Menu

Hari Anak Nasional 2023, Berikut Ini Cara Melindungi Si Kecil dari Perundungan, Cuss Simak Tipsnya Moms!

23 Juli 2023 08:37 WIB

Ilustrasi seorang anak yang dibully. (Healthline.com/Edited by HerStory)

HerStory, Jakarta —

Pada momen Hari Anak Nasional 2023, penting bagi Moms kian meningkatkan kesadaran terhadap perundungan atau bullying yang terjadi pada anak. Sebab hingga kini, perbuatan tak terpuji itu masih saja kerap terjadi. 

Tak jarang, sebuah kekurangan menjadi bahan merundung seseorang hingga menimbulkan kesedian, bahkan trauma mendalam. Bukan hanya dalam bentuk perkataan menyakitkan saja, perundungan sering disertai dengan kekerasan fisik. 

Perundungan tak lepas dari adanya kesenjangan kekuatan antara korban dan pelaku serta diikuti pola repetisi (pengulangan perilaku). Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima aduan dari 480 anak yang menjadi korban perundungan di sekolah pada periode 2016 hingga 2020. 

Sulitnya memutus mata rantai kasus perundungan ini menjadi pokok permasalahan. Sebab, korban bisa menjadi pelaku dan pelaku dapat pula menjadi korban.

Moms, demi melindungi perasaan dan masa depan si kecil, yuk kenali cara mencegah perundungan pada anak, sebagaimana disarankan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Subspesialis Anak dan Remaja (Psikiatri), Anggia Hapsari. 

1. Ambil tindakan dengan segera

Moms, Dokter Anggia menyarankan, saat melihat tindakan perundungan, jangan pernah ragu untuk mengambil tindakan sesegera mungkin. 

“Tatap mata si perundung dan minta agar dia menghentikan tindakannya. Jika si perundung menggoda dengan mengejek, atau mengancam secara fisik, terkadang kontak mata dan ketenangan, serta mengatakan "tidak" dengan jelas adalah cara yang tepat untuk meredakan ketegangan,” tutur Dokter Anggia, dalam keterangan tertulis diterima HerStory, Minggu (23/7/2023). 

2. Hindari membuat situasi bertambah panas

Moms, meski rasanya menyakitkan melihat si kecil menjadi korban perundungan, tetap lindungi mereka dengan tenang, ya! Hindari membuat situasi bertambah panas karena tindakan yang gak tepat. 

“Menantang si perundung dengan menjulukinya atau mengancam akan melawan balik hanya akan memperburuk situasi. Jangan berteriak atau melangkah maju saat mendapatkan kekerasan fisik,” ucap Dokter Anggia. 

Menurutnya, perundung cenderung menanggapi dengan melakukan perundungan lebih lanjut, dan Moms berisiko menghadapi masalah lebih banyak. 

3. Ketahui kapan bisa pergi meninggalkannya

Moms, orang yang bertingak merundung seseorang tentunya tak memiliki akal waras. Saat melihat si kecil mengalami perundungan, bertindak diam dan pergi membawa anak terkadang jadi hal tepat. 

“Jika situasi sepertinya mengancam atau berbahaya, sebaiknya segera pergi. Berbalik dan pergilah dari si perundung. Pada suatu titik, adu pendapat dengannya gak ada gunanya,” kata Dokter Anggia. 

Jika Moms mengkhawatirkan keselamatan anak, temui guru atau pembimbing yang dipercayai untuk membantu mengatasi situasi tersebut. Hindari melakukan kontak lebih jauh dengan si perundung. 

4. Jangan menanggapi serangan perundungan yang dilancarkan media sosial

Moms, apabila anak mendapat perundungan dari seseorang lewat media sosial, jangan ditanggapi. Jika si perundung anonim, provokasi hanya akan memperburuk situasi. 

“Alih-alih menanggapi si perundung, lakukan tindakan-tindakan menyimpan bukti, blok akun si perundung, serta ubah pengaturan profil agar susah dicari. Hal ini seringkali cukup untuk menghalangi si perundung melakukan tindakan yang lebih jauh,” tegas Dokter Anggia. 

5. Berikan contoh yang baik

Moms, tak menutup kemungkinan anak korban perundungan akan menjadi pelaku juga. Terkadang, rasa sakit hati menimbulkan dendam mendalam yang berpotensi mengubah perilaku anak. 

Menurut Dokter Anggia, memberikan contoh baik cukup membantu memutus rantai perundungan. Jangan pernah sesekali merendahkan orang lain di depan anak. 

“Jangan pula sengaja meninggalkan orang lain atau mengabaikannya. Bela orang lain yang menjadi korban perundungan serta sebarkan informasi bahwa perundungan harus dihentikan,” ucap Dokter Anggia. 

Selain itu, ajari anak-anak untuk memiliki titik kontrol dalam diri. Ajari mereka, apa yang orang lain katakan serta lakukan merupakan hal yang benar-benar menentukan bagaimana perasaan seseorang. 

“Setiap orang berhak menentukan secara kognitif kita sendirilah yang sebenarnya menentukan bagaimana perasaan kita, dan bukan orang lain yang menentukan hal itu. Kecuali jika kita membiarkan orang lain melakukan itu terhadap kita,” tutup Dokter Anggia.

Artikel Pilihan