Menu

Suami Selingkuh, Haruskah Dimaafkan? Simak Saran Psikolog Ini Moms!

14 Januari 2022 17:13 WIB
Suami Selingkuh, Haruskah Dimaafkan? Simak Saran Psikolog Ini Moms!

Nuran Abdat, M.Psi, Psi., selaku Adult Psychologist dari Brawijaya Clinic Kemang, Jakarta. (Instagram/@nuranabdat)

HerStory, Jakarta —

Moms, perselingkuhan ibarat badai dahsyat yang menghantam bahtera rumah tangga. Saat sebuah hubungan rusak karena perselingkuhan, tak sedikit dari kita yang marah dan sedih. Hati rasanya remuk dan hancur. Pilihan utama jika pasangan kita berselingkuh pasti adalah untuk meninggalkan pasangan. Namun, tak sedikit juga yang akhirnya berdamai dengan diri serta keadaan dan mencoba untuk memaafkan. Wajarkah?

Terkait hal itu, menurut Nuran Abdat, M.Psi, Psi., selaku Adult Psychologist dari Brawijaya Clinic Kemang, Jakarta, cara terbaik bagi korban perselingkuhan untuk menyudahi perasaan dikhianati adalah memang dengan memafkan.

Tapi, kata Nuran, bukan berarti si korban memaafkan pelaku perselingkuhan, melainkan maaf di sini artinya adalah memaafkan situasi yang kerap kali membuat si korban menyalahkan dirinya sendiri dan menurunkan harga diri si korban perselingkuhan.

Jujur saja, memaknai apakah harus memaafkan atau tidak, jawabannya kembali ke diri kita sendiri bagaimana memaknai komitmen kita. Dan kembali bagaimana pasangan kita mampu memaknai komitmennya. Jadi tidak ada kata ‘haruskah memaafkan’, gak ada yang harus di sini. Tapi yang dibutuhkan adalah ‘mampukah kita untuk mencari solusi terbaik untuk rumah tangga ini’. Mungkin buat anak, dan utamanya si korban perselingkuhan itu sendiri. Mampukah si korban perselingkuhan ini belajar untuk memaafkan apa yang terjadi. Karena yang terjadi ini belum tentu salahnya,” tutur Nuran, saat sesi Instagram Live, sebagaimana dipantau HerStory, baru-baru ini.

Nuran juga bilang, kemampuan untuk memaafkan perselingkuhan memang perlu hati yang berani dan kuat. Namun, pastikan untuk memaafkan pasangan hanya jika benar-benar yakin dan sudah melihat perubahan yang signifikan.

Dan, untuk mengambil keputusan apakah setelah perselingkuhan pernikahan pantas dipertahanan atau tidak, tentunya tergantung keputusan pribadi. Semua tergantung bagaimana si pasangan itu bisa mengomunikasikan dan mengevalusai kondisi pernikahan.

“Kita coba refleksi dulu yuk, ini datangnya dari mana, walaupun pelaku utama yang paling tidak mature sebagai si pelaku selingkuh. Tapi kan rumah tangga bukan untuk sibuk salah-salahan ya, sibuk tunjuk menunjuk juga hanya membuat kita penuh dengan dendam dan trauma yang mendalam, itu pasti akan melelahkan banget. Jadi, kalau kita punya komitmen dari awal, kalau pasangan berselingkuh, kita gak akan terima dia lagi, go with it, silakan pergi kalau memang sudah berkomitmen begitu. Tapi poin lainnya bukan berarti umah tangga yang terjadi perselingkuhan itu gak dapat diperbaiki, begitu,” papar Nuran.

Terkait apa alasan yang memungkinkan seseorang berselingkuh, Nuran mengatakan bahwa berdasarkan penelitian yang terbaru dari Journal of Sex and Marital di tahun 2021, alasan atau kecenderungan orang melakukan perselingkuhan salah satunya karena bentuk dari kemarahannya sendiri.

“Mungkin ini adalah rasa marah yang kerap kali dipendam, ditekan emosi-emosi negatifnya dalam berelasi, atau dalam kehidupan sebelumnya yang notabene akhirnya membuat dia mencari tempat lain atau sosok lain. Marahnya ini bisa marah ke pasangan, bisa sulit mengekspresikan emosi, bisa bentuk dendam, beragam,” bebernya.

Kemudian, alasan kedua adalah untuk menaikkan harga diri si pelaku, yaitu agar dia terlihat, terbentuk rasa, karena dia merasa kurang atau dalam arti ia merasa ‘tidak diakui’.

“Akhirnya ini juga relate dengan ingin meningkatkan kepercayaan diri dia. Kenapa kok ingin meningkatkan percaya diri dengan berselingkuh? Karena mungkin selama ini dia tidak diakui atau dihargai misalnya oleh ayah ibunya, impact pola asuhnya dulu mungkin, atau mungkin dalam relasi yang gak sehat dalam rumah tangganya,” imbuhnya.

Dan alasan ketiga, kata Nuran, biasanya relate dengan lemahnya komitmen atau malah si pelaku perselingkuhan tidak memiliki komitmen sama sekali. Kata Nuran, rasa pengabaian juga bisa jadi salah satu alasan seseorang berselingkuh. Dimana, ia mungkin merasa diabaikan oleh pasangannya, berada dalam hubungan yang toxic, dll. Dan kata Nuran, hal itu mungkin jadi bibit tumbuhnya keinginan berselingkuh.

“Ini butuh dilihat sih, bagaimana si pelaku ini memahami tentang komitmen. Bisa juga alasan dia berselingkuh adalah untuk memenuhi hasrat seksualnya. Mungkin kurang secara style-nya, atau kurang bergairah, ini bisa jadi penyebab, tapi bukan satu-satunya. Bisa juga karena kurang puas terhadap kebutuhan di dalam hubungannya. Mungkin kurang merasa dapat apeksi, kurang merasa dicintai, dihargai, kan komponen cinta itu banyak ya, jadi ini bisa jadi porsi tersendiri,” terangnya.

Dan alasan terakhir, lanjut Nuran, adalah karena situasi atau kondisi yang memang mendukung si pelaku untuk berselingkuh.

“Contoh, kalau kita berada dalam lingkungan yang notabene orang tua kita, keluarga, atau rekan kerja kita ternyata terbiasa atau mewajarkan/menormalkan perselingkuhan ini bisa banget jadi penyebab kita turut serta berselingkuh. Tapi alasan apapun yang di-share menurut penelitian ini, saya tegaskan alasan apapun itu, tidak akan pernah bisa membenarkan adanya perselingkuhan,” pungkas Nuran.

Baca Juga: Gak Disangka! Tak Melulu Soal Seksual, Ini 7 Jenis Perselingkuhan yang Kerap Dilakukan Pasangan, Moms Wajib Waspada!

Baca Juga: Yakin Pasanganmu Setia? Ini 7 Tanda Suami Selingkuh yang Kerap Disepelekan, Nomor 1 Bikin Was-was!

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.