Menu

Apresiasi Perusahaan dengan Tanggung Jawab Sosial, HerStory Gelar Women Empowerment Oriented CSR Awards 2022! Ini Daftar Pemenangnya

10 November 2022 18:55 WIB
Apresiasi Perusahaan dengan Tanggung Jawab Sosial, HerStory Gelar Women Empowerment Oriented CSR Awards 2022! Ini Daftar Pemenangnya

HerStory Indonesia Gelar Ajang Penghargaan: Women Empowerment Oriented CSR Awards 2022 (HerStory Indonesia)

HerStory, Jakarta —

Perekonomian Indonesia pasca pandemi COVID-19 terus menunjukkan pertumbuhan yang stabil. Hal ini dilihat dari hasil survei yang menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi sebesar 5,44% pada triwulan II tahun 2022 dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan perhitungan kuartal, pertumbuhan ini juga mengalami peningkatan sebesar 3,72%.

Pada periode yang sama, besaran Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai Rp. 4.919,9 triliun atas dasar harga berlaku (ADHB) sedangkan atas dasar harga konstan (ADHK) mencapai Rp. 2.923,7 triliun. Jumlah ADHK yang meningkat dari triwulan II-2021 (Rp. 2.772,83 triliun) ini menunjukan agregat nilai barang dan jasa yang kian tumbuh di perekonomian Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi pasca pandemi ini tentunya berkaitan dengan peran besar sektor privat yang mampu beradaptasi dan melakukan inovasi ketika pandemi COVID-19. Kontri besar itu akhirnya menjadi keran investasi dan penanaman modal dapat terbuka dengan lancar dan pada gilirannya mampu menggerakkan ekonomi secara makro.

Salah satu adaptasi dan inovasi yang dilakukan perusahaan dari segi internal adalah implementasi program Corporate Social Responsibility (CSR) yang lebih baik. Keberlangsungan CSR bukan hanya untuk menunjang kegiatan bisnis perusahaan, namun lebih daripada itu juga berpeluang memberikan kesempatan pengembangan yang lebih luas bagi masyarakat sekitar.

CSR merupakan gagasan yang ramai berkembang di akhir abad ke-20 mengenai tanggung jawab sosial dari suatu perusahaan. Ide dasar dari konsep ini adalah kesadaran para pemain bisnis bahwa mereka memiliki tanggung jawab sosial bagi sekitar, bukan hanya untuk memaksimalkan keuntungan saja.

Jenis CSR pada dasarnya sangat bervariasi, tapi perusahaan kerap menerapkan konsep triple bottom line, yang mana bisnis harus berkomitmen untuk mengukur dampak sosial dan lingkungan, bersama dengan keuntungannya. Secara ringkas, konsep ini mengusung “profit, people, planet”.

Selain konsep triple bottom line, beberapa perusahaan kini menerapkan CSR khusus gender diversity untuk mempromosikan kesetaraan gender. CSR yang berorientasi pada pemberdayaan perempuan ini bisa diwujudkan dengan berbagai bentuk, misalkan pelatihan pada wanita pemilik UMKM atau training khusus wanita.

Program CSR khusus wanita ini juga turut mendukung agenda Women Empowerment Principles sebagai wujud CSR gender equality yang diluncurkan UN Global Compact pada tahun 2010. CSR yang berorientasi pada kesetaraan gender membantu untuk memastikan wanita dalam mengakses haknya dan mendorong partisipasi yang inklusif di lingkungan kerja. 

CSR gender equality semakin relevan untuk diwujudkan dalam lanskap perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan rasio ketimpangan gender di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan laporan World Economic Forum tahun 2021, gender gap index di Indonesia masih sebesar 0,688. 

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan juga cenderung kecil di banding TPAK laki-laki, yakni 54,2% dibanding 83,6%. Oleh karenanya, CSR yang berorientasi pasa kesetaraan gender membantu untuk memastikan perempuan mengakses hak-hak mereka. 

Baca Juga: QNET Berjaya di PR Awards 2024 dengan Tiga Kemenangan Bergengsi

Baca Juga: Ini 5 Cara Dorong Kesetaraan Gender dalam Perusahaan ala Grant Thornton, Apa Saja?

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.

Halaman: