Serba-serbi keindahan Suku Dayak. (Istimewa/Edited by HerStory)
Indonesia merupakan negara dengan kekayaan budaya yang luar biasa banyak dari setiap daerah. Salah satu kekayaan bangsa adalah suku serta tradisi yang dimiliki oleh beragam suku, termasuk Dayak.
Suku Dayak belum lama ini menjadi sorotan usai muncul ‘orang sakti’ yang mengaku mampu menyembuhkan berbagai penyakit secara alternatif. Ia adalah Ida Dayak yang mana melakukan proses ‘penyembuhan’ menggunakan minyak serta mengenakan pakaian adat Dayak.
Lantas suku Dayak menjadi perhatian dan banyak yang penasaran mengenai salah satu suku yang berasal dari Kalimantan ini.
Mengulik lebih lanjut, ternyata suku dayak kaya akan tradisi yang unik, lho. Tradisi ini menjadi kekayaan sekaligus kekhasan budaya dari suku Dayak.
Kira-kira apa saja tradisi asal suku Dayak, ya? Yuk, simak selengkapnya dalam artikel yang sudah HerStory rangkum dari berbagai sumber berikut ini, Beauty!
Beauty, ternyata suku Dayak memiliki tradisi unik untuk memanjangkan daun telinga, lho. Melansir laman Gramedia, mereka menggunakan pemberat seperti logam yang digunakan bak anting-anting agar daun telinga tertarik ke bawah dan memanjang.
Ukuran tingkat kepanjangan telinga antara wanita dan pria berbeda. Wanita boleh memanjangkan telinga hingga dada, sedangkan pria cukup sampai di bawah dagu saja.
Ternyata, tradisi ini dijadikan sebagai simbol estetika dan juga menunjukkan status kebangsawanan, Beauty. Gak hanya itu, memanjangkan telinga juga menjadi metode untuk melatih kesabaran ala suku Dayak.
Melansir laman Kemendikbud, tato merupakan salah satu tradisi tua yang mana masyarakat Dayak Iban sudah mengenalnya sejak tahun 1500-500 SM. Masyarakat suku Dayak Iban di Kecamatan Embaloh mengenal tato sebagai seni ukir pada tubuh.
Tradisi ini ternyata juga dijadikan sebagai pengenal yang mana kala perang suku Dayak akan mengenali kawan lewat tatonya, Beauty.
Tradisi ngayau merupakan kegiatan berburu kepala musuh yang dilakukan oleh beberapa rumpun Dayak, yaitu Ngaju, Iban, serta Kenyah. Namun, tradisi yang satu ini sudah dihentikan sebab dianggap terlalu sadis dan penuh dendam.
Konon, tradisi ini diwariskan secara turun-temurun yang dilakukan oleh pemuda Dayak untuk menunjukkan bakti dan kesetiaan. Setiap keturunan akan memburu kepala pembunuh ayahnya dan kemudian terus berlanjut ke anak cucu.
Pada tahun 1874, kepala suku Dayak Kayan mengumpulkan kepala suku dari rumpun lainnya. Mereka akhirnya menyepakati hasil musyawarah Tumbang Anoi yang mana berisi larangan tradisi ngayau karena dapat menyebabkan perselisihan di dalam suku Dayak.
Tiwah merupakan tradisi pemakaman yang dilakukan dengan cara membakar tulang belulang kerabat yang sudah meninggal dunia. Ini merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Dayak Ngaju yang memegang kepercayaan Kaharingan, Beauty.
Tradisi ini dipercaya dapat mengantarkan arwah dari orang yang sudah meninggal menuju akhirat yang disebut dengan Lewu Tatau. Pelaksanaannya dilakukan dengan cara menari dan bernyanyi sambil mengelilingi jenazah.
Nah, itu dia beberapa tradisi dari suku Dayak. Semoga bermanfaat, ya!