Menu

Stereotip Gender, Bagaimana Harus Melawan?

03 Juli 2020 17:00 WIB
Stereotip Gender, Bagaimana Harus Melawan?

telur bergambar simbol wanita dan pria

HerStory, Jakarta —

Keadaan membuat harga diri, ambisi dan harapan wanita hancur adalah korban stereotip gender pertama yang harus dihapus karena membuat peran wanita melemah dan hanya dipandang sebelah mata. Hal ini bisa diubah perlahan dengan memperkenalkan peran wanita di kelas-kelas sekolah sebagai langkah pertama, loh!

Dilansir dari beberapa sumber, ternyata penelitian di jurnal Science menemukan kalau anak perempuan mulai merasa kurang cerdas dibanding anak laki-laki usia 6 tahun. Pendidikan di sekolah juga banyak menceritakan kehebatan pria dibanding wanita, misal soal arsitek, astronot, insinyur atau pilot. Padahal perempunya punya peran juga disana. Mimpi wanita jadi lebih rendah nilainya dibanding mimpi seorang pria. Padahal siapapun bisa jadi apapun, Dear!
Nah, apasih sebenarnya stereotip gender? Menurut Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia (OHCHR), stereotip gender adalah pandangan umum atau prakonsepsi tentang atribut atau karakteristik yang seharusnya dimiliki oleh wanita dan pria atau peran yang harusnya dilakukan oleh pria dan wanita. Makanya, stereotip ini bahaya karena membatasi kapasitas wanita dan pria untuk mengembangkan atribut pribadi atau keterampian profesional mereka dan buat mengambil keputusan hidup atau rencana ke depannya. Kesimpulan utama dari Studi Remaja Dini Global WHO dari John Hopkins University juga jelasin, nih, stereotip gender yang dianggap sepele ini sebenarnya punya dampak besar yang merugikan banget buat anak perempuan karena usianya yang masih terlalu dini membuatnya mengurangi aspirasi mereka dan membatasi pilihan karir mereka.
Sebenarnya, wanita atau pria sedari kecil gak terlahir seksis, tapi yang dilakukan masyarakat ini bikin mereka mencapai ke titik itu seperti mengaitkan aktivitas, pakaian dan hobi antara pria dan wanita. Sering kan kita dengar, “wanita harusnya di rumah saja, gak boleh keluar malam, pakaian harus dijaga supaya gak dilirik pria, hobi harus feminim” atau “pria harusnya gak di rumah saja, boleh keluar sampai larut malam, pakaian bebas mau seperti apa, hobi harus gentle seperti main bola atau robot-robotan” dan masih banyak lainnya. UNESCO bahkan memperingatkan kalau wanita kurang terwakili dalam disiplin STEM (Sains, Teknologi, Teknik dan Matematika), cuma 29% peneliti wanita di seluruh dunia, Dear!
Benih stereotip ini paling banyak ada dalam pendidikan, jadi pendidikan inilah solusinya. UNESCO mengungkapkan dalam Laporan Pemantauan Pendidikan Global supaya pemerintah mendukung hal ini lewat kurikulum, buku teks dan program pelatihan buat guru supaya stereotip gender gak terus-terusan ada juga buat dukung wanita di bidang STEM tadi. Peran guru ini penting, loh! Guru harus memberikan pendidikan yang berkualitas dan netral gender yang meningkatkan kesejahteraan siswa dan penghormatan pada standar profesional. 
Menurut beberapa sumber, guru harus melawan ketidaksetaraan di dalam dan di luar kelas, berikut caranya!

1. Waspadai seksisme

Mempertanyakan stereotip tertentu yang dianggap normal kenyataannya merupakan konstruksi sosial.

2. Menangani masalah kesetaraan tanpa kerumitan

Abaikan kritik atau tekanan pihak ketiga dalam menangani masalah kesetaraan.
3. Bergabunglah untuk pendidikan yang setara
Semakin banyak yang terlibat di pendidikan ini bisa punya hasil yang makin efektif, loh!

4. Pikirkan secara lateral

Perkuat anak-anak dalam preferensi mereka terlepas apakah sesuai atau enggak dengan stereotip yang diharapkan.
Cara-cara tadi perlu dicoba supaya meningkatkan percaya diri pada anak juga, Dear. Meskipun begitu, peran wanita penting banget buat cegah diskriminasi ini. Tujuannya untuk meningkatkan harga diri, ambisi profesional dan harapan kerja wanita usia sekolah dengan membantu mereka melihat beragam jenis pekerjaan tanpa batasan “mereka adalah wanita” itu. 
Nah, lokakarya untuk wanita dengan model peran wanita yang bekerja bisa diselenggarakan, loh! Sukarelawan wanita ini menawarkan waktunya untuk pergi ke sekolah-sekolah dan menjelaskan pekerjaan mereka pada anak-anak, apa yang mereka sukai dan apa hambatan yang akan mereka temui selamat berkarir. Pada intinya, wanita ditampilkan sebagai sumber inspirasi wanita lainnya untuk masa depan.

Baca Juga: Ini 5 Cara Dorong Kesetaraan Gender dalam Perusahaan ala Grant Thornton, Apa Saja?

Baca Juga: KemenPPPA Bongkar 4 Kunci Kesetaraan Gender: Jadi Penggerak Ekonomi hingga Sejahterakan Keluarga!

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.