Menu

Pentingnya Mengenali Kesehatan Mental, Kapan Sih Beauty Harus ke Psikolog Biar Tetap Waras? Yuk Cari Jawabannya di Sini..

25 Juli 2023 20:05 WIB

Ilustrasi wanita mengalami gangguan hormonal (Freepik/Edited by HerStory)

HerStory, Jakarta —

Sama seperti fisik, kesehatan mental juga hal yang penting untuk diperhatikan. Sebab, mental yang sehat akan memengarhui pikiran, hati, dan jiwa. Tak hanya itu, ini juga bisa berdampak pada kesehatan fisik Moms.

Sebaliknya, jika mental tidak baik-baik saja akan memicu stres yang berujung pada kesehatan fisik juga. Untuk itu, penting agar kamu mengenali kesehatan mentalmu, ya Moms.

Lalu, kapan sih kita harus datang ke psikolog untuk menjaga kewarasan?

Melansir dari laman Genpi, Selasa (25/7/2023), Psikolog Klinis, Saskhaya Aulia Prima M.Psi menyebutkan waktu yang tepat untuk memeriksakan diri yaitu saat kegiatan rutin sehari-hari sudah tergangu akibat masalah mental.

Menurutnya, ada beberapa ciri seseorang yang harus terhubung dengan kesehatan profesional ketika aktivitas hariannya terganggu. Adapun terganggunya pola kegiatan rutin yang dimaksud, seperti pola tidur yang berlebihan atau tidak bisa tidur, pola makan yang tidak teratur karena tidak nafsu makan, hingga malas untuk membersihkan diri.

“Misalnya seperti pola mandi, pola makan, dan pola tidurnya bermasalah terus-terusan lebih dari dua minggu," jelas Saskhaya.

Selain itu, ciri lain dari seseorang yang membutuhkan bantuan tenaga profesional untuk menangani masalah kesehatan mentalnya ialah ketika seseorang tersebut kerap berpikiran negatif hingga menyakiti diri sendiri.

Tak hanya itu, masalah lainnya yang muncul adalah tidak adanya motivasi diri untuk beraktivitas sehingga akhirnya performa dan produktivitasnya berakhir terbengkalai.

"Jika ternyata ciri-ciri itu terus dialami berulang kali, ini perlu segera ke profesional. Jika misalnya merasa tidak nyaman, bisa mengajak teman dekat atau saudara yang benar-benar dipercaya untuk ikut menemani konsultasi," kata Saskhya.

Lebih lanjut, Saskhya menyarankan agar masyarakat tak melakukan diagnosa mandiri atau "self diagnosed" berdasarkan informasi yang tersebar di ruang digital.

“Diagnosa untuk kesehatan mental sama halnya dengan diagnosa untuk kesehatan fisik hanya bisa dilakukan oleh tenaga profesional,” paparnya.

Share Artikel:

Oleh: Sri Handari

Artikel Pilihan