Menu

Gaungkan Konsep Sustainability di Berbagai Lini, Ini Gebrakan Asrini Suhita sebagai Pemimpin Wanita di P&G Indonesia

30 Agustus 2022 07:30 WIB
Gaungkan Konsep Sustainability di Berbagai Lini, Ini Gebrakan Asrini Suhita sebagai Pemimpin Wanita di P&G Indonesia

Asrini Suhita, Sales Senior Director &Sustainability Leader di P&G Indonesia. (Istimewa/Edited By HerStory)

HerStory, Jakarta —

Beauty, kesadaran akan sustainability dan praktik etis di Indonesia kini mulai tumbuh, termasuk dalam industri Fast Moving Consumer Goods (FMCG). Gerakan ini pun menggema seiring dengan promosi Sustainable Development Goals (SDG), yang diharapkan dapat berkontribusi dalam menyelamatkan dan menjaga lingkungan.

Memang, saat ini belum banyak yang menyadari manfaat bisnis berkelanjutan, baik bagi perusahaan maupun kelangsungan hidup manusia. Untungnya, gagasan tentang bisnis berkelanjutan atau sustainable business semakin banyak diterapkan oleh perusahaan di Indonesia.

Nah, salah satu perusahaan yang melakukan upaya nyata berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakat Indonesia adalah Procter & Gambler (P&G) Indonesia.

Dan tahu gak Beauty, salah satu sosok yang berperan penting dalam program sustainability di P&G Indonesia ini ternyata seorang wanita, lho. Yap, dia adalah Asrini Suhita, yang kini menduduki posisi Sales Senior Director & Sustainability Leader di P&G Indonesia.

Ririn, begitu dirinya kerap disapa, mengaku, menggeluti karier sebagai salah satu woman leader di P&G Indonesia ini jadi challenge tersendiri baginya. Namun, selang 11 tahun berkarir, Ririn pun menjadi saksi semakin meningkatnya awareness terkait pentingnya equality & inclusion di P&G Indonesia.

Lantas, bagaimana sih kisah awal Ririn terjun ke industri FMCG dan bagaimana ia bisa sampai sukses melakukan perubahan dari segi sustainability di P&G Indonesia ini?

"Saya mulai bekerja di P&G Indonesia sejak 11 tahun yang lalu. Saya memulai karir saya sebagai Key Account Manager, menangani penjualan produk dengan minimarket yang besar di Indonesia. Setelah itu, saya merambah ke ranah sales lainnya dimana saya menangani produk-produk haircare dan skincare. Terus saya merambah lagi ke area lain karena pengen belajar hal baru, yaitu ke core marketing. Di situ saya pegang empat brand haircare. Kemudian, saya dipercaya oleh P&G untuk bisa manage sales organization yang lebih besar lagi. Jadi saya sekarang handle omni channel modern retail, with e-commerce modern retail, dan juga sustainability," papar Ririn, saat ditemui HerStory di Kantor Pusat P&G Indonesia, di bilangan Senayan, Jakarta, belum lama ini.

Sebagai seorang women leader, Ririn pun punya pandangannya sendiri terkait isu-isu perempuan yang terjadi saat ini, Beauty. Dia mengaku optimistik karena kini isu-isu perempuan sudah banyak yang menggaungkan. Tak seperti zaman dulu, dimana perempuan menghadapi berbagai macam rintangan dalam mempertahankan dan mengembangkan potensi dirinya.

"Hal yang bikin saya optimistik tentang isu pemberdayaan perempuan adalah bahwa sekarang sudah banyak yang speak-up. Sekarang saya lihat di Indonesia, inklusivitas terhadap perempuan itu udah jauh lebih besar. Topik-topik yang mendorong perempuan untuk mendapatkan akses lebih besar, sudah sangat digaungkan ya," tutur Ririn.

Jadi, saya sih optimistik dan happy dengan perkembangan ini. Tentunya masih banyak hal-hal yang harus kita perbaiki ya, salah satu contohnya di sustainability. Kayanya representasi perempuannya masih sangat sedikit, ya itu juga kan frontier-frontier yang baru, and i feel that i have some responsibility supaya lebih banyak lagi perempuan berkiprah di bidang ini. Jadi, menurut saya progress-nya menggembirakan, tapi kita harus tetap memberikan lebih banyak kesempatan lagi untuk perempuan,” lanjut Ririn.

Sustainability is Not a Charity

Kemudian, terkait peran perempuan dalam hal sustainability sendiri, Ririn melihat saat ini perannya belum maksimal. Karena menurutnya, ranahnya banyak ke teknis, seperti pengolahan sampahnya, bagaimana caranya mendaur ulang sampah, dsb. 

Meski begitu, Ririn beranggapan, peran perempuan dalam hal sustainability ini akan terus meningkat, karena menurutnya akan ada banyak hal yang bisa dibawa perempuan dalam hal sustainability ini. 

Ririn pun berpandangan, kaum perempuan merupakan salah satu penggerak perubahan dengan kekuatan yang cukup besar, termasuk halnya dalam mewujudkan dunia yang berkelanjutan atau sustainability. Jika semakin banyak perempuan mulai mengambil peran sebagai perempuan berdaya untuk melakukan perubahan dari sekarang, tentunya tujuan utama untuk menciptakan keberlanjutan atau sustainability akan lebih mudah untuk dicapai.

"Sama yang seperti tadi saya bilang, filosofinya kan sebenarnya konsumen yang harus kita ajak kerjasama untuk bisa mendaur ulang sampah. Mereka juga harus bisa lebih sustainable dalam kehidupan sehari-harinya, dan di sini, peran perempuan menjadi signifikan karena perempuan itu mewakili sekitar 50 persen dari keseluruhan populasi. Jadi nilai tambah perempuan di situ. Kita bisa tahu area-area kehidupan yang lain dari yang grassroot banget, dari gimana caranya ngajarin anak untuk buang sampah, cara memilahnya, cara mengolahnya,sampai solusi-solusi yang diberikan sepertinya akan menjadi lebih kaya lagi, kalau perempuan itu bisa diikutsertakan lebih banyak lagi dalam sustainability," tutur Ririn.

"Jika banyak perempuan yang berperan dalam sustainability, maka bukan hal yang tak mungkin kita dapat menciptakan keberlanjutan serta meningkatkan kualitas lingkungan hidup, kesejahteraan ekonomi masyarakat hingga melaksanakan tata kelola yang dapat menjaga segala aspek kehidupan dari satu generasi hingga ke generasi berikutnya," sambung Ririn.

Nah Beauty, tentunya memaksimalkan program sustainability ini gak semudah membalikan telapak tangan, ya. Pun demikian diutarakan Ririn, ia pun menghadapi banyak tantangan dalam menyukseskan program sustainability. Pasalnya, kata Ririn, sustainability sendiri adalah sebuah masalah yang harus dipecahkan. Tak seperti masalah pada bisnis lazimnya, sustainability ini, lanjut Ririn, belum ada footprint-nya.

"Ya, jadi sustainability ini modelnya masih abstrak banget. Jadi yang saya dan tim saya lakukan di P&G, kita selalu try, pilot, abis itu expand. Itu salah satu tantangannya ya, bisnis modelnya itu belum jelas. Jadi kita harus banyak coba-coba sampai dapat yang paling cocok yang mana. Nyobain juga gak satu. Nyoba 5 hal, cari tahu mana yang terbaik. Lalu kita pilot dan kita expand. Selain tantangan pekerjaan, tantangan dari peran dan identitas saya sebagai perempuan juga tak kalah menantang. Misalnya dari segi membagi waktu aja udah berat ya. Tapi dukungan dari perusahaan sih yang bikin saya happy banget karena P&G sudah terbukti sangat support perempuan juga," beber Ririn.

Nah, melihat banyaknya tantangan dalam sustainability ini, Ririn pun mengaku punya personal value yang memang sejalan dengan tempatnya bernaung, yakni sustainability sebagai bagian dari misi untuk menjadi force for growth dan force for good.

"Sebenarnya untuk sustainability, personal value saya yang sejalan dengan P&G, yaitu menjalankan program sustainability sebagai bagian dari misi untuk menjadi force for growth dan force for good. Kenapa? Pertama, force for good, sudah pasti ya, karena bumi kita cuma satu, jadi kita mesti bisa terus mengusahakan hal-hal baik untuk lingkungan kita. Our program needs to be something good that we bring to the environment, something good that we bring to the consumer," ujar Ririn.

"Kedua, force for growth, yakni menjadikan sustainability sebagai salah satu business strategy. Kadang-kadang orang pikir sustainability itu CSR, padahal itu sama sekali bukan CSR. It's not a charity. Pertama, sustainability itu untuk menjaga kesejahteraan bumi kita yang masih ada. Kedua, kita sekarang kita juga menjangkau segmen konsumen yang semakin lama semakin muda. Mereka gak milih sesuatu karena bagus saja. Tetapi mereka juga memilih brand-brand yang merepresentasikan value mereka sendiri. Jadi semakin kita bisa merepresentasikan value yang juga berharga bagi mereka, they will choose our brand," sambung Ririn.

Kebermanfaatan Sustainability dalam Bisnis

Lebih lanjut, Ririn pun menuturkan tentang manfaat dari sustainability dari kacamata bisnis. Ia tak menampik bahwasanya tujuan dari sustainable business pada dasarnya adalah untuk menjamin kelangsungan bisnis. Untuk mewujudkan hal tersebut, salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan melakukan efisiensi di beberapa lini. Nah, efisiensi ini pun akan membawa dampak yang sangat besar bagi kelangsungan bisnis.

"Manfaat pertama, dari segi komunikasi kita ke konsumen, konsumen itu bisa relate dengan kita. Kami sekarang punya banyak segmen Gen Z lah sebagai consumer based kami. Mereka tuh aware soal isu sustainability. Jadi untuk bisnis sendiri, kalau kami bisa memberitahukan ke mereka bahwa kami juga care terhadap sustainability, kami punya effort-effort yang nyata untuk sustainability dan kami komunikasikan, of course mereka akan choose our brand dan grow the business," terang Ririn.

"Yang kedua, ada model bisnis baru yang dari segi cost dan efficiency itu juga bisa lebih bagus. Salah satu contohnya, plant kami yang ada di Karawang sekarang sudah menggunakan 100% renewable energy. Air yang kami pakai untuk operation itu juga renewed. Contoh lainnya, misalkan dari segi produksi. Produksi salah satu produk shampo kami, Herbal Essences, packagingnya itu sudah 70i recycled plastic. Nah itu sebenarnya kita bikin ekosistem yang baru untuk mengolah sampah lagi, dan semakin besar scale-nya, semakin besar economic value-nya, semakin bagus," lanjut Ririn.

Berhasil Gebrak Perubahan Lewat Sustainability

Nah Beauty, terlepas dari itu semua, Ririn pun lantas membeberkan ihwal perubahan yang telah berhasil dilakukan oleh tim sustainability yang ‘disupiri’ olehnya dari hulu ke hilir. Untuk mendukung sustainability di proses produksi, kata Ririn, P&G Indonesia telah menerapkan prinsip responsible consumption dengan program perbaikan berkelanjutan seperti efisiensi penggunaan air dan energi di dalam kegiatan sehari-hari di pabrik, serta menerapkan zero waste to landfill. Khusus pengurangan energi, sejak 2012, plant (pabrik) di Karawang sudah berhasil mengurangi energy footprint.

"Perubahan-perubahan yang telah kami lakukan itu ada dari hulu ke hilir. Dari hulu sendiri, yakni pabrik P&G Indonesia sekarang udah renewable electricity dan kami juga mengolah listrik sendiri. Lalu, 20 persen air yang kami pakai untuk operasional, bukan untuk produksi barang, merupakan recycled water. Yang ketiga, P&G juga sudah zero waste landfill, jadi semua limbah P&G sudah diolah dengan baik, kerjasama dengan pemerintah setempat, memastikan tidak ada harmful chemical dan juga tidak ada yang dibuang ke TPA sama sekali," beber Ririn.

Sementara dari brand-nya sendiri, kata Ririn, beberapa brand P&G seperti Herbal Essences, Gillette Venus, 70 persen packaging-nya menggunakan recycled plastic atau recycled paper.

"Nah, kalau melihat toko atau display P&G sekarang, itu materialnya 95 persen sampah yang kami collect dari konsumen kita sendiri. Jadi kita punya program collect sampah dari konsumen, kita tempa jadi bahan display-display kita," ujar Ririn.

Gak berhenti di situ, perubahan yang telah Ririn lakukan dalam program sustainability ini adalah menggaet eco agency, yakni Octopus Indonesia, meluncurkan program pengolahan sampah plastik lewat program Conscious Living yang kini sudah mencakup area Bandung Raya dan DKI Jakarta. Ririn bilang, program ini dilatarbelakangi oleh program internal P&G Indonesia selama pandemi Covid-19 berlangsung.

“Seluruh karyawan kami yang bekerja dari rumah sangat bersemangat untuk berkontribusi terhadap lingkungan. Oleh sebab itu, P&G awalnya melakukan program Conscious Living bagi karyawan yang mana mereka diajak untuk memilah sampah yang nanti diambil langsung oleh pihak P&G untuk didaur ulang. Menariknya, dalam beberapa bulan berlangsung, sampah domestik yang terkumpul dari karyawan kami bisa mencapai 5,1 ton,” ungkap Ririn.

Menurut Ririn, animo konsumen berpartisipasi dalam program Conscious Living ini sangat baik. Setidaknya dalam waktu 6 bulan setelah program tersebut diluncurkan di Jawa Barat sendiri, sampah kemasan P&G pun terkumpul hingga mencapai 50 ton.

Ririn juga mengatakan, dalam menjalankan program 'jemput bola' ini, P&G bersama Octopus Indonesia pun menghadirkan berbagai insentif penukaran poin menarik bagi mereka yang telah mengumpulkan sampah plastiknya. Kini, poin yang didapatkan bisa ditukar dengan berbagai insentif menarik, mulai dari token listrik, pulsa, hingga ditukar dengan voucher kopi di beberapa merchant.

"Kami senang karena produk P&G dipakai dan bisa meningkatkan nilai kehidupan dari konsumen kami. Tapi sekarang kami juga mendorong konsumen untuk bisa bersama-sama menyelamatkan bumi," ujar Ririn.

Tak hanya memberikan keuntungan bagi konsumen, program Conscious Living  ini disebut berdampak ekonomis bagi para Pelestari (pemulung) yang bergabung. Hingga saat ini, kata Ririn, P&G Indonesia telah menjangkau lebih dari 3.000 pelestari, dan 54 persen di antaranya adalah perempuan yang merupakan tulang punggung keluarga, dan sekitar 50 Pelestari dari total 3.000 itu adalah people with unique abilities. Ririn bilang, setelah bergabung dengan program Conscious Living, para Pelestari tersebut pun mengalami peningkatan pendapatan.

"Nah, dari sini Pelestari itu mungkin dulunya pendapatannya di bawah UMR, kemarin bisa ada peningkatan hingga 37 persen sampai UMR, per orang juga bisa dapet hingga Rp 800 ribu lebih tambahannya per bulan. Sustainability is one thing, it’s a big cause for the environment, but we also want it to be a cause for women empowerment and people with unique abilities. Membantu mereka dari sisi ekonomi juga. Jadi saya merasa bangga bisa mengambil bagian dalam melakukan perubahan ini, bukan dari sisi lingkungannya saja tapi juga karena bisa membuka peluang kerja," tutur Ririn.

Lebih lanjut, ia pun berujar, tentu P&G Indonesia ingin melakukan ekspansi program pengolahan sampah plastik ini ke wilayah lain di Indonesia, selain Bandung Raya dan DKI Jakarta yang kini tengah dijalankan.

"Kita excited banget untuk program ke depannya ya. Excited-nya itu bukan sekedar masalah environment-nya saja, tapi juga karena ini bisa membuka peluang kerja. Ini memang kita kerjasamanya baru dengan Bandung Raya dan Jakarta, karena kita harus kerja dengan pemerintahan juga dan juga eco agency-nya. Jadi kita ada rencana sama eco agency-nya mau expand further, tapi government-nya juga harus support, eco agency-nya juga harus menjangkau area lebih luas lagi, dan udah pasti P&G bakal join ya," ujar Ririn.

Woman in Sustainability? Why Not! 

Terakhir, Ririn pun memaparkan harapannya terkait sustainability ini, Beauty. Ia pun ingin agar bidang ini lebih merangkul perempuan lainnya. Selain itu, ia pun berharap lebih banyak lagi awareness dari seluruh lini masyarakat untuk menerapkan praktik sustainability.

"Harapan saya lebih banyak lagi awareness-nya dari seluruh lini masyarakat untuk sustainability ini. Yang kedua, gimana caranya kita jemput bola. Pihak swasta seperti P&G jemput bola, jadi program-program yang kita jalankan ini pemerintahan bisa menyambut, dan jemput bola itu adalah satu style yang P&G akan lakukan terus," kata Ririn.

“Saya berharap akan lebih banyak perempuan yang involve di sustainability, karena ada banyak nilai-nilai tambah yang akan dibawa, yang sekarang mungkin belum didapat karena perempuan belum begitu terlibat. Pertama, dari segi edukasi sendiri, dari unit yang paling kecil yakni rumah. Kedua, dari solusi-solusi yang non-teknikal, yang lebih empatis gitu ya, supaya makin banyak masyarakat bisa join the cause.Itu salah satu yang saya harapkan sih," pungkas Ririn.

Nah Beauty, itulah sederet kontribusi Ririn di P&G Indonesia ini merupakan contoh bahwa ia mampu menjadi Kartini masa kini lewat caranya sendiri. Terkait sustainability sendiri, mengambil langkah untuk memilih menjalani hidup yang sustainable itu memang cukup sulit. Oleh sebab itu untuk menjadi perempuan berdaya sustainability kita harus belajar menjadi individu yang konsisten, ya Beauty.

Setelah itu, barulah kita sebagai perempuan berdaya sustainability dapat melakukan tahapan selanjutnya, yakni dengan mulai sharing dan mengajak orang-orang khususnya perempuan lainnya untuk mengikuti jejak yang kamu lakukan dan beralih ke gaya hidup sustainability. Tentunya, hal ini sangat berguna untuk mendorong masyarakat agar lebih tertarik sehingga untuk mencapai pembangunan berkelanjutan pun dapat dilakukan dengan mudah. So, semoga kisah dan gebrakan Ririn ini menginspirasimu, ya Beauty!

Baca Juga: Studi SANOIN Menyebutkan 1 dari 4 Orang di Asia Tenggara Mengidap Anemia, Intip Yuk Gejalanya!

Baca Juga: Lewat We See Equal, P&G Indonesia dan Save the Children Wujudkan Lingkungan yang Aman untuk Anak-anak

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.