Ilustrasi seorang ibu yang menyempatkan untuk memenuhi kebutuhan psikologis anak meski sedang sibuk bekerja. (Pinterest/Freepik)
Meskipun ingin membangun karier, biasanya impian para wanita akan tersendat lantaran pilihannya untuk menikah dan memiliki anak. Karena hal inilah para wanita biasanya lebih memilih untuk merelakan impinnya dan keluar dari dunia kerja.
Speerti diketahui, salah satu temuan lembaga riset Australia Indonesia Partnership for Economic Governance (AIPEG), tahun 2016 ada sekitar 1,7 juta wanita dari 11 juta wanita usia 20-24 tahun yang keluar dari angkatan kerja karena alasan pernikahan dan punya anak.
Oleh sebab itu, Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste Satu Kahkonen menyebut bahwa sistem kerja yang fleksibel sebetulnya bisa mendorong partisipasi wanita dalam angkatan kerja.
"Dengan membuat pilihan kerja yang fleksibel, seperti kerja hibrida dengan tanpa mengorbankan produktivitas," kata Satu Kahkonen seperti dikutip dari ANTARA melalui laman sindikasi konten Suara.com.
Selain sistem kerja fleksibel, ketersediaaan fasilitas pengasuhan anak berkualitas juga menjadi sorotan Satu Kahkonen untuk mendukung wanita di tempat kerja. Ia mengatakan bahwa fasilitas pengasuhan itu juga harus terjangkau sehingga memungkinkan wanita untuk bekerja.
Pihaknya mendorong tersedianya pendampingan dan pelatihan pekerja dan pengusaha wanita untuk membentuk pemimpin wanita di masa depan.
Hal tersebut penting karena saat ini jumlah wanita yang menjadi pemimpin dalam industri masih rendah.
"Pada posisi manajemen senior hanya 30 persen yang perempuan, lima persen di jajaran pimpinan perusahaan, dan hanya 16 persen yang memiliki usaha kecil dan menengah," kata Satu Kahkonen.
Padahal menurut survei ILO terhadap perusahaan di Indonesia, 77 persen perusahaan setuju bahwa keragaman gender dapat membantu meningkatkan kinerja bisnis mereka.
Hal tersebut menunjukkan mempekerjakan dan mempromosikan wanita merupakan hal yang positif bagi industri.
"Jadi mempekerjakan dan mempromosikan perempuan tidak hanya masuk akal secara ekonomi, tetapi juga masuk akal secara bisnis," kata Satu Kahkonen.
Oleh karena itu, pihaknya meminta pemerintah dan pengusaha mengeluarkan kebijakan untuk menciptakan ekosistem industri yang memberdayakan wanita.
Lihat Sumber Artikel di Suara.com
Disclaimer: Artikel ini merupakan kerja sama HerStory dengan Suara.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi artikel yang tayang di website ini menjadi tanggung jawab HerStory.