Ilustrasi seseorang sedang menyendiri. (pinterest/freepik)
Pria lebih cenderung mengalami episode depresi setelah kesulitan kerja, perceraian, dan perpisahan. Perempuan, di sisi lain, lebih peka terhadap konflik, penyakit serius atau kematian yang terjadi di jejaring sosial sekitar. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar peristiwa stres yang menyebabkan depresi di antara wanita terkait dengan jaringan sosial sekitar, seperti hubungan orang lain yang romantis, membesarkan anak serta mengasuh anak.
Penelitian menunjukkan bahwa dibandingkan dengan pria, wanita cenderung merenungkan (istilah teknis untuk "terlalu banyak berpikir") tentang stres dan memiliki pikiran negatif hingga menyebabkan depresi. Tindakan merenung dapat membuat keadaan stres menjadi lebih buruk, dan biasanya itu lebih sering terjadi pada wanita.
Temuan ini menunjukkan bahwa penyebab psikososial dari depresi mungkin setidaknya sebagian spesifik gender, dan bahwa perbedaan ini berakar pada kondisi kehidupan yang berbeda serta ketidaksetaraan sosial yang dialami pria dan wanita. Dan, secara umum, wanita cenderung mengalami ketimpangan sosial yang lebih besar dan tekanan sosial sehingga lebh mudah mengalami stres.
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.