Menu

Suci Maulana, CEO Startconn: Mendobrak Stigma di Dunia Kehumasan, Seperti Apa Kisahnya?

10 Mei 2022 19:49 WIB
Suci Maulana, CEO Startconn: Mendobrak Stigma di Dunia Kehumasan, Seperti Apa Kisahnya?

Suci Maulana, CEO Startconn. (Dok. Istimewa/Edited By HerStory)

HerStory, Jakarta —

Beauty, dewasa ini, pebisnis tak selalu identik dengan pria. Pasalnya, ada banyak sekali pengusaha sukses dari kalangan wanita yang bisa menjadi sosok inspiratif. Contohnya saja, Suci Maulana, yang menahkodai Startconn, yakni perusahaan yang bergerak dalam bidang kehumasan atau public relation (PR) di Indonesia.

Keputusan Suci untuk menekuni bisnis jasa public relations ini sendiri bukan tanpa sebab. Idenya menggeluti bisnis ini diakuinya tercetus lantaran background pekerjaan dia sebelumnya di Kuala Lumpur, Malaysia, yang mengurusi business development dan marketing, kerap membuatnya berhadapan dengan para founder yang bergerak dalam bidang public relation dari berbagai negara. Dari interview dan percakapan intens dengan petinggi perusahaan PR besar itulah, Suci pun akhirnya mendapatkan insight untuk menjajal bisnis PR di Indonesia.

“Aku memang lama berkarir di Malaysia, dan sering banget interview dan ngobrol langsung dengan para founder perusahaan PR dari berbagai negera. Aku tertarik tentang apa aja sih keunggulan dari PR itu. Dari situ, sedikit banyak memberikan aku insight tentang dunia PR itu sendiri. Dan mungkin juga aku ada jiwa entrepreneurship, jadi akhirnya itu meng-enncourage aku bahwa maybe, I can do something in Indonesia,” tutur Suci, kepada HerStory, beberapa waktu lalu.

Suci memaparkan, saat dirinya pulang ke Indonesia pada tahun 2018 silam, ia tak lantas terjun menjajal bisnis public relations, tapi lebih menjalakan bisnis event management. Nah, baru sekitar 1-2 tahun setelahnya, ia pun pede mendirikan Startconn dan mengkhususkan diri berbisnis di bidang kehumasan.

“Aku sendiri sebenarnya gak punya latar belakang pendidik public relations, tapi dari accounting. Jadi saat memulai bisnis, pengalamannya pun aku beneran didapat otodidak, dari para founder dan CEO itu. Dari mereka aku belajar apakah bener-bener orang butuh public relations, lalu PR itu dibutuhkan gak ya di Indonesia, orang aware gak ya PR itu apa, orang aware gak ya dengan function-funcion PR, karena lini PR itu luas banget. So that’s the point, kalau orang bertanya kira-kira kok bisa mendirikan Startconn, sebenarnya itu linear dari karir aku sendiri sebelumnya ya. Tapi waktu itu aku memang sudah jatuh cinta dengan dunia public relations,” sambung Suci.

Dikatakan Suci, sepak terjangnya membangun Startconn bukan hal yang mudah. Setidaknya, kata dia, perlu 2 tahun untuk struggling dari berbagai tantangan. Terlebih, saat memulai bisnisnya itu, Suci pun dihadapkan dengan kondisi pandemi.

“Yang namanya bisnis kan gak langsung jalan ya. Apalagi waktu itu baru-baru pandemi. Kemudian, membuat orang percaya itu gak gampang, terlebih kompetitor juga banyak. Bidang public relations sendiri di Indonesia kan bukan something new, banyak banget perusahaan atau agency PR di Indonesia yang sudah besar, baik skala lokal maupun internasional,” ujar Suci.

Lebih lanjut, Suci menuturkan bahwa sebagai perusahaan kehumasan terkemuka, Startconn memiliki beragam jasa layanan kepada klien. Seperti membuat campaign untuk membangun citra korporasi sesuai dengan visi dan misi dari klien, hingga berupaya membesarkan brand klien. Dan, Startconn pun akan menjadi mitra dalam menerapkan strategi pemasaran digital, hubungan influencer, dan strategi kreatif lainnya.

“Salah satu service kita berkonsentrasi ke event juga, jadi elaborate dari service kita. Selain itu kita juga ada media relation, digital marketing, creative service, karena kalau bicara PR tentu ada sisi kreatifnya, yaitu meng-campaign-kan sesuatu, event juga salah satunya,” papar Suci.

Suci pun menilai bahwa sejatinya aktivitas public relations ini tak dapat dipisahkan dalam kelangsungan bisnis dan perusahaan. Dalam hal ini, public relations memiliki peran penting dalam membangun hubungan positif dengan publik atau masyarakat, dan menciptakan hubungan yang memuaskan antar stakeholder, sekaligus meningkatkan reputasi perusahaan.

Namun, di tengah perkembangan teknologi digital, terlebih di tengah pandemi yang tak berkesudahan ini, aktivitas public relations kerap dihadapkan pada beberapa tantangan. Salah satunya adalah perubahan media informasi yang digunakan, serta pola komunikasi masyarakat yang telah berubah.

“Tantangan, terlebih saat pandemi ini adalah terkait cara berkomunikasi yang cukup berbeda. Kita juga sangat terpengaruh how people change, apalagi kita ketahui bahwa di Startconn ini konsentrasinya ke klien consumer good. Kita sangat struggling saat pandemi ini. Karena dari segi pendapatan kita balik lagi ke yang punya brand itu produknya terjual tidak ya, dan apa sih challenging-nya dia, jadi makanya balik lagi ke motto kita, Worthy Plan For Best Result, jadi kita identify apa sih poin-poin dari klien itu. Dari poin-poin itu kita elaborate ke strategi kita,” jelas Suci.

Meski dihadapkan dengan beragam tantangan, Suci tak gentar begitu saja. Karena ia yakin, Startconn yang digagasnya ini punya value unik dari perusahaan atau agency public relations lainnya yang ada di Indonesia.

“Startconn sendiri punya value yang disebut dengan Worthy Plan For Best Result, gitu. Jadi kita bener-bener melakukan perencanaan yang matang untuk best result. Itu mungkin perbedaan Startconn dibanding penyedia layanan PR yang lain.

Lebih jauh, Suci pun lantas membeberkan skill apa yang harus dimiliki seseorang utamanya wanita untuk terjun ke bidang kehumasan atau public relation ini. Suci bilang, siapa saja punya peluang karier di bidang ini.

Yang pasti kata dia, seorang public relations harus bisa menjadi jembatan untuk membangun dan memelihara hubungan baik antara klien atau perusahaan serta media dan masyarakat. Oleh karena itu, PR dituntut untuk memiliki kemampuan berkomunikasi (communication skill) yang mumpuni. 

Dikatakan Suci, keahlian dalam berkomunikasi ini terlihat dari kemampuan membuat orang nyaman diajak bicara, mengajak orang bisa mengungkapkan diri, serta bisa menyampaikan pesan atau ide ke orang dengan efektif. Kemampuan ini juga menjadi modal awal para public relations  untuk menciptakan jaringan, baik dengan klien atau media.

Meski begitu, lanjut Suci, untuk terjun ke bidang ini bukan hanya mutlak menguasai kemampuan berkomunikasi, namun ada beberapa skill lain yang harus dikuasai oleh seorang PR. Apa saja?

Skill yang dibutuhkan itu banyak ya. Selain kemampuan komunikasi, seorang PR juga harus punya kemampuan untuk bisa masuk ke beberapa industri yang mungkin berbeda, gak cuma satu industri, karena PR kan bisa bekerja di semua industri. Karena pada fungsinya PR itu membantu meningkatkan image yang ingin dicapai oleh perusahaan atau organisasi. Salah satunya lewat campaign. Selain itu juga untuk jadi seorang PR harus memiliki kemampuan bahasa yang memadai dan tentunya kemampuan negosiasi yang baik, smart think, serta punya networking, baik itu ke media, ke government, ataupun ke bisnis,” beber Suci.

Gak berhenti di situ, skill lainnya yang penting bagi seorang PR adalah kreativitas. Ketika pada posisi kompetitif, kata Suci, public relation diharuskan penuh dengan gagasan, ide cemerlang, dan kreatif. Oleh karena itu, mereka harus memiliki wawasan luas, terutama yang berkaitan dengan kondisi dan sesuatu yang dilakukan.

"Mereka harus memiliki solusi terbaik untuk memberikan penyelesaian terbaik pada permasalahan yang ada," imbuhnya.

Nah Beauty, meski dunia kehumasan atau PR ini identik dengan wanita, tak disangka-sangka ternyata Suci pernah mengalami diskriminasi gender, lho terutama terkait dengan labelnya sebagai woman leader. Namun, Suci mengaku tak sakit hati, hanya saja kejadian itu membuka matanya bahwa ternyata masih ada orang menilai segalanya dari gender. Lalu, bagaimana cara Suci mendobrak stigma tersebut?

“Iya, aku sering mengalami (diskriminasi) ini. Apalagi sering dilihat dari umur juga. Kadang kita ‘disepelein’ kamu terlalu muda untuk jadi CEO, ada seperti itu. Atau ‘itu bukan ilmu kamu untuk jadi PR’. Cara mendobrak stigma itu sendiri ya aku tunjukin, aku buktiin ke orang-orang bahwa itu sebenarnya itu hanya mindset dia aja, bahkan banyak kok pemimpin-pemimpin dunia itu wanita. Jadi kalau ada yang mengatakan gender itu menentukan keberhasilan, aku gak setuju. Mungkin iya kita gak bisa sama dengan pria, tapi kita gak bisa membatasi diri karena kita wanita, dan jangan juga mendefinisikan bahwa wanita akan susah sukses dan akan susah jadi seorang leader,” tandas Suci.

Lantas kira-kira, menurut Suci, value apa yang harus dimiliki seseorang utamanya wanita supaya sukses di karir dan hidupnya? Terkait hal itu, Suci pun punya pandangan yang sangat-sangat menarik, Beauty.

“Kalau soal keluarga aku gak bisa banyak bicara karena aku belum menikah, tapi dari persepsi aku sebagai wanita karir, kita sebagai wanita boleh sibuk bekerja, tapi jangan lupa bahwa kodrat kita adalah wanita yang akan menjadi seorang istri dan ibu. So I think, it’s okay to be an entrepreneur, it’s okay to be independent women, tapi perlu diingat lagi terkait kodrat kita. Dan sekarang kan banyak sekali wanita yang kerja, masih bisa deket sama anaknya dan langgeng sama suaminya. Dan ada jalurnya juga untuk tidak melebihi power dari seorang pria,” pungkasnya.

Nah Beauty, itulah kisah sukses Suci Maulana dalam membangun Startconn dan pengalamannya mendobrak stigma terkait diskriminasi gender. Semoga kisahnya menginspirasimu ya!

Baca Juga: Siapa Sih Sosok Ci Mehong? Yuk Simak Kisah Inspiratifnya Sebagai Ibu Empat Anak yang Sukses Berbinis!

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.