Menu

Cerita Sukses Agnes Yuliavitriani Bangun Platform Ayobantu.com: Dari Hobi Olahraga, Tawarkan Strategi Unik untuk Bantu Korban Bencana

12 Desember 2022 06:05 WIB

Agnes Yuliavitriani, CEO Ayobantu.com. (Riana/HerStory)

HerStory, Jakarta —

Beauty, kita semua tahu bahwa yang namanya perubahan besar selalu dimulai dari langkah-langkah kecil yang konsisten. Seperti halnya membantu masyarakat, bisa dimulai dari ide dan niat tulus hingga akhirnya membawa kemaslahatan bagi orang banyak.

Hal tersebut dilakukan oleh Agnes Yuliavitriani, CEO platform donasi, Ayobantu.com. Berbekal niat baik untuk membantu lebih banyak orang, ia pun akhirnya membawa misi yang lebih besar lewat platform digital yang digagasnya tersebut.

Wanita yang karib disapa Agnes itu mengaku, awal ia mengembangkan Ayobantu.com itu terjadi di tahun 2020 lalu. Di mana, proses lahirnya Ayobantu.com sendiri tercetus dari gagasan para anggota komunitas olahraga Agnes dan teman-temannya.

"Sebenarnya sejak jadi mahasiswa dulu terbersit di pikiran pengen punya yayasan. Cuma selang waktu berlalu belum ada kesempatan nih bikin yayasan. Terus karena saya suka olahraga, dan olahraga ini ada komunitasnya, dimana banyak teman-teman saya peduli dan sering banget galang dana kumpulin donasi untuk tujuannya bantu sesama, hanya saja kendalanya ketika ada galang dana atau patungan, kita bingung menggunakan rekening siapa, karena dana ini bisa saja tercampur uang pribadi atau lainnya,” tutur Agnes dalam sesi wawancara khusus dengan HerStory belum lama ini.

“Berangkat dari situlah, lahirlah ide membuat platform digitak berbasis sosial yang tujuannya mempermudah komunitas untuk memberikan bantuan, Ayobantu.com. Jadi, awalnya pembentukan platform digital ini selain untuk memudahkan menggalang dana, juga memudahkan anggota komunitas untuk berdonasi juga, dan saat melaporkan hasil donasinya juga," sambung Agnes.

Agnes menjelaskan, Ayobantu.com memiliki visi untuk membangun masyarakat Indonesia dengan kasih dan kebersamaan. Sedangkan misi utamanya adalah mengajak masyarakat umum atau individu, badan usaha dan organisasi, atau siapapun untuk ikut serta dalam penggalangan dana bantuan yang bermanfaat bagi masyarakat yang membutuhkan. 

“Adapun, fokus donasi di Ayobantu.com terbagi ke dalam beberapa kategori, dengan 3 kategori donasi tertinggi, yaitu sosial, kesehatan, dan bencana alam,” ujar Agnes.

Saat awal menggagas Ayobantu.com, diakui Agnes, banyak kalimat bernada pesimistis yang terlontar padanya. Pasalnya saat itu, pandemi Covid baru saja melanda negeri ini. Meski demikian, kata Agnes, hal tersebut tak menyurutkan langkahnya. Meski di masa sulit, ia tetap optimistis solidaritas sesama warga tetap kuat. Hal itu terbukti dari banyaknya inisiatif yang dilakukan sesama rekan komunitas olahraganya.

"Iya ada teman saya yang nyeleluk 'kok pandemi malah buka platform galang dana, emang ada yang donasi, kan buat sendiri aja susah', begitu. Tapi ya saya cuek aja. Dan ada satu temen saya, yang lumayan gila ya, dia itu karena pandemi kan gak boleh olah raga di luar, dia campaign olah raga di rumah, sepedahan pake indoor cycling. Dan di situ dia bingung, kalau dia galang dana pake rekening pribadi dia harus ngurusin mutasinya sulit, akhirnya pake Ayobantu.com. Kita langsung gerak cepat, waktu itu dia galang dana untuk bantu tenaga kesehatan karena kekurangan masker, APD, dll," terang Agnes.

Agnes menuturkan, peran Ayobantu.com sendiri adalah sebagai jembatan antara donatur dan penerima manfaat. Dan untuk perpanjangan tangan Ayobantu.com, Agnes pun bermitra dengan beberapa yayasan. 

"Kami kerjasama dengan beberapa yayasan mitra, mereka lah yang jadi perpanjangan tangan kami, kan tim kami masih kecil, gak mungkin kami survey satu per satu sedangkan Indonesia sendiri luas dan pendudukanya puluhan juta.Yayasan mitra itulah yang jadi perpanjangan tangan kami," imbuh Agnes.

Agnes pun lantas memaparkan beberapa keunggulan yang ditawarkan oleh platform besutannya. Menurutnya, salah satu keunggulan yang tak dimiliki oleh platform lainnya, Ayobantu.com ini menyediakan metode pembayaran donasi melalui aset Crypto dan NFZT. Adapun, inisiatif ini hadir sebagai cara untuk menggaet minat masyarakat luas, termasuk dari komunitas trader, investor, dan miners aset crypto. 

Menurut Agnes, pemanfaatan tren terkini sebagai bagian campaign diharapkan bisa menjangkau lebih banyak orang dengan bantuan media sosial. Di saat yang sama hal tersebut juga berpotensi meningkatkan motivasi generasi muda untuk berderma.

"Sebenarnya, kami selalu menerima ide dan masukkan dari temen-temen komunitas, donatur, dan pihak-pihak yang bekerjasama dengan kami. Kami pernah ngadain campaign yang menggunakan NFT dan Cryptocurrency sebagai metode pembayaran. Cryptocurrency kan sekarang kayak lagi viral, maka kami coba gabungkan dengan donasi. Dan syukurlah bisa. Dan itu jadi lumayan dan ngasih pilihan juga ke donatur,” jelas Agnes.

“Dan sebenarnya, awalnya metode pembayaran seperti itu kami tujukan untuk donatur dari luar negeri. Jadi instead pake credit card, paypal, bitcoin itulah solusinya. Atau yang abis cuan trader nih, itu mereka amanahkan ke Ayobantu.com. Kalau presentasinya sih belum begitu banyak ya. Nomer satu itu dompet digital," lanjut Agnes

Gak cuma itu, selain bisa menggunakan Bitcoin dan aset Crypto lain, dia menyebutkan ada beberapa perbedaan Ayobantu.com dengan platform penggalangan dana lainnya. Yakni, dengan menggaungkan kampanye dengan banyak cara, salah satunya dengan event olah raga dan mampu mengakomodasi lelang barang-barang yang ditujukan untuk kegiatan amal.

Dikatakan Agnes, dirinya membuat campaign dan menyalurkan donasi dengan teliti dan meminta berbagai berkas validasi dari penggalang dana atau yayasan. Ayobantu.com juga, kata dia, berkolaborasi membuat event yang melibatkan yayasan juga komunitas agar target donasi dan pesan dari penggalang dana tercapai dengan baik.

"Karena kami basisnya dari komunitas, jadi balik lagi ke komunitas olahraga tadi ya, banyak event yang kami gagas juga. Jadi kayak motto Ayobantu.com juga sih, pengennya tuh orang donasi tuh mudah dan menyenangkan. Kalau zaman dulu mungkin donasi tuh identik dengan bersimpati, berempati, harus lihat penerima manfaatnya tuh se-urgent apa sih, kami juga tak mengindahkan itu, tetap juga harus menyatakan penerima manfaatnya tuh gimana, cuma ternyata donasi itu bisa lewat event activation juga," terang Agnes.

Soal teknis penggalangan dana di Ayobantu.com sendiri, yang mana namanya penggalangan dana ini membutuhkan trust dari donatur, Agnes menuturkan bahwa Ayobantu.com pun melakukan filtrasi dan verifikasi penggalang dana guna memastikan keaslian dari penggalangan dana yang dilakukan.

"Nah jadi sebelum masuk atau bikin galang dana di Ayobantu.com, kami 'persulit' dulu nih, dalam arti kalau perusahaan resmi itu harus punya akta, izin domisili, dll. Dan untuk penggalang dana secara individu, kami syaratkan untuk selfie dengan KTP, orangnya harus sama, no rekeningnya juga sama. Verifikasinya begitu,” imbuh Agnes

“Tergolong mudah sih, cuma tadi di awal kita 'ribetin' verifikasinya, karena kita bener-bener detail, tapi untuk kebaikan bersama jadi mereka oke saja. Kalau persyaratan mereka lengkap, cuma 5 menit udah jadi, karena diproses verifikasinya sendiri, kalau kita tolak, kita kasih keterangan kurang ini kurang itu, begitu," lanjut Agnes.

Agnes pun menegaskan, segala bentuk informasi donatur yang telah memutuskan untuk mendaftar di Ayobantu.com tak akan diberikan ke pihak mana pun, termasuk ke campaigner yang kampanyenya pernah didonasi oleh donatur. 

"Campaigner hanya dapat melihat nama donatur dan nominal donasinya saja. Untuk para donatur sendiri aman karena server Ayobantu.com selalu dicek dan dimonitor secara berkala," ujar Agnes.

Nah Beauty, dalam perjalanan mengembangkan Ayobantu.com, Agnes mengaku melewati banyak tantangan dalam proses bertumbuh. Terlebih, ia membangun sebuah platform baru di tengah pandemi. Adapun, salah satu tantangan yang ia rasakan adalah dari sisi rekrutmen tim yang harus online.

"Dulu di awal-awal itu, tantangan yang saya rasakan itu saat bangun tim, ya. Karena 2020 awal itu kita dihantam pandemi yang mengharuskan kita meeting harus online. Kemudian bentuk tim rekrutmen harus online. Rekrut langsung aja kadang-kadang instingnya salah, apalagi online, kan," terang Agnes.

Kemudian, tantangan lain yang juga dirasakan Agnes saat menggagas Ayobantu.com adalah dari sisi menyakinkan donatur. Terlebih, saat itu Ayobantu.com terbilang crowdfunding  baru.

"(Menyakinkan donatur) di awal-awal itu tentu susah ya. Tapi, dari Ayobantu.com sendiri, kami 'perkuat' legalitas dengan mendapatkan izin dari Kemensos. Kami mengantongi izin Penyelenggaraan Pengumpulan Uang dan Barang (PUB) dari Kemensos, pengumpulan uang dan barang dan untuk bencana juga. Jadi disitulah dasar kami, kalau misal publik itu gak percaya bisa cek izinnya," tutur Agnes.

"Kemudian kami pun selalu rajin memberikan laporan ke Kemensos. Juga tak henti-hentinya kita selalu update laporan penyaluran donasinya. Jadi kalau misal yayasan mitra ini kelamaan gak ngasi laporan update, maka dari itu kami banned. Banned-nya itu jadi kayak dia gak bsia cairin dana. Kasus itu ada, tapi sebenarnya itu karena sistem sih. Jadi mereka tuh kayak kewalahan, jadinya saling tunggu-tungguan karena kan harus detail ya. Akhirnya ngulur waktu tuh, tapi dari Ayobantu gak terima tuh, karena uang donasi kan amanah ya, kita sebaiknya cepet-cepet juga menyalurkan update-nya," sambung Agnes.

Sementara itu, dalam hal memperkenalkan platform Ayobantu.com saat awal-awal digagas, selain dari mulut ke mulut, dari komunitas ke komunitas, Agnes pun mengenalkan Ayobantu.com lewat sosial media. 

"Kebetulan saya dibantu oleh temen-temen influencer yang mereka juga menggalang dana terus jadi kan nama Ayobantu.com linknya tersebar ya di sosial media mereka dari situ sih mulai dari situ," ujar Agnes.

Nah Beauty, menjelang usia ketiga tahun, Agnes mengaku, pertumbuhan donatur Ayobantu naik secara signifikan. Saat awal berdiri, jumlah Mitra Peduli pada 2020 hanya berjumlah 4 mitra, lalu bertambah hingga mencapai 68 pada tahun 2021. Mitra Peduli merupakan sebutan bagi yayasan, organisasi, komunitas, institusi, atau entitas lain yang berbadan hukum yang terlibat dalam kampanye Ayobantu.

Meski mendapatkan tren positif di tahun sebelumnya, Agnes bilang, pihaknya tak cepat berpuas diri. Oleh karena itu, platform donasi online ini menargetkan pertumbuhan Teman Peduli (sebutan untuk donatur) bertumbuh dari yang sebelumnya 300% per tahun, menjadi 500%, bahkan mungkin 800% per tahun. Selain itu, Ayobantu.com juga bertekad untuk meningkatkan jumlah Brand Peduli, sekaligus menjaga konsistensi untuk melakukan aktivasi kampanye sosial secara berkelanjutan.

Terakhir, Agnes pun menuturkan ihwal  mimpi yang ingin ia wujudkan bersama timnya di Ayobantu.com, salah satunya yakni bisa melibatkan dan membantu lebih banyak orang di Indonesia. Ia pun optimistis ke depannya akan semakin banyak kegiatan sosial yang dapat dilakukan bersama-sama untuk menghadirkan dampak yang lebih meluas bagi masyarakat.

"Tentunya,  Ayobantu.com jadi top of mind galang dana dan donasi. Kemudian makin banyak Teman Peduli atau donatur dan semakin banyak Yayasan Mitra yang bergabung di  Ayobantu.com. Dari Sabang sampai Merauke itu merata. Lalu, kita berharap juga makin banyak brand-brand yang mempercayakan dana CSR-nya ke Ayobantu.com," pungkas Agnes.