Menu

Orang Tua Was-was Anak Harus Sekolah Tatap Muka? Psikolog Sarankan Hal Ini, Catat Moms!

21 Januari 2022 13:31 WIB
Orang Tua Was-was Anak Harus Sekolah Tatap Muka? Psikolog Sarankan Hal Ini, Catat Moms!

Psikolog anak dan keluarga, Samanta Elsener, M.Psi (Instagram/@samantaelsener)

Jadi, menurut Samanta, sekarang tinggal bagaimana orang tua mengurangi ketakutan dan pelan-pelan memberanikan diri mengubah pola pikir untuk mengembalikan anak-anaknya ke sekolah. Tentunya, sambil terus mengingatkan anak agar memahami bahaya varian Omicron dan tetap mengajarkan pentingnya protokol kesehatan atau prokes

“Kita sebagai orang tua juga harus menyikapi secara bijak, jangan berlebihan, tapi harus tetap mengingatkan anak bahwa prokes nomer satu. Intinya jangan takut-takuti anak. Jadi kita perlu berdamai sama penyakitnya, Covid-19 itu ada dimana-mana. Yang bener adalah tetap kita harus jaga kesehatan kita, rajin cuci tangan, bersih-bersih,” tutur Samanta.

Lebih lanjut, Samanta pun menyarankan orang tua untuk mengatasi stres dan rasa cemas akibat kasus Omicron saat ini. Yakni, dengan menulis jurnal atau journaling. Seperti apa?

“Pertama, kita kenali diri kita sendiri kebutuhannya apa. Kita orang yang tipe pemikir atau perasa. Kalau kita tipe pemikir, kita bisa menuliskan apa yang kita khawatirkan, lalu rating 1 s.d 10. Yang kita khawatirkan itu perlu dipikirkan seberapa penting atau seberapa dalamnya sih? Misalkan, yang aku khawatirkan ini si anak gak bisa jaga prokes di sekolah, jadi ini nomer 1. Jadi kita akan tahu solusinya nanti apa,” tutur Samanta.

Kemudian, jika kita termasuk tipe perasa, lanjut Samanta, kita juga bisa menuliskan apa yang kita khawatirkan, tapi ratingnya dengan perasaannya.

“Misalnya, aduh aku belum siap deh anak kembali ke sekolah, yaudah rating aja, kekhawatirnya ada di angka berapa, misalnya 8 atau 7, lalu kita tarik napas, keluarin. Nah setelah itu kita bisa merasakan bahwa tingkat kekhawatiran kita bisa berkurang, bahwa kita tuh gak merasakan kalau kita sendirian. Moms yang lain juga pasti merasakan. Kita sudah melewati varian sebelumnya, dan kita bisa melewatinya kan,” tutur Samanta.

“Dan ada satu teknik lagi, ini adalah kita bisa melakukan penyusanan kalimat. Dan ini harus ditulis ya. kenapa harus ditulis? Karena ketika kita menulis, kita meresapi itu ke dalam otak kita sehingga kita memberikan informasi yang baru dan itu menenangkan kita. Contoh, virus Omicron berbahaya, tapi saya mampu kok melalui ini. Afirmasi tapi two things are true. Jadi 2 hal yang benar. Satu negatif, tapi satunya positif. Kita kombinasikan,” sambung Samanta

Baca Juga: Dokter Spesialis Anak Spill Cara Efektif untuk Cegah Meningitis pada Si Kecil, Moms Harus Tahu!

Baca Juga: 5 Dampak Membentak Anak yang Orang Tua Wajib Tahu, Nomor 3 Bahaya untuk Kesehatan Mental Si Kecil Moms, Catat!

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.

Halaman: