Media visit ke PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia (KFSP), di Kawasan Industri Cikarang, Jawa Barat, Senin (3/10/2022).
Beauty, PT Kimia Farma Tbk sebagai anggota dari Holding BUMN Farmasi di Indonesia bertekad untuk terus mendukung program kemandirian farmasi dan alat kesehatan dari pemerintah, sesuai dengan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan.
Kimia Farma melakukan dukungan melalui pengembangan dan produksi Bahan Baku Obat (BBO) dalam negeri bersama PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia (KFSP) selaku anak usaha.
Nah, KFSP ini sendiri 'bertugas' membangun serta meningkatkan kapabiltas riset pengembangan dan teknologi BBO yang mumpuni, sehingga dapat menghasilkan BBO yang memenuhi standar kualitas nasional dan internasional.
Direktur Utama Kimia Farma, David Utama, menuturkan, sampai dengan hari ini KFSP sudah memilki sertifikat Cara Pembuatan Bahan Baku Aktif Obat yang Baik dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI. Gak cuma itu, lanjut David, BBO tersebut pun telah memperoleh sertifikat Halal Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk mendukung implementasi UU 33/2014 Tahun 2019 tentang Jaminan Produk Halal.
Dan kata dia, pengembangan BBO dilakukan sesuai dengan program pemerintah dan prioritas kebutuhan nasional, dimana sampai tahun 2022 telah berhasil memproduksi 12 item BBO yang telah memiliki sertifikat GMP dari Badan POM RI sehingga siap untuk digunakan oleh seluruh Industri Farmasi dalam negeri.
Adapun, ke-12 BBO yang diproduksi KFSP dan telah memiliki sertifikat GMP dari Badan POM RI sehingga siap untuk digunakan oleh seluruh Industri Farmasi dalam negeri, terdiri dari 3 BBO anti kolesterol yaitu Simvastatin, Atorvastatin dan Rosuvastatin; 1 BBO anti platelet untuk obat jantung yaitu Clopidogrel; 2 BBO anti virus Entecavir dan Remdesivir; 4 BBO Anti Retroviral (ARV) untuk HIV AIDS yaitu Tenofovir, Lamivudin, Zidovudin dan Efavirenz; dan, 1 BBO untuk diare yaitu Attapulgite.
“Dan kami menargetkan produksi 28 BBO bisa tercapai pada 2024. Dengan demikian, impor BBO bisa berkurang hingga 20%. Kami akan mengembangkan dan memproduksi total 28 BBO yang akan diproduksi sampai 2024. Diharapkan akan menurunkan impor sebesar 17-20%," kata David, saat sesi konferensi pers di PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia, Cikarang, Senin (3/10/2022).
David lantas menegaskan bahwa apabila penurunan impor BBO dapat terwujud, pemerintah dapat berhemat hingga Rp 3,7 triliun.
“Di setiap tahunnya produksi BBO KFSP sendiri bisa menekan impor sejak 2020,” imbuhnya.
Lebih jauh, David mengatakan bahwa fokus utama Kimia Farma sendiri saat ini bukanlah terkait kinerja, melainkan bagaimana perusahaan ini memiliki keunggulan operasional yang mumpuni dan sesuai standar yang ditetapkan.
"Posisi Kimia Farma itu adalah sebagai pemain besar di industri farmasi, sehingga kami harus berfokus pada aspek operational excellence. Ketika itu bisa dilakukan, kinerja kami pasti bakal tumbuh," ujar David.
“Dan, dengan adanya peningkatan kualitas fasilitas produksi, serta inovasi dari Kimia Farma sebagai anggota Holding BUMN Farmasi, diharapkan Kimia Farma dapat ikut berperan dalam menurunkan jumlah impor bahan baku obat atau Active Pharmaceutical Ingredients (API) di Indonesia, serta dapat terus mengoptimalisasi penggunaan BBO Dalam Negeri,” pungkas David.
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.
Share Artikel: