Menu

Kenapa Remaja Identik dengan Moody dan Baperan? Simak Penjelasan Psikolog Ini Moms

02 Desember 2021 16:26 WIB

Psikolog Klinis, Tara de Thouars, (Instagram/@tara_dethouars)

HerStory, Jakarta —

Moms, bagi kamu yang memiliki anak remaja, kamu perlu tahu bahwa masa remaja adalah masa dimana anak mengalami perkembangan yang pesat. Emosi yang selalu berfluktuasi selama masa remaja merupakan potensi masalah dan masalah yang harus diperhatikan oleh orang tua dan pendidik.

Psikolog Klinis, Tara de Thouars, pun menilai, masa remaja ini khas banget. Setidaknya kata dia, ada karakteristik tertentu yang amat sangat ‘remaja banget’. Tetapi karakteristik ini nantinya akan sangat bisa berpengaruh pada mood para remaja.

“Jadi ada dua karakteristik yang khas, yang pertama dari segi psikologis. Jadi kalau menurut teori perkembangan psiko-sosial, ada empat tugas utama yang harus dilalui oleh para remaja. Dan tugas utama ini harus dilalui dengan baik karena kalau tak akan mempengaruhi mood-nya,” tutur Tara, saat sesi press conference & launch ‘Hers Protex Cinnamoroll; secara virtual, sebagaimana dipantau HerStory, Kamis (2/2/21).

Tugas pertama yang harus dilalui oleh para remaja, kata Tara, adalah untuk menjadi independen. Menurutnya remaja harus bisa menjadi independen dengan positif. Dan kedua, terhadap perubahan dari segi tubuhnya, misalnya jadi berjerawat, payudaranya mulai tumbuh. Dikatakan Tara, remaja ini harus punya body image yang positif, artinya mereka harus menerima tubuh mereka dengan baik.

“Kemudian tugas yang ketiga adalah pembentukan identitas. Di sini remaja harus bisa menjawab beberapa pertanyaan tentang diri mereka, misalnya siapa sih? Aku tuh suka apa sih? Aku tuh spesialnya seperti apa sih? Apa sih yang membedakan aku dari teman-teman aku? Nah ini harus bisa dijawab dengan baik. Dan yang keempat, harus mengalami penerimaan lingkungan yang juga baik, dalam arti kan remaja ini sudah tidak lagi anak-anak, ingin memisahkan diri dari keluarganya, tetapi juga harus bisa diterima oelh lingkungannya dengan baik. Kalau keempat hal ini tidak berjalan dengan baik, nah ini akan mempengaruhi mood para remaja,” papar Tara.

Kemudian, lanjut Tara, karakteristiknya dari segi fisik. Tara bilang, ketika masa remaja pasti terjadi banyak perubahan di tubuh remaja itu sendiri, terutama dari segi hormonal.

“Di mana sudah mulai masuk ke masa apa ya ibaratnya udah nggak lagi anak-anak ya. Masuk ke fase sangat besar kemudian juga terutama untuk para perempuan ini akan mengalami menstruasi. Jadi dalam hal ini hormon itu punya pengaruh yang amat sangat besar terhadap mood. Makanya banyak yang bilang perempuan tuh kalau lagi mens, biasanya jadi sensitive, mood nya jadi swing. Jadi di sini kita bisa lihat nih, dari 2 karakteristik utama pada remaja ini sangat rentan untuk bisa mengalami perubahan mood atau mood swing atau terbawa perasaan dan bisa dibilang lebih sensitive,” jelas Tara.

Kemudian selanjutnya, kata Tara, terkait dengan penerimaan sosial. Menurut Tara, karena mereka bukan lagi anak-anak, maka mereka butuh diterima oleh lingkungan sosialnya.

“Bisa dibilang nih ketika remaja itu bisa diterima maka dia akan merasa ‘oh berarti diriku sesuai, gak ada yang salah nih sama diriku’. Tapi ternyata kalau gak diterima maka remaja ini akan merasa ‘berarti aku tuh kurang ya, aku gak disukai’. Nah ini akan sangat berpengaruh pada mood. Akhirnya remaja itu jadi baper. Segala hal yang berhubungan denga ketidakterimaan diri di lingkungan sosial, misalnya cyber bullying, nggak diajakin pergi sama temannya itu bisa bikin jadi sangat baper,” kata Tara.

Tara juga bilang, hal itupun diperkuat oleh sebuah penelitian yang masuk di jurnal penelitian tahun 2018. Yang mana dalam penelitian itu menyebut bahwa penerimaan sosial mempengaruhi psikis remaja. Artinya, secara psikologis kalau mereka diterima oleh lingkungan sosialnya, maka akan membuat kita merasa lebih baik. Sebaliknya, kalau mereka gak diterima di lingkungannya, makanakan membuat mereka down.

“Nah, kalau sosial media bagaimana, ada gak pengaruh sosial media mood? Ya ada, amat sangat ada pengaruhnya. Karena gimana pun juga, terutama Gen Z ini kan memasuki usia remaja yang sekarang ini mereka ini kan sangat digital native, dimana kesehariannya itu lebih banyak menggunakan gadget. Nah sehingga apapun yang dilihat di gadget, apapun aktivitas gadgetnya, kalau yang menunjukkan bahwa mereka tidak picking dengan lingkungan sosialnya, nah ini akan mempengaruhi moodnya. Misalnya nih, temen-temenya lagi jalan-jalan di IG Story-nya sedangkan dia nggak diajak, nah dia jadi baper. Tapi sebaliknya kalau kalau aktivitas di sosial medianya justru membuat mereka bisa fit dilingkungannya akan membuat mood-nya jadi baik,” jelas Tara.

Lebih lanjut, kata Tara, di sini bisa disimpulkan bahwa mood yang negative itu akan membuat remaja menjadi tak bisa menampilkan potensinya secara maksimal.

“Mereka jadi gak PD, jadi terganggu perkembangannya. Jangankan remaja deh, kita aja yang orang dewasa begitu mood-nya lagi nggak enak banget, jadi gak mau ngapa-ngapain. Itu makanya penting banget nih buat para remaja untuk bisa melewati masa remajanya dengan positif tanpa baper. Agar bisa menampilkan diri mereka apa adanya, dan bisa menjadi versi terbaik bagi diri mereka tanpa ada hambatan mood dan juga emosi,” pungkas Tara.