Ilustrasi menjaga kesehatan organ intim wanita. (unsplash/Timothy Meinberg)
Wanita yang memasuki usia 45 hingga 55 tahun umumnya akan mengalami gejala menopause. Tak sebatas pada terhentinya haid, menopause juga akan ditandai dengan berbagai hal, termasuk salah satunya perubahan vagina. Berikut adalah perubahan yang mungkin saja terjadi pada vagina setelah menopause, diantaranya:
Hormon estrogen yang tugasnya membantu melumasi dinding vagina, menjadi jauh berkurang saat menopause, menyebabkan vagina terasa jauh lebih kering. Penipisan dan pengeringan dinding vagina ini dikenal sebagai atrofi vagina, dan dapat menyebabkan gejala lain, termasuk gatal dan rasa terbakar pada vagina.
Karena kulit di daerah vagina menjadi lebih tipis setelah menopause, robek dan perdarahan saat berhubungan seks dapat terjadi. Solusinya, Moms dapat menggunakan pelumas sebelum berhubungan seks untuk mengurangi kekeringan pada dinding vagina.
Frekuensi hubungan seks yang berkurang setelah menopause dapat memengaruhi ukuran vagina. Ya, vagina terdiri dari jaringan otot, dan seperti otot lainnya, jika tidak sering digunakan dapat menyusut dan kehilangan volumenya.
Tingkat estrogen yang lebih rendah tidak hanya menyebabkan lapisan vagina menjadi lebih tipis dan lebih kering, tetapi juga dapat menyebabkan lapisan saluran kemih kehilangan volume. Hal ini dapat menyebabkan infeksi vagina dan saluran kemih.
Kadar pH vagina menjadi sedikit lebih basa akibat penurunan kadar hormon estrogen setelah menopause. Hal ini menyebabkan Moms mudah mengalami keputihan yang berbau dan berair.