Menu

Serba-Serbi Jadi Pemimpin Wanita ala Dian Kurniawati: Kadang Saya Kena Imposter Syndrome

19 Mei 2023 11:15 WIB

Dian Kurniawati selaku Founder Tridi Oasis (Dok. Istimewa/Edited by HerStory)

HerStory, Depok —

Menjadi pemimpin wanita tentunya mengundang banyak tantangan akibat banyaknya stigma soal kepemimpinan di tangan wanita. Namun, bukan berarti hal ini menjadi penghalang bagi wanita untuk terjun ke dunia karier bahkan menjadi seorang pemimpin.

Hal tersebut dibuktikan oleh Dian Kurniawati selaku Founder dan Direktur Tridi Oasis. Sebagai wanita, ia berhasil membangun bisnis yang bergerak di bidang lingkungan sejak 2017.

Dalam bincang-bincang bersama HerStory, Dian mengaku bahwa tentu saja ada tantangan yang ia rasakan sebagai pemimpin wanita. Satu hal yang kerap ia rasakan adanya munculnya imposter syndrom.

Ini merupakan sebuah rasa kurang nyaman akibat munculnya pemikiran soal ketidakmampuan diri hingga merasa gak kompeten untuk berada di lingkungan sekitar.

Dian mengaku perasaan ini muncul kala ia dihadapkan dengan situasi yang dipenuhi oleh pria dan orang-orang yang lebih senior atau berpengalaman. Menurutnya bidang yang digelutinya ini kerap diduduki oleh para pria sehingga muncul rasa keraguan dalam dirinya.

Negatifnya mungkin lebih ke imposter syndrome. Misal aku meeting sama yang semuanya cowok yang posisinya (jabatan dan pengalaman) sudah tinggi, berasal dari perusahaan asing atau multinasional, sedangkan kita cewek masih muda di dalam bawah sadar mikir ‘gua didengerin gak ya?’ Kadang gitu,” ujar Dian.

Apa itu imposter syndrome?

Beauty, melansir laman Harvard Business Review, wanita kerap didiagnosa mengalami imposter syndrome. Ini merupakan rasa ragu akan kemampuan diri sendiri. 

Konsep ini mulai berkembang sejak tahun 1970-an di mana ada pengaruh rasisme, kelas sosial, dan bias lainnya yang menimbulkan rasa gak nyaman yang umumnya dirasakan oleh wanita. 

Adapun cara untuk mengatasi imposter syndrome bukanlah mengubah karakter individu melainkan menciptakan lingkungan dengan gaya kepemimpinan yang berbeda. 

Dari sini terbukti bahwa dalam dunia kepemimpinan dibutuhkan keragaman dari segi ras, etnis, identitas gender yang mana mereka dipandang secara profesional sebagai seorang pemimpin.

Lalu, bagaimana Dian mengatasi imposter syndrome?

Menariknya, Dian memiliki kemampuan untuk menghilangkan rasa ragu dalam dirinya. Ia berusaha menekankan bahwa ia hadir untuk menyampaikan pesan sebagai pemimpin.

Biasanya aku gimana sebisa mungkin menghilangkan konsep itu. Sama kok yang penting konsen sama konten dan delivering message (menyampaikan pesan) tadi,” ujarnya.

Dian yakin bahwa keraguan yang muncul gak seharusnya menghentikan langkah untuk mengembangkan bisnisnya. Bahkan, setelah ia melakukan tugasnya sebagai pemimpin, keraguan tersebut hilang sebab ia yakin dengan apa yang ada dalam dirinya, dan merubah keraguan tersebut menjadi tantangan dan peluang untuk terus berkembang dan berkontribusi

Seberapa penting, sih, wanita dalam jajaran pemimpin?

Membahas soal peran wanita dalam jajaran kepemimpinan, Dian merasa bahwa hal ini sangat penting. Pasalnya masalah yang ada sangat beragam sehingga solusi yang ditawarkan juga seharusnya beragam pula.

Hal ini dapat tercapai dengan adanya keberagaman dalam jajaran pemimpin atau pengambil keputusan. Pasalnya wanita dan pria memiliki pandangan yang beda di mana inilah yang dibutuhkan untuk memenuhi solusi dari keberagaman masalah yang ada.

Menurut aku perlu komposisi cowok dan cewek karena pandangannya beda. Gak hanya keberagaman gender, tetapi juga perlu keberagaman background pendidikan, pengalaman, personality, ras, etnis, karena berpengaruh pada reasoning dalam pengambilan keputusan,” terangnya.

Ada keberagaman jadi ada diskusi dalam mengambil keputusan,” lanjutnya.

Jadi, Dian memandang bahwa keberagaman itu sangat penting. Apalagi para wanita sudah seharusnya gak perlu ragu untuk melangkah dan menjadi pemimpin.

Artikel Pilihan