantu menginformasikan dan membimbing masyarakat. Studi ini adalah satu langkah menuju tujuan jangka panjang itu," tulis para peneliti.
Populasi penelitiannya sendiri terdiri dari 8.545 orang dewasa (usia rata-rata 50 tahun) yang berpartisipasi dalam Survei Kesehatan dan Gizi China.
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.