Menu

Mengenal Apa Itu Help-Seeking Behavior, Sikap Keterbukaan Diri saat Mengalami Masalah Kesehatan Mental, Yuk Jangan Malu Lagi!

17 Mei 2023 20:05 WIB

Ilustrasi Help-Seeking Behaviour (Dok. Istimewa/Edited by HerStory)

HerStory, Jakarta —

Masalah mental merupakan suatu kondisi yang kerap menerima stigma negatif dari masyarakat. Hal inilah yang menimbulkan rasa ragu untuk mencari bantuan atau help-seeking behaviour menjadi sesuatu yang canggung untuk dilakukan. 

Padahal berdasarkan Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) tentang kesehatan mental remaja di Indonesia, terdapat data betapa tingginya kasus masalah kesehatan mental yang dihadapi oleh remaja.

Survei yang dirilis oleh tim riset gabungan Indonesia, Australia dan Amerika Serikat tersebut melibatkan 5.664 rumah tangga dengan kelompok remaja usia 10-17 tahun dilakukan pada tahun 2022.

Ternyata, sekitar 5,5% remaja terdiagnosis mengidap gangguan mental atau disebut Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), 34,9% terdiagnosis setidaknya satu masalah kesehatan mental atau tergolong Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK). 

Dari 5.664 rumah tangga, hanya 243 yang merasa bahwa anak remajanya membutuhkan bantuan dan dari 243 rumah tangga ini sekitar 83,3% mengaku bahwa kebutuhan anaknya dalam mendapatkan bantuan belum terpenuhi. 

Sebagai lembaga kesejahteraan pribadi dan perusahaan terintegrasi yang berfokus pada kesehatan mental, Remedi Indonesia mengajak masyarakat untuk lebih sadar mengenai isu masalah kesehatan mental. 

“Melihat data ini, dibutuhkan urgensi untuk meningkatkan kesadaran, akses, dan layanan bantuan kesehatan mental yang berkualitas di Indonesia. Literasi tentang pentingnya kesehatan mental di Indonesia masih sangat rendah, sehingga tidak heran para orang tua maupun para pengasuh/primary caregiver memiliki kesulitan untuk mengenali gejala masalah kesehatan mental anak-anaknya dan tidak memiliki petunjuk yang baik ke mana harus mencari bantuan,” ujar Siti Banu Intan, selaku CEO Remedi Indonesia, dalam keterangan pers yang diterima oleh HerStory, Rabu (17/5/2023). 

Adapun cara agar isu ini kian disadari adalah dengan memberikan edukasi mengenai help-seeking behaviour. Ini merupakan usaha aktif yang dilakukan seseorang ketika mengalami kesulitan, kebingungan, dan/atau ketidaknyamanan. 

Dengan help-seeking behaviour yang baik, diharapkan seseorang mendapatkan masukan, informasi, edukasi, intervensi, dukungan serta bantuan dari orang lain atau profesional.

Apa itu help-seeking behaviour?

Seringkali saat kita sakit, mengalami ketidaknyamanan atau kekhawatiran berlebih kita cenderung untuk diam dan berusaha untuk menyelesaikan masalah kita sendiri. Banyak faktor yang membuat kita enggan untuk meminta bantuan, seperti malu, takut, atau ingin lari dari masalah. 

Padahal, keterbukaan dan kesadaran diri untuk meminta bantuan (help-seeking behaviour) adalah hal yang krusial dan penting karena dapat membantu kita untuk memetakan permasalahan yang ada dan menemukan solusinya.

Menurut American Psychological Association (APA), help-seeking behaviour adalah perilaku seseorang untuk mencari bantuan secara formal maupun informal, misalnya kepada para praktisi kesehatan mental. Dengan adanya kesadaran dan kemauan seseorang untuk memahami, menghadapi, dan menyelesaikan masalah diikuti dengan bantuan dan dukungan dari pihak lain yang profesional. 

Ricardo Eiraldi, seorang profesor Clinical Psychology in Pediatrics, Perelman School of Medicine Universitas Pennsylvania menjelaskan tahapan help-seeking behaviour. Berikut informasi selengkapnya. 

1. Problem recognition (menyadari masalah)

Kesadaran ini perlu diikuti dengan self-awareness yang baik dimana seseorang menyadari membutuhkan bantuan orang lain untuk membuatnya memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Peran lingkungan juga penting untuk meningkatkan kesadaran tentang masalah atau isu yang sedang berkembang di masyarakat.

Cara untuk meningkatkan problem recognition adalah melalui edukasi. Remedi Indonesia menyediakan edukasi untuk kesehatan holistik bagi masyarakat, baik dari aspek kesehatan mental, fisik, keuangan, spiritual, dan pengembangan diri. 

2. Decision to seek help (memutuskan untuk mencari bantuan)

Memutuskan untuk mencari bantuan memiliki tantangan tersendiri, seperti adanya stigma dan kecemasan akan merepotkan atau mengganggu orang lain. Edukasi tentang normalisasi mencari bantuan adalah upaya untuk melawan stigma yang ada di masyarakat.

Remedi Indonesia memberikan rasa nyaman dan aman bagi siapapun yang ingin mencari bantuan atas permasalahan hidupnya. Rasa aman akan membuat seseorang berani dalam memutuskan untuk mencari bantuan dan akan membantu seseorang berproses dari masalah yang sedang dihadapi.

3. Service selection (memilih bantuan atau layanan)

Dalam memilih jenis bantuan yang dibutuhkan seseorang perlu mempertimbangkan sumber daya dan seberapa berat masalah yang sedang dihadapi.

Remedi Indonesia memberikan layanan holistik untuk meningkatkan kesejahteraan seseorang, mencakup permasalahan pribadi, keluarga, kesehatan, keuangan, dan karir. Bantuan yang ditawarkan juga didukung oleh profesional yang berpengalaman di bidangnya serta tersertifikasi sehingga dapat memberikan bantuan yang terarah sesuai keahliannya. 

4. Service utilization (utilisasi bantuan atau layanan)

Kompleksitas masalah yang dihadapi akan semakin jelas ketika mendapatkan sudut pandang baru dari penyedia bantuan yang profesional. Orang yang butuh bantuan mungkin awalnya akan merasa kesulitan untuk mengurai masalah yang dihadapi. 

Oleh karena itu, pikiran terbuka terhadap bantuan-bantuan lain menjadi penting dalam mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.

“Remedi Indonesia sebagai one-stop-solution dalam layanan well-being mulai dari personal well-being hingga Employee Assistance Program (EAP) akan membantu seseorang dalam memetakan dan menemukan potensi dalam dirinya sebagai bekal untuk menyelesaikan masalah utama. Utilisasi bantuan atau layanan yang ada di Remedi Indonesia akan membantu seseorang mengeksplorasi diri dan menemukan potensi yang dapat meningkatkan kualitas hidup menjadi lebih baik,” tandas Intan.