Menu

Hari Kartini: Analisa Widyaningrum Ungkap Cara Patahkan Stigma yang Kerap Mendera Perempuan dalam Karier dan Keluarga

21 April 2022 06:31 WIB
Hari Kartini: Analisa Widyaningrum Ungkap Cara Patahkan Stigma yang Kerap Mendera Perempuan dalam Karier dan Keluarga

Analisa Widyaningrum, selaku Founder dari Analisa Personality Development Center (APDC) dan juga seorang Psikolog dan Pegiat Sosial. (Instagram/@analisa.widyaningrum)

Analisa bilang, stigma yang mendera kaum perempuan itu sendiri muncul tidak begitu saja, tapi pandangan masyarakat lah yang membuatnya. Karenanya, kata dia, yang sulit untuk bisa kaum perempuan lanjutkan dari perjuangan RA Kartini di era media sosial sekarang adalah bagaimana mereka mempertahankan tujuan mereka sendiri, dan tujuan-tujuan itu harus dijadikan sebagai sumber semangat oleh para kaum perempuan itu sendiri.

“Bukan terpengaruh omongan orang. Kita harus berani tutup mata, tutup telinga. Kita juga harus memberikan semangat satu sama lain, fokus tujuan diri sendiri daripada orang lain,” ujar Analisa.

Dikatakan Analisa, sebagai perempuan kita punya hak untuk bisa mendapatkan kebebasan dari stigma, stereotype, dan apalagi kekerasan yang sering terjadi. Karena kata dia, stigma, stereotype, dan kekerasan itu adalah satu hal yang menyakitkan.

“Kadang-kadang ini membuat perempuan jadi galau menjalankan perannya, sehingga akhirnya harus memilih. Padahal sebenarnya ini bukan sebuah pilihan. Ini adalah 2 peran yang bisa kita jalankan bersamaan. Itulah sebabnya kita harus bisa me-menage perasaan kita, me-menaemosi kita, dan me-menage waktu kita, dan itu sangat penting,” terangnya.

Analisa juga menuturkan, saat ini, tak bisa dipungkiri bahwa masih ada beberapa hambatan transparan dan artificial yang dihadapi perempuan atau kaum minoritas untuk meraih jabatan tinggi dalam suatu perusahaan. Adapun, fenomena ini disebut sebagai glass ceiling.

Menurut Analisa, fenomena glass ceiling ini perlu menjadi perhatian karena fenomena ini merupakan suatu bentuk diskriminasi halus tetapi merugikan, karena seseorang tak bisa menempati posisi yang lebih tinggi di suatu perusahaan, namun bukan karena orang tersebut tidak mampu, tidak memiliki keterampilan atau tidak berusaha lebih keras.

“Jadi memang ada beberapa hal yang menjadi penghalang bagi perempuan untuk berkemban, ini terkait risiko yang akan dihadapi, insecure/rendahnya kepercayaan diri, takut akan kegagalan, diskriminasi dan stigma masyarakat, dan budaya high power distance atau dianggap tak lebih mampu daripada pria,” tutur Analisa.

Baca Juga: Sambut Hari Kartini, NEUTROGENA Dukung Turnamen Cricket Putri Berkembang di Indonesia, Seru Abis!

Baca Juga: ORICA Spill 3 Kartini Tambang yang Ikut Berkontribusi dalam Memajukan Industri Pertambangan Indonesia, Siapa Saja Ya?

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.

Halaman: