Menu

Kenapa Anak Bisa Alami Alergi Susu Sapi? Simak Penjelasan Dokter Ini Yuk Moms!

25 Agustus 2021 15:00 WIB

Ilustrasi alergi pada anak (iStock/Edited By HerStory)

HerStory, Bogor —

Moms, pernahkah kamu mendapati si kecil mengalami diare kemudian muncul bintik-bintik merah setelah diberi susu sapi? Jika pernah, sebaiknya Moms tak perlu memberikan lagi susu sapi ke anak ya, karena ini adalah tanda bahwa anak memiliki alergi terhadap susu sapi. 

Menurut Dokter Spesialis Anak dari RS MMC, Jakarta, dr. Cindy Diana Christie, Sp.A, umumnya alergi susu sapi ini akan terjadi pada anak di bawah 1 tahun dan biasanya nanti berkurang seiring bertambahnya usia. Dan, 30-40% itu manifestasinya juga berupa eksim di daerah kulit.

dr Cindy pun mengatakan, ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan anak rentan mengalami kondisi alergi susu, seperti memiliki alergi terhadap kondisi lain, memiliki riwayat dermatitis atopik, usia yang masih terlalu dini, hingga riwayat keluarga dengan kondisi alergi susu.

“Jadi alergi susu sapi itu diakibatkan oleh protein yang terkandung dalam susu sendiri. Gejalanya macam-macam, paling seirng itu adalah di saluran cerna, yaitu diare, kemudian muntah, kemudian tidak bisa BAB. Juga kemudian pada kulit paling sering itu dermatitis atopik atau eksim ya. Bisa juga terjadi biduran. Kemudian pada saluran nafas biasanya muncul sesak atau rhinitis alergi sampai bisa terjadi reaksi alergi berat atau yang kita kenal dengan anafilaksis,” tutur dr Cindy, saat menjadi pembicara dalam webinar ‘Mengenal Berbagai Alergi yang Sering Timbul pada Anak’, sebagaimana dipantau HerStory, Rabu (25/8/2021).

dr Cindy menuturkan, gejala pada alergi susu sapi yang paling sering dikhawatirkan orang tua itu adalah kolik. Jadi biasanya si anak akan mengangis lama, rewel, perutnya tampak kembung dan tidak nyaman.

Bila seorang anak didiagnosis alergi susu sapi, kata dr Cindy, selain dilakukan anamnesis atau ditanya riwayat perjalanan penyakitnya, pencatatan makanan harian, juga bisa dilakukan uji alergi oleh dokter berupa pemeriksaan IGS Spesifik ataupun reaksi uji kulit. Dan bisa juga dilakukan uji eliminasi dan provokasi.

“Untuk melihat apa anak ini alergi susu sapi atau tidak, dokter biasanya akan melakukan uji eliminasi dan provokasi. Untuk bayi dengan gejala ringan, jadi dia diberikan susu formula terhidrolisasi ekstensif. Kemudian untuk bayi yang memiliki gejala alergi berat itu bisa diberikan susu formula berbasis asam amino selama 2-4 minggu. Nanti setelah dihentikan atau dieliminasi, kemudian nanti diprovokasi kembali. Apabila gejala susu sapinya muncul kembali setelah diberikan susu sapi yang telah dihentikan beberapa waktu maka dinyatakan positif, dan itu alergi susu sapi bisa ditegakkan. Sedangkan, apabila sudah dihentikan atau dieliminasi namun diprovokasi kembali tidak timbul gejala alergi susu sapi, maka hal tersebut bukan merupakan alergi susu sapi, mungkin merupakan penyakit lainnya,” terang dr Cindy.

Lebih lanjut, dr Cindy menjelaskan, reaksi alergi susu bisa dicegah dengan menghindari berbagai asupan yang mengandung susu maupun produk turunan dari susu. Lalu, apakah anak masih bisa mengonsumsi susu? Jawabannya, iya.

Kata dr Cindy, bagi Ibu yang masih menyusi atau memberikan ASI kepada bayi, sebaiknya menghindari mengonsumsi produk susu terlebih dahulu. Hal ini karena protein dalam susu yang ibu konsumsi akan masuk ke ASI dan dapat menimbulkan reaksi alergi kepada bayi. 

“Untuk penanganan alergi susu sapi, apabila bayinya minum ASI maka ibu pantang mengonsumsi protein susu sapi dan produknya. Tapi, pada bayi yang minum susu formula, dapat diberikan susu formula terhidrolisa ekstensif, kemudian formula asam amino sampai formula kedelai. Kemudian pada anak yang sudah bisa makan kemudian masih alergi susu sapi, maka orang tua harus memperhatikan label makanan tertentu, masih mengandung susu sapi atau tidak,” tuntas dr Cindy.