Menu

Orang Tua Diimbau Tak Ragu Bawa Anak Vaksinasi Covid-19, Dokter: Vaksin Sinovac untuk Anak Aman dan Halal!

31 Desember 2021 11:23 WIB

Ilustrasi vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 6 tahun ke atas (Shutterstock/Tatevosian Yana)

HerStory, Bogor —

Pemerintah telah memulai program vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 6 hingga 11 tahun sejak pertengahan Desember 2021 lalu. Vaksinasi ini merupakan wujud perhatian pemerintah terhadap kelompok anak-anak yang rentan menjadi silent spreader dan berpotensi menularkan Covid-19 kepada orang lain yang ada di sekitar mereka.

Terkait kondisi ter-update kasus Covid-19 pada anak sendiri, menurut Dokter Anak dari RS St. Carolus Jakarta, dr. Martina Siboe, SpA., secara in general, positif rate-nya sudah turun jauh, yakni 0,07 sampai dengan 0,5 per laporan per Desember. Ia mengatakan bahwa kasus Covid-19 dari awal pada anak itu totalnya sekitar 12% sampai 12,3%.

“Walaupun sebenarnya kasus anak itu juga nggak banyak, dan tergolong ringan, jadi 70% itu biasanya gejala ringan, tapi untuk catatan pada kasus-kasus anak dengan komorbid, contohnya anak yang kegemukan atau yang menderita diabetes mellitus, yang defiseiensi sistem imun, tentu saja kondisinya bisa lebih berat, bahkan bisa sampai sampai perawatan rumah sakit. Bisa sampai ke ICU dan lain-lain. Jadi untuk kasus anak itu, walaupun 70% ringan, tapi memang ada penyakit-penyakit yang harus diwaspadai. Jadi seperti itu. Dan untuk kasus total kematian kasus anak itu sekitar 2i total kasus kematian yang ada,” kata dr. Tina, saat sesi InstaLive “Serba-serbi Vaksin COVID-19 untuk anak 6-11 Tahun”, sebagaimana dipantau HerStory, baru-baru ini.

Lebih lanjut, mengingat kasus Covid-19 masih ada, dr. Tina pun mengimbau orang tua agar tak ragu-ragu membawa anak-anaknya melakukan vaksinasi. Kenapa vaksinasi Covid-19 untuk anak ini penting?

dr. Tina mengatakan, mendapatkan vaksin Covid-19 dapat membantu melindungi anak-anak terinfeksi Covid-19. Anak-anak yang divaksinasi juga dapat membantu melindungi anggota keluarga, termasuk saudara kandung yang tidak memenuhi syarat untuk vaksinasi dan anggota keluarga yang mungkin berisiko lebih tinggi sakit parah jika mereka terinfeksi.

“Vaksinasi juga dapat membantu menjaga anak-anak agar tidak sakit parah bahkan jika mereka terkena Covid-19. Memvaksinasi anak-anak usia 6 tahun ke atas dapat membantu mereka tetap bersekolah dan membantu mereka berpartisipasi dengan aman dalam kegiatan lainnya,” ujarnya.

Dikatakan dr. Tina, gejala klinis Covid-19 pada anak sendiri sama dengan orang dewasa, bisa ringan sampai berat, dan bahkan bisa menyebabkan kematian. Jadi, kata dr. Tina, untuk memutus penularan timbal balik ini perlu percepatan vaksinasi pada anak, terutama anak dengan mobilitas tinggi.

Namun, kata dia, ada beberapa kondisi juga dimana anak tak boleh menerima vaksin seperti yang mengidap penyakit alergi berat, autoimun yang belum terkontrol, kanker yang sedang menjalani kemoterapi/radioterapi, pasien dengan defiseiensi sistem imun yang berat, dll.

“Sebenarnya semua anak 6-11 tahun itu boleh divaksin, cuma memang ada syaratnya dan itu terkait persiapan sebelum dan sesaat divaksin. Yang gak boleh divaksin adalah anak-anak dengan penyakit kronik tertentu seperti pasien dengan keganasan, apakah dia sudah dalam keadaan stabil, apakah dia mengonsumsi obat-obatan yang menurunkan sistem imun. Kemudian, ada lagi kontraindikasi ya, anak-anak yang tidak disarankan untuk menerima vaksin, contohnya anak-anak yang mengalami alergi berat, kemudian anak-anak yang menderita penyakit Sindrom Gullian Barre, mielitis trasnversa, acute demyelinating encephalomyelitis, pasien dengan defiseiensi sistem imun yang berat, autoimun yang belum terkontrol. Jadi alangkah baiknya untuk pasien anak itu konsultasikan dulu ke dokter yang menangani,” terang dr. Tina.

dr. Tina juga bilang, tidak banyak perbedaan antara vaksin untuk anak dan dewasa. Kurang lebih sama seperti vaksin pada orang dewasa. Hanya saja, kata dia, vaksin yang disarankan sementara ialah yang platform inactivated seperti Coronavac buatan Sinovac, mengacu pada hasil penelitian. Dan, jika anak sedang mendapat vaksin lain, maka pemberian vaksin Covid-19 dilakukan minimal 14 hari setelah pemberian vaksin lain tersebut.

“Saat ini dari UEA Badan POM, ITAGI (Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional), dan rekomendasi PB-IDI, vaksinasi anak umur 6 s.d 11 tahun jenisnya Coronavac yang dikeluarkan Sinovac, dan juga Biofarma. Keduanya sama-sama jenis vaksin inaktif, jadi aman untuk diberikan, efektivitas di atas 50%, keamanannya juga untuk reaktogenesitas juga dinyatakan aman. Untuk vaksin lainnya mungkin masih nunggu rekomendasi dari Badan POM dan rekomendasi dari ITAGI. Untuk dosisnya, vaksin Coronavac ini diberikan dengan dosis 0,5 mililiter sebanyak dua kali pemberian dengan jarak antar dosis selama 4 minggu,” paparnya.

Ihwal keamanan vaksin yang akan digunakan, dr. Tina bilang, vaksin Sinovac untuk anak ini aman dan bermanfaat. Menurut dia, vaksin telah melalui berbagai uji klinis, mendapatkan emergency use authorization dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), serta telah melalui kajian ITAGI.

“Vaksin ini aman dan dapat merangsang kekebalan terhadap Covid-19 berdasarkan hasil uji klinik pada kelompok umur tersebut di Cina yang telah dipublikasi di jurnal ilmiah dan telah dikaji dengan teliti oleh BPOM dan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI),” ujarnya.

dr. Tina juga bilang, selang vaksinasi, setiap tubuh anak biasanya akan merespons pemberian vaksin secara berbeda-beda. Menurutnya, efek samping atau KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) sangat jarang dan tak berbahaya. Beberapa efek samping tersebut, di antaranya nyeri di bekas suntikan, bengkak, demam, pusing, lesu, yang akan hilang dalam satu hari hingga dua hari.

“Banyak juga menanyakan gini, sebenarnya aman gak divaksin. Kalau kita ngomong tentang vaksinasi itu ada dua hal yang kita bahas, yang pertama adalah imunogenisitas, sebenarnya seberapa tinggi efektivitas vaksin ini. Dan kedua adalah reaktogenesitas, yaitu sebenarnya aman gak sih si vaksin ini. Kalau kita bahas soal imunogenesitas, efektivitas vaksin untuk anak ini sebenarnya sesuai instruksi WHO, efektivitasnya di atas 50%. Jadi secara efektivitas oke lah. Nah sementara terkait aman gak atau apa efek sampingnya, kalau berdasarkan laporannya, reaksinya bisa bersifat lokal, seperti nyeri, bengkak, dipegang itu kayak ada benjolan gitu, bisa juga kemerahan, tapi ada juga reaksi seperti demam, lemes, ngantuk. Bahkan ada yang reaksinya lapar. Kalau soal kehalalan, kalau dari fatwa MUI untuk Sinovac sendiri udah dinyatakan halal. Jadi, so far aman dan halal ya,” tandasnya.

Semoga informasinya bermanfaat ya, Moms!

Artikel Pilihan