Menu

Kisah Inspiratif Penyintas Kanker, Eno Retno: 'Sembuh' dari Kanker Payudara, Kini Berjuang Melawan Kanker Otak

22 Agustus 2022 06:00 WIB

Eno Retno, penyintas kanker payudara dan kanker otak. (Instagram/@eno2508)

HerStory, Jakarta —

Beauty, wanita mana coba yang tak takut mendengar kata 'kanker payudara'. Mendengarnya saja sudah dibuat bergidik. Tak berlebihan karena kanker payudara merupakan salah satu kanker mematikan yang tentunya menjadi momok yang menakutkan bagi para wanita.

Ketika seseorang didiagnosa mengidap kanker maka ia akan hidup untuk melawan penyakit ganas nan mematikan tersebut. Biasanya para penderita penyakit ganas ini pun akan melakukan beberapa perawatan yang dikenal mahal. Ada yang berhasil melakukan perawatan dan berhasil mengalahkan penyakit kanker, namun ada pula yang menyerah.

Dan, salah satu sosok wanita penyintas kanker yang terbilang 'tegar' akan takdir yang diembannya ini adalah Eno Retno. Ya, Eno Retno memang bukan selebritis. Namun namanya mencuat setelah berhasil menjadi cancer survivor yang jadi inspirasi banyak orang, khususnya kaum Hawa

Diketahui, Eno, sapaan akrabnya, pernah divonis mengidap kanker payudara medio 2019 lalu. Benjolan di sekitar payudara menjadi salah satu tanda yang ia rasakan. Ia pun menyadari ada benjolan di payudaranya, tetapi ia abaikan. Lama kelamaan benjolan itu pun semakin membesar, dan menimbulkan sakit yang luar biasa.

Eno mengaku, saat itu ia  kerap denial atau tak menerima dengan kecurigaan akan kanker. Eno pun terus mengabaikannya. Sebagai ikhtiarnya kala itu, Eno mengaku sempat mendatangi beberapa pengobatan akternatif. Namun bukannya makin membaik, benjolan di payudaranya itu makin lama makin memburuk.

Sampai suatu saat ia pun akhirnya datang ke dokter onkologi atas dorongan sahabat baiknya, Aktris Diah Permatasari, hingga akhirnya pada sekitar tahun 2020 Eno pun diagnosa positif kanker payudara stadium 4B alias stadium akhir. Yang lebih ironisnya lagi, ternyata kanker yang diderita Eno sudah menyebar hingga ke seluruh tubuh bagian bawahnya.

"Dari sekitar akhir-akhir 2019 itu aku merasakan sakit dan ada benjolan. Setelah 3 bulan makin sakit, aku ke RS Siloam, udah di radiologi, ada 3 rangkaian tes, dokternya bilang saat melihat hasil USG ini kemungkinan cancer tapi gak tau ganas atau enggak karena belum di biopsy. Saat itu aku denial. Temen-temen juga ngelarang, aku juga takut, dan akhirnya aku drop. Pokoknya banyak banget pikiran, padahal jangan begitu. Setelah drop, aku coba ke pengobatan alternatif, obat smua aku beli, tapi malah makin sakit dan makin gede,” tutur Eno, saat berbincang dengan HerStory, belum lama ini.

Diakui Eno, meski awalnya sulit menerima, tetapi dukungan keluarga dan teman, serta dokter yang menanganinya turut membuat ia kuat bertahan melawan kanker dengan berbagai macam terapi sesuai protokol dokter. Sejak terdiagnosis dan mengikuti protokol dari dokter, Eno pun menjalani kemoterapi sebanyak 24 kali, juga serangkaian pengobatan lainnya. 

“Jadi sebelum memutuskan ke dokter itu aku liburan dulu ke Bali sebulan. Sepulang dari Bali itu baru ke dokter. Akhirnya dites macem-macem, hasilnya semua sampai bener-bener ada itu sebulan. Akhirnya keluar aku 4B. Tapi aku udah siap. Aku senyum aja, santai, pasrah. Kalau aku masih diberi kesempatan untuk hidup, aku bilang ke Tuhan, ‘kalau aku masih dikasih kesempatan, mudah-mudahan aku masih berguna untuk orang lain atau makhluk lain’, kayak gitu,” tukas Eno.

“Walaupun cuma senyum aja tapi itu berguna bisa bikin orang lain happy itu kita akan seneng. Nah setelah itu paradigmanya langsung berbeda. Yang dulu sibuk, ngejar ini itu, akhirnya cuma bisa seneng untuk bisa berbagi. Waktu itu possibility untuk hidupnya sendiri 5 s.d 15%. Tapi aku gak nangis, santai aja. Kalau mau sembuh ya sembuh, mau mati ya mati,” sambung Eno.

Eno merasa kankernya disebabkan karena gaya hidupnya yang tak sehat. Ia bisa merasa bebas untuk makan makanan apa saja yang ia suka, termasuk makanan berlemak dan tak sehat. Gak cuma itu, ia pun mengaku sering tidur lewat tengah malam alias begadang setiap harinya.

“Aku tidur seenaknya, tidur malem banget. Pokoknya heboh banget hidupku dulu karena kan merasa aku hebat, tapi akhirnya melupakan yang kecil-kecil seperti itu,” ujar Eno.

Walau harus bolak-balik ke Rumah Sakit, Eno nyatanya tak patah semangat. Sambil melakukan tanggung jawabnya sebagai Pialang Saham, Eno pun terus merajut asa dengan menjalani masa-masa pengobatan dengan menuliskan catatan pengalaman hidupnya melalui Instagram pribadinya @eno2508. Ia pun menginspirasi banyak orang dengan keceriaan dan ketegarannya. Dalam tiap unggahannya, ia selalu ceria dan bersemangat.

“Pas kemoterapi aja aku masih kerja. Aku kan pialang saham, dimana klienku banyak yg institusi, asuransi, dana pensiun, jadi walaupun aku punya anak buah, aku tetap memonitor. Selain itu di sela-sela pengobatan pun aku juga sering bagikan pengalaman di IG live, aku juga seneng karena banyak banget yang ternyata terinspirasi dari kisahku,” imbuh Eno.

Dan kurang lebih setahun berselang, kabar baik pun datang menghampiri Eno. Ya, dokter mengabarkan bahwa ia telah bebas dari kanker. Serangkaian  tes yang telah ia jalani menunjukkan bahwa ia dinyatakan remisi—yaitu keadaan di mana di dalam payudara Eno tak ditemukan sel kanker yang aktif lagi.

Namun, selang beberapa bulan menikmati ‘kebebasannya’ dari kanker payudara, bak disambar petir, Eno pun harus menerima kenyataan bahwa ia mengidap kanker otak

“Lagi seneng-senengnya baru sembuh, tiba-tiba ada lagi 35 titik kanker di kepala. Bayangin aja. Jadi akhirnya pasrah lagi. Jalanin aja dengan ikhlas.  Drop gak, tapi sempat shock. Are you kidding me? Ini sempet nangis, karena sakit banget. Karena aku jalan kaki aja, keseimbanganku aja ilang. Dulu pas kanker payudara sakit, tapi jalan tetap kenceng, aku masih bisa jalan-jalan. Sekarang sakit banget,” beber Eno.

Eno menuturkan, kemungkinan penyebab ia menderita kanker otak karena ia pernah melakukan implan pada giginya. Dan saat ia menjalani pengobatan kanker payudaranya dulu, ia tak menceritakan hal itu ke dokter.

“(Penyebab kanker otak) karena gigiku. Aku pernah diimplan, nah obat kemo itu sangat strong. Pas aku kemo zaman dulu, pas pertama, aku gak bilang pernah diimplan, akhirnya lama-lama dari obatnya itu menggerus, udah selesai, udah bagus, tiba-tiba gigiku sakit. Ke dokter gak pernah sembuh, abis itu di MRI, ternyata di kepalaku ada 35 titik kanker di otak,” tutur Eno.

“Setelah itu lama-lama ada infeksi dan akhirnya menjelma jadi kanker. Kanker payudara udah selesai, eh kepala kena. Dan pengobatannya mau gak mau harus diradiasi dulu sebulan, dan itu dilakukan tiap hari. Lama-lama rambutku rontok,” sambung Eno.

Jatuh bangun menghadapi 2 jenis kanker sekaligus nyatanya membuat Eno memetik satu pelajaran 'penting', bahwa medis memang jadi salah satu jalan pengobatan kanker, tapi orang tak boleh lupa bahwa tubuh tak hanya soal fisik, tetapi juga hati dan pikiran.

“Aku gak mikir bebannya. Jadi aku lupain sakitnya, aku merasa normal aja, gak difokusin sakitnya. Jalanin aja. Aku anggap sakit ini kayak flu, bisa sembuh. Gak mikir aku orang paling merana di duniai. Aku juga gak nyalahin tuhan. Karena ini kan salahku juga gaya hidup aku buruk. Jadi ya minta ampunan aja sama tuhan. Jaid akhirnya semuanya tuh ringan,” terang Eno. 

Kini, Eno pun harus terus menjalani rangkaian pengobatan medis untuk kanker otaknya. Ia pun berujar, bahwa sang putri tercintanya, Viera Permata Rosada, adalah penyemangat hidupnya dalam melawan 'monster' di kepalanya.

“Sekarang (pengobatan kanker otak) ini sudah 3 kali kemo, sekarang lebih berat, aku susah jalan, sakit. Karena mungkin karena di otak ya. Ini sekarang suara aku lagi ada, tapi tiba-tiba suka vibra. Tapi penyemangatku adalah anakku. Dia tiap hari kasih perhatian, menelepon tiap haru karena dia tinggal di Amerika. Dia yang buat aku happy. Dia anak yang baik, sukses, gak macem-macem. Jadi memang hal kecil itu tetep harus kita syukuri, jadi akhirnya aku kuat,” imbuh Eno.

Selain sang putri, yang juga seorang pegolf internasional, Eno juga mengaku bahwa sang suami pun terus memberikan motivasi kepadanya hingga akhirnya dia dapat bangkit dari keterpurukan dan menatap masa depan dengan optimis. Secara jujur Eno juga mengakui, keluarga dan teman-temannya menjadi motivasi terbesar dirinya untuk bertarung melawan kanker.

"Saya selalu merasa diberkahi karena punya suami, keluarga, dan banyak teman yang baik-baik. Selama sakit, dukungan terus mengalir seperti air, banyak yang datang, menelpon, mengirim pesan chat atau DM di Instagram, mengirim makanan sehat, buah, dan apa pun yang saya butuhkan," aku Eno.

Lebih lanjut, Eno pun berpesan kepada wanita-wanita Indonesia agar lebih aware terhadap penyakit ini dan jangan takut untuk rutin mengecek kesehatan. Menurut Eno, terkadang para wanita jarang sekali memeriksakan payudaranya padahal seharusnya setiap wanita harus memeriksakan payudaranya setahun sekali dengan melakukan USG pada payudaranya, terutama bagi wanita yang sudah dewasa. 

“Harus mulai hidup sehat, jangan menyepelekan makan yang gak sehat, jangan keseringan tidur malam-malam. Dan harus sering-sering cek kesehatan, seperti papsmear misalnya. Cek lab, itu penting. Walaupun kita gak ada apa-apa. Aku nyesel dulu gak begitu. Karena aku ngerasa kuat banget. Ternyata itu salah, tiba-tiba divonis langsung stadium akhir kan jadi ketahuannya selalu sudah terlambat,” beber Eno.

Nah Beauty, kisah inspiratif Eno Retno, cancer survivor ini seharusnya jadi pengingat bagi kita semua untuk terus hidup sehat. Selain itu, meninggalkan gaya hidup tak sehat sudah seharusnya ditinggalkan. Terakhir, jangan lupa teladani semangatnya agar sembuh ya!

Artikel Pilihan