Ilustrasi seseorang sedang mengalami depresi. (Unsplash/M.T ElGassier)
Masih banyak orangtua yang mendisiplinkan anak dengan melakukan hukuman fisik seperti memukul anak.
Sayangnya, bukan membuat anak jera, memukul anak justru dapat membuat anak mengalami trauma.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut bahaya memukul anak.
Anak merupakan cerminan orangtua. Bila orangtua sering memukul anak, maka anak akan bersikap agresif dan memiliki kecenderungan memukul teman sebaya saat ada masalah.
Lebih daripada itu, anak juga akan mengadopsi metode kekerasan saat dirinya dewasa dan menjadi orangtua.
Selain pukulan, kekerasan verbal seperti bentakan, teriakan, atau makian juga sama buruknya. Sehingga akan memberi kesan bahwa anak gak dicintai.
Trauma dapat terjadi akibat anak sering dipukul dan dimarahi. Dalam istilah medis, kondisi ini disebut dengan post-traumatic stress disorder (PTSD).
Penurunan kinerja otak juga bisa terjadi akibat memukul anak sehingga menjadi sulit memahami pelajaran.
Menurut studi yang diterbitkan oleh jurnal Human Brain Mapping, memukul anak dapat mengurangi gray matter yaitu jaringan penghubung abu-abu pada otak yang merupakan bagian penting untuk belajar.
Sering dipukul tentunya membuat anak takut bertemu orangtua sehingga ia memilih kabur dari rumah.
Dampak sering memukul anak berhubungan dengan kecerdasannya.