Menu

Kisah Inspiratif Citra Damayani Agus: Memberi Cahaya dalam Kegelapan Lewat Belajar Al-Quran untuk Tuna Netra, Panutan!

13 April 2023 15:39 WIB

Bincang Heart to Heart Wardah bersama Citra Damayani selaku Founder Komunitas Belajar Al Qur’an Braille Malang (Dok. Istimewa/Edited by HerStory)

HerStory, Jakarta —

Berangsur hilang penglihatan, Citra Damayani Agus ternyata menemukan cahaya baru dalam hidupnya yang semakin gelap. Bahkan, ia membangun Komunitas Belajar Qur’an Braille Malang yang menaungi kawan tuna netra dalam belajar Al-Quran.

Meski gak bisa membaca secara visual, Citra bersama teman tunanetra di kawasan Malang mampu mendapatkan petunjuk Allah lewat Al-Quran jenis braille. Ia mengatakan bahwa Allah merupakan tempat mengadu kala hidup hanya dipenuhi dengan kegelapan.

“Karena kegelapan, yang kita punya hanya hitam pastinya dekat (dengan Allah) karena gak ada yang terlihat lagi. Jadi mengadu kepada Allah merupakan bagian sehari-hari,” ungkapnya dalam bincang-bincang Heart to Heart oleh Wardah yang dipandu oleh Dewi Sandra, Selasa (12/4/2023). 

Ia mengatakan keterbatasan dalam melihat bukanlah penghalang untuk dekat dengan Allah. Apalagi, rasa rindu yang sangat besar membuatnya semakin giat untuk belajar membaca Al-Quran.

“Mulai dari situ kerinduan tadi yang membuat kita kan terus melangkah walaupun ga bisa melihat bukan berarti gak bisa apa apa,” sambungnya. 

Lantas, bagaimana awal mula membangun Komunitas Belajar Quran Braille Malang?

Citra mengatakan bahwa komunitas ini terbentuk secara alamiah yang mana bukanlah ditujukan sebagai komunitas sejak awal. Kala itu ia pindah ke Malang usai kehilangan penglihatan dan mulai mencari cara untuk belajar membaca Al-Quran kembali.

“Awal mulanya komunitas ini bukan bentuk komunitas. Ketika saya pindah ke malang sebagaimana saat itu saya tidak bisa melihat,” terangnya.

Namun, ia mengaku mengalami kesulitan sebab minimnya akses pengajar Al-Quran yang mampu mendidik tunanetra. Hingga akhirnya ia bertemu dengan seorang sahabat yang mampu membaca braille meski hanya terbatas.

“Jadi untuk bisa baca Quran lagi harus cari guru, tapi di Malang ini susah sekali cari guru. Lalu saya ketemu ada satu orang yang bisa baca braille ia bilang, ‘bisa baca tapi terbatas,’ gitu,” ungkapnya.

Meski begitu, ia memutuskan untuk belajar dari sahabat tersebut. Mereka kemudian saling membantu hingga kabar soal Citra dan sahabatnya itu aktif belajar Quran terdengar orang kawan tunanetra lainnya.

Semakin lama ada banyak yang ingin bergabung dan belajar bersama. Meski melangkah sedikit-demi sedikit, akhirnya terkumpul 20 anggota dan kegiatan baca Al-Quran semakin ditata dan dilaksanakan di masjid.

“Kemudian ada ibu yang mau bergabung pengen baca juga jadi satu, dua, tiga, empat, sampai akhirnya ber-20 sama-sama dengan keinginan yang sama walaupun seadanya belum ketemu dengan pengajar yang seperti di Jakarta ada banyak. Tapi kita mulai belajar aja,” ungkapnya.

Ia mengaku bahwa Al-Quran merupakan sebuah petunjuk dan cahaya dalam kegelapan yang dirasakannya. Inilah yang menjadi motivasi Citra yang kemudian membentuk komunitas ini.

“Itu (Al-Quran) satu satunya yang jadi petunjuk yang bikin terang jalan kita. Ga mungkin selalu gelap,” pungkasnya.