Menu

Sering Renggut Nyawa Tanpa Pandang Usia, Ternyata Ini ‘Biang Kerok’ Utama Gagal Jantung di Indonesia, Bahaya...

31 Mei 2022 15:33 WIB
Sering Renggut Nyawa Tanpa Pandang Usia, Ternyata Ini ‘Biang Kerok’ Utama Gagal Jantung di Indonesia, Bahaya...

Para pembicara di kegiatan edukasi media bertema “Berdamai dengan Gagal Jantung: Kendalikan Risiko Kardiovaskular Anda, Tangani Gagal Jantung dengan Baik,” yang digelar secara virtual, Selasa (31/5/2022). (Riana/Edited By HerStory)

Namun demikian, dr. Nauli menegaskan bahwa gagal jantung bukanlah akhir dari harapan hidup seorang pasien. Gagal jantung masih dapat dikendalikan dengan tatalaksana yang tepat, sehingga pasien tetap dapat menjalankan hidup yang mendekati normal dan berkualitas serta beraktivitas seperti biasa, selama dikenali dan diterapi pada kondisi dini.

“Pasien gagal jantung harus minum obat untuk membantu mengendalikan kondisinya. Bahkan walau gejala-gejalanya sudah membaik, pasien tetap perlu meminum obat secara teratur. Beberapa terapi yang biasanya digunakan untuk mendukung kerja jantung meliputi: penghambat reseptor beta (beta-blocker); penghambat sistem renin angiotensin (seperti ACE inhibitor atau ARB); antagonis aldosterone; serta inovasi terbaru penghambat enzim neprilisin (ARNI) dan penghambat sodium glucose transporter (SGLT2 inhibitor)” jelas dr. Nauli.

Di kesempatan yang sama, dr. Elvieda Sariwati, MEpid, Plt. Direktur P2PTM, Kementerian Kesehatan RI, menekankan bahwa dalam pengendalian penyakit tidak menular di Indonesia, Pemerintah fokus pada penyakit kardioserebrovaskular (seperti penyakit jantung terutama gagal jantung, stroke dan ginjal), penyakit kanker, dan penyakit paru kronis, karena penyakit-penyakit tersebut menyedot biaya terbesar dan semakin hari semakin meningkat, bila dilihat dari data BPJS Kesehatan.

Menurutnya, biaya ini belum termasuk biaya out of pocket yang ditanggung oleh dirinya dan keluarga. Karena itu, saat ini Pemerintah sedang melakukan transformasi kesehatan melalui 6 pilar yaitu transformasi 1) layanan primer yang menitik beratkan pada promosi, edukasi, deteksi dini, penanganan kasus sesuai standar; 2) layanan rujukan yang diprioritaskan dalam pengembangan jejaring rumah sakit yang mampu laksana kardioserebrovaskular, kanker dan penyakit paru kronis; 3) ketahanan atau keberlangsungan obat dan bahan medis serta peralatan terutama saat kejadian luar biasa seperti pandemi atau bencana; 4) Sistem pembiayaan; 5) Peningkatan kapasitas dan kapabilitas petugas kesehatan; dan 6) Pemanfaatan teknologi termasuk digitalisasi layanan, pencatatan dan pelaporan.

Baca Juga: Gak Cuma Cegah Penyakit Jantung, Ini 3 Manfaat Konsumsi Udang Coklat untuk Kesehatan Tubuh, Moms Sudah Tahu Belum?

Baca Juga: Sering Diabaikan, Ini 6 Gejala Penyakit Jantung yang Wajib Kamu Waspadai Beauty

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.

Halaman:

Artikel Pilihan