Menu

Susahnya Wanita Jadi Influencer, Mau Berkarya Saja Serba Salah!

17 Juli 2020 19:30 WIB
Susahnya Wanita Jadi Influencer, Mau Berkarya Saja Serba Salah!

ilustrasi seorang wanita sedang bercermin (Pinterest/Edited by Herstory)

HerStory, Jakarta —

Perundungan siber memang menjadi salah satu isu terpenting dalam kehidupan sosial hari ini. Terlebih lagi karena karakteristik anonimitas media sosial yang membuat para pengecut pelaku perundungan merasa aman-aman saja setelah melancarkan aksinya dan dengan mudahnya lari dari masalah.

Seorang influencer menjadi momok mengerikan untuk dicontoh kalau sudah mengetahui bahwa tampil apa adanya bisa membuatmu dihina dan jadi bahan olok-olokkan, dianggap gak pantas berkarya dan disingkirkan dari jagat dunia maya. 

Isu ini nggak cuma terjadi di Indonesia, tapi juga di banyak negara, termasuk Amerika Serikat. Pelecehan pun dianggap sebagai hal bisa ketika kamu menjadi influencer, dianggap sengaja membuka diri dengan pakaian seksi oleh Pria yang merasa dirinya normal, dihujat oleh polisi moral yang bicara berlandaskan agama tapi caranya gak agamis sama sekali alias enggak ada agama yang mengajarkan hamba-Nya untuk menghina satu sama lain.

Ini adalah lelucon warganet dan membuat para influencer punya pilihan untuk blokir orang-orang kejam macam ini daripada terus membiarkan dirinya dirundung. Meskipun fakta menyedihkannya, ia bisa saja disingkirkan dari dunia maya karena dianggap nggak pantas lagi berkarya.

Selain Kekeyi yang memang menampilkan dirinya sebagai beauty influencer dan juga komedian, ada juga Em Ford, beauty influencer yang dihujat habis-habisan setelah ia mengunggah sebuah video yang menampilkan wajah tanpa make-up. Menjadi diri sendiri bisa sangat menakutkan bagi wanita untuk jadi influencer.

Ketika jadi influencer, wanita menjadi korban perundungan siber dibenarkan akademisi Brooke Erin Duffy dari Cornell University, Amerika Serikat, dan Emily Hund dari University of Pennsylvania, Amerika Serikat, dalam tulisannya yang berjudul “Gendered Visibility on Social Media: Navigating Instagram's Authenticity Bind” (2019). 

Perundungan dan pelecehan di internet mudah menimpa wanita yang profesinya menuntutmu untuk sering tampil atau bersentuhan langsung dengan publik, termasuk wanita influencer. Hal itu membuat mereka menerapkan mekanisme swasensor sebelum tampil di media sosial.

Wanita yang berprofesi sebagai influencer harus menyembunyikan diri aslinya dari dunia maya sehingga kebiasaan-kebiasaan ia di dunia nyata enggak mengundang stigma negatif warganet yang bisa berkomentar negatif sesuka mereka. Hobi banget menghujat sepertinya sampai wanita setakut itu apa adanya di dunia maya.

Akhirnya, apa  yang  ditampilkan di media sosial hanyalah konten-konten aman yang sesuai dengan harapan publik.

Ada saja cara warganet sendiri untuk menjatuhkan orang lain, mereka yang enggak apa adanya di sosial media bakal jadi bahan yang dicari "gimana sih kelakuan asli orang ini". Jadi serba salah banget, ya. Warganet menganggap influencer ini nggak lebih dari sebuah objek pasif yang cuma boleh bertindak sesuai dengan apa yang publik inginkan.

Yuk, mulai dari diri sendiri sampai ke orang terdekatmu supaya lebih menghargai karya orang lain, bukan menghujat terus, iri hati itu manusiawi, tapi kalau sampai menjatuhkan orang lain, itu salah, Beauty.

Naiklah tanpa menjatuhkan siapapun. Bangkitlah tanpa membuat siapapun terpuruk.

Baca Juga: Alamak! Viral Foto Diduga Korban Perundungan Anak Vincent Rompies Cs Dugem Usai Dibully, Netter Hilang Simpati: Kek Gak Ada Dosa!

Baca Juga: Ini Biaya Sekolah Fantastis Anak Vincent Rompies Diduga Ikut Kasus Bullying hingga Berujung DO! Duh, Nominalnya Bikin Elus Dada!

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.