Menu

Hati-hati, Golongan Darah AB Rentan Pikun! Ini Penjelasannya

05 Januari 2022 15:40 WIB

Ilustrasi pikun di usia muda (Shutterstock/Edited By HerStory)

HerStory, Bandung —

Terdiri dari berbagai saraf yang kompleks, otak manusia memiliki kemampuan untuk dapat mengingat banyak kejadian. Namun, nyatanya, tak semua manusia memiliki daya ingat yang tajam.

Sejumlah penelitian pun membuktikan bahwa faktor risiko potensial kehilangan ingatan dipengaruhi oleh golongan darah. Penelitian tersebut dilakukan oleh National Institutes of Health dan Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS yang diterbitkan oleh jurnal Neurology.

Ternyata, risiko kehilangan ingatan ini dapat dialami oleh golongan darah AB lho. Tapi apakah hal tersebut benar? Yuk, simak penjelasan berikut ini, dilansir dari berbagai sumber, Rabu (5/1/2022).

Benarkah Golongan Darah AB Mudah Lupa?

Jenis darah yang dimiliki manusia tergantung pada ada tidaknya suatu protein tertentu yang bisa disebut dengan antigen dalam sel darah merah. Terdapat empat golongan darah utama, yakni tipe A, B, AB, dan O.

Selain itu, protein juga akan dipengaruhi faktor Rh yang muncul di permukaan sel darah merah dan orang tersebut akan memiliki Rh+ (positif). Menurut penelitian, terdapat jenis golongan darah yang memiliki indikasi gangguan ingatan yang buruk.

Menurut dr Mary Cushman, University of Vermont College of Medicine di Burlington, golongan darah AB memilik masalah dalam memori sehingga berisiko mengalami demensia lebih besar dari pada golongan darah lainnya.

Penelitian tersebut dilakukan dengan melibatkan 495 orang yang diantaranya memiliki masalah terkait dengan memori dan gangguan kognitif. Para peserta pun dibandingkan dengan 587 orang yang tidak mengalami kesulitan kognitif.

Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang mengalami masalah memori dan gangguan kognitif, 6 persennya memiliki golongan darah AB. Tim peneliti juga melihat bahwa adanya kadar protein darah yang membantu pembekuan darah lebih cepat sehingga mengindikasikan adanya risiko gangguan kognitif dan demensia yang jauh lebih tinggi.

Namun, para peneliti masih tetap menekankan bahwa penelitian ini memerlukan studi lebih lanjut dan masih terlalu dini untuk dapat disimpulkan dengan sempurna.

Artikel Pilihan