Menu

Wow! Inilah 5 Fakta Mencengangkan Budaya Patriarki di Indonesia!

15 Juli 2020 20:06 WIB
Wow! Inilah 5 Fakta Mencengangkan Budaya Patriarki di Indonesia!

Ilustrasi demo atas budaya patriarki (Pinterest/Edited by Herstory)

HerStory, Jakarta —

Beauty, semua gender harus tahu kenapa budaya patriarki langgeng banget di Indonesia, bahkan pemberian ruang untuk berpolitik bagi wanita sejak awal adanya pemilihan umum saja gak membuat wanita punya hak dan ruang yang sama, kalah telak sama negara-negara yang baru mengizinkan wanita terjun ke politik.

Nah, inilah 5 alasan kenapa budaya patriarki langgeng banget di negara kita, kamu harus tahu dan berjuang melawan stigma ini!

1. Mereka yang menjunjung patriarki, gak sedikit yang mengatasnamakan aturan adat dan agama. 

Sebagian daerah di Indonesia masih kental dan kuat aturan adat yang menjadikan posisi pria lebih tinggi. Ada pandangan dalam agama yang memposisikan pria sebagai pemimpin, sehingga wanita gak pantas berpendapat. Meski ujungnya, hal ini bisa disalahgunakan terus, lho! Hal ini sebenarnya enggak ada masalahnya kalau wanita masih berhak maju dan mewujudkan pengembangan kepribadiannya. Tapi gak semua orang bijak memandang aturan ini. Malah, ada yang menggunakannya untuk memuluskan semua kepentingan pribadi, misal berbuat seenaknya karena wanita memang "sudah kodrat"nya diperlakukan begini. Tega banget, ya, ajaran yang baik malah dirusak oleh oknum yang banyak banget adanya di negara ini.

2. Pertanyaan patriarkisme yang masih dijunjung masyarakat

Kamu pasti gak asing lagi dengan hal ini. Dari sisi pria, ada anggapan pria harus lebih berani, gak boleh nangis, harus kuat, sementara wanita mendapat predikat manja dan gak kompeten yang selalu melekat. Padahal, sekarang gak sedikit cewek yang bisa melawan stigma itu. Banyak kok yang kuat dan suka kerja keras dibanding pria yang malas.

3. Kapitalisme membuat wanita tampil sesuai dengan stigma masyarakat dalam iklannya

Coba lihat iklan parfum, pakaian atau kosmetik yang beredar, seolah-olah wanita digambarkan sebagai sosok yang hanya memikirkan penampilannya saja. Cara jitu menaklukkan pria yang selama ini didambakan. Wanita dianggap sekadar memikirkan cinta dan memperbaiki diri demi mendapat pacar bukan demi rasa cintanya pada diri sendiri. Kalau bukan hal itu yang ditampilkan, pasti representasi produk pun kurang menarik. Penjualan pun gak bakal naik. Wanita pun terpaksa menerima kenyataan tersebut lantaran dibombardir ribuan iklan bernada sama dan dikemas dalam visual menarik.

4. Praktik pembagian kerja patriarkis yang sudah berlangsung sejak manusia belum mengenal tulisan dan masih berburu serta meramu

Sejak masa berburu dan meramu, praktik patriarkis sudah secara gak langsung terjadi. Di masa itulah, kaum pria bekerja di luar huniannya. Mereka berburu dan mencari makanan. Memasuki masa bercocok tanam, ada alternatif pekerjaan baru yaitu menanam tumbuhan pangan. Sementara wanita berkarya di zona yang lebih nyaman. Mereka akan merawat anak, memasak hasil buruan, atau mengumpulkan bahan makanan yang ada di sekitarnya seperti buah-buahan.

Tampaknya, tradisi pembagian kerja ini masih dianggap sebagian orang adil. Makanya ini terus berlangsung hingga kini. Namun yang membahayakan adalah jika ada motivasi tersembunyi atau paksaan yang mengatasnamakan hal ini. Padahal, dari sisi wanita punya keinginan kuat untuk tetap berkarya dan menciptakan prestasi.

5. Orangtua sudah secara enggak langsung meneruskan warisan ini. Mereka bilang, wanita itu gak boleh jorok dan sebagainya

"Anak gadis gak boleh bangun siang", "Anak gadis gak boleh jorok", "Gadis kok gendut banget?" adalah sekian hal yang bisa didengarkan keluar dari mulut dari orangtua. Padahal, pria harusnya juga gak bangun siang, gak boleh jorok dan menjaga proporsional tubuhnya. Masa wanita saja?

Bagaimana kalau wanita bangun siang karena ia berjuang mati-matian demi masa depannya sendiri dan keluarga? Bagaimana kalau ia jorok dan gemuk tapi prestasinya tinggi? Akankah orang melihat sisi positifnya ketimbang buruknya saja? Sepertinya memang sudah dibiasakan dibiarkan bias makanya terus merajalela.

Budaya patriarki bisa, kok, dilunturkan dari negara ini asal semuanya bisa sepakat, edukasi penting banget supaya orang yang pikirannya masih kuno bisa sadar kalau patriarki ini merugikan salah satu gender.

Baca Juga: Marak Kasus Kekerasan Seksual, KemenPPPA Ajak Masyarakat dan Kaum Perempuan Pahami UU TPKS, Cek di Sini Beauty!

Baca Juga: 3 Tantangan Terbesar yang Dialami oleh Korban Kekerasan Seksual, Please Stop Victim Blaming!

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.