Menu

Mengenal Istilah Female Breadwinners, Fenomena Ketika Perempuan Menjadi Tulang Punggung Keluarga

15 April 2025 14:59 WIB

Ilustrasi wanita karier mengalami stres. (Freepik/Edited By HerStory)

HerStory, Jakarta —

Beauty, jika dalam sebuah keluarga, ada sosok ibu, istri, atau anak perempuan yang bukan hanya mengurus rumah, tapi juga menjadi sumber utama pendapatan keluarga, dialah yang disebut sebagai female breadwinner.

Istilah itu merujuk pada perempuan pencari nafkah utama dalam rumah tangga. Peran ini bisa berarti satu-satunya penyokong ekonomi, atau setidaknya pemberi kontribusi terbesar dalam pemasukan keluarga.

Fenomena yang Semakin Umum

Mengutip dari laporan BPS, fenomena female breadwinners bukan lagi hal langka. Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, sekitar 42% ibu berperan sebagai tulang punggung ekonomi keluarga. Ini bukan hanya karena mereka "harus", tetapi juga karena mereka "bisa". Tingkat pendidikan perempuan yang semakin tinggi, perubahan pola keluarga, dan tuntutan ekonomi membuat peran ini kian relevan. Namun, di balik kekuatan itu, ada tantangan yang tak sedikit, mulai dari tekanan sosial, ekspektasi gender, sampai beban ganda antara karier dan pekerjaan rumah tangga.

Berbeda Negara, Berbeda Cerita

Beauty, ternyata setiap negara punya ceritanya sendiri soal perempuan pencari nafkah.

  • Di Australia, peran ini cenderung bersifat sementara. Kadang karena pasangan kehilangan pekerjaan, atau karena situasi ekonomi yang berubah. Jadi bukan sesuatu yang selalu stabil.
  • Di Jerman, walau jumlahnya meningkat, perempuan masih dibayang-bayangi norma tradisional yang menempatkan mereka di ranah domestik. Mereka tetap diharapkan menjadi pengasuh utama, meski juga harus bekerja penuh waktu.
  • Di negara berkembang, tantangannya lebih kompleks, mulai dari akses pendidikan yang belum merata, keterbatasan partisipasi dalam dunia kerja, serta minimnya perlindungan hukum dan kebijakan yang mendukung kesetaraan gender. Norma sosial yang kaku membuat perempuan masih sulit menembus batas peran tradisional mereka.

Lalu, Bagaimana dengan Indonesia?

Di tahun 2024, data dari Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) menunjukkan bahwa sekitar 14,37% pekerja perempuan di Indonesia adalah female breadwinners. Artinya, satu dari sepuluh pekerja perempuan di negeri ini adalah penopang utama ekonomi keluarga. Ini adalah angka yang cukup besar, mengingat tantangan budaya dan struktural yang masih kuat di masyarakat kita.

Mereka datang dari berbagai latar belakang, ada yang memang menjadi satu-satunya pencari nafkah karena situasi, ada pula yang menjadi kontributor pendapatan terbesar karena keahlian dan peluang kerja yang mereka miliki.

Menjadi female breadwinner bukan sekadar soal penghasilan. Ini tentang kekuatan, ketangguhan, dan kemampuan perempuan dalam mengelola peran ganda, yaitu sebagai profesional dan pengelola rumah tangga. Namun, ini juga soal keadilan. Kita masih perlu sistem pendukung yang lebih kuat, mulai dari kebijakan ramah gender, akses pendidikan dan pekerjaan yang merata, serta budaya yang lebih menghargai kontribusi perempuan di semua lini kehidupan.

Female breadwinners bukan sekadar fenomena. Mereka adalah wajah dari perubahan sosial yang sedang berlangsung. Perempuan tak lagi hanya "membantu" ekonomi keluarga, kini mereka menjalankan roda ekonomi itu. 

Share Artikel:

Oleh: Ida Umy Rasyidah

Artikel Pilihan