Secangkir kopi. (Pixabay/Anja)
Di tengah hingar-bingar World of Coffee Jakarta 2025 yang baru saja digelar pada 15–17 Mei di Jakarta International Convention Center (JICC), ada satu nama yang menyita perhatian para pelaku industri kopi, yaitu Omakafé. Didirikan oleh Mikael Jasin, peraih gelar World Barista Champion 2024, Omakafé bukan sekadar bar minuman, melainkan sebuah ruang pengalaman, di mana kopi disajikan sebagai perayaan budaya dan jembatan identitas.
Dengan konsep fine beverage bar, Omakafé tampil membedakan diri melalui sajian kopi yang tidak hanya lezat, tetapi juga menggugah secara emosional, sensorik, dan budaya. Di booth yang terletak di Plenary Hall, Omakafé membawa semangat Bhinneka Tunggal Ika ke dalam cangkir demi cangkir yang disajikan lewat format tasting omakase. Didampingi oleh para beverage expert seperti Georgius Audrey, Juara Indonesian Coffee in Good Spirits 2025, dan Mikael Jasin sendiri, setiap sesi menjadi perjalanan yang membawa penikmatnya menelusuri jejak kopi dari Toraja hingga Jogja, dari bandrek hingga wedang.
“Selama ini Indonesia berperan besar dalam rantai pasok kopi dunia—kini saatnya kita memengaruhi bagaimana dunia menikmati kopi. Pada kegiatan World of Coffee Jakarta ini, Omakafé tidak hanya menyajikan menu; kami sedang memperkenalkan sebuah gerakan,” ujar Mikael Jasin, Pendiri Omakafé dikutip Selasa (20/5).
Selama bertahun-tahun, peran Indonesia dalam industri kopi global cenderung terbatas pada penyediaan bahan mentah. Namun, melalui Omakafé, Mikael Jasin membawa narasi baru, Indonesia bukan hanya asal-usul kopi, tapi juga sumber pengalaman. Lewat pendekatan omakase yang khas dan imersif, Omakafé memperkenalkan ritual dan kisah di balik secangkir kopi, sebuah transformasi dari apa yang kita hasilkan menjadi bagaimana kita hidup bersama kopi.
Konsep ini selaras dengan visi World of Coffee 2025, ajang kopi internasional bergengsi yang untuk pertama kalinya diselenggarakan di Asia Tenggara. Keputusan Specialty Coffee Association (SCA) menunjuk Jakarta sebagai tuan rumah, menjadi tonggak penting yang mengukuhkan posisi Indonesia sebagai pemain utama di industri kopi spesialti, tidak hanya dari sisi produksi, tetapi juga dari segi budaya dan inovasi.
“Kopi bukan hanya komoditas tapi bagian dari denyut kehidupan masyarakat kita. Di setiap sudut negeri dari pegunungan Gayo hingga lereng Toraja, kopi menjadi simbol kerja keras, warisan budaya, dan kebanggaan bangsa kita,” ujar Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan.
Tak seperti ekspansi waralaba yang sering kali mengorbankan identitas, Omakafé berencana merambah kota-kota seperti Tokyo, Melbourne, dan Copenhagen sebagai duta budaya, bukan sekadar bisnis. Terinspirasi dari pendekatan restoran seperti Noma yang berhasil mempertahankan keaslian dalam skala global, Mikael Jasin membangun Omakafé sebagai ekosistem budaya, bukan hanya bar minuman.
Dengan menekankan keberlanjutan, keaslian, dan inovasi sensorik, Omakafé membuka peluang kolaborasi bagi investor, institusi budaya, komunitas hospitality, dan mitra kreatif yang ingin menghadirkan kisah Indonesia ke panggung dunia.
“Omakafé terbuka untuk menjalin kolaborasi dengan investor, institusi budaya, kelompok hospitality, hingga mitra kreatif yang memiliki visi serupa: membawa kisah Indonesia ke panggung dunia, bukan lewat peniruan, tapi melalui interpretasi ulang,” tutup Mikael Jasin.