Ilustrasi bayi yang sedang ganti popok (Today's Parent/Edited by HerStory)
Dokter Spesialis Anak, dr. Citra Amelinda, Sp.A, M.Kes, IBLC., mengatakan, seperti orang dewasa pada umumnya, bayi juga akan mengalami hari-hari dimana kulitnya akan bagus atau gak. Ya, bayi pun akan mengalami masalah kulit karena kulit bayi cenderung lebih tipis dibanding kulit orang dewasa.
Biasanya, bayi akan mengalami masalah iritasi atau ruam-ruam di area kulitnya. Apalagi jika lama tak ganti popok atau karena cuaca panas.
“Kulit bayi 30 persen lebih halus dan lebih lembut dibanding orang dewasa. Perbedaan ini dapat menjelaskan mengapa kulit bayi rentan mengalami masalah kulit seperti diaper dermatitis atau ruam popok, dan atopic dermatitis atau eksim akibat peradangan kulit,” tutur dr. Citra, saat acara Peluncuran MamyPoko Royal Soft "Softness by Nature" di Bunga Rampai, Jakarta Pusat, Selasa (23/8/2022).
Menyoal fungsi kulit bayi sendiri, dr. Citra bilang, itu hampir sama seperti kulit dewasa yakni melindungi dari sinar UV, mencegah invasi kuman, persepsi sensori. Adapun, persepsi sensori itu seperti kita tahu dalam 2 tahun kehidupan anak, motoris dan sensoris itu penting sekali.
“Jadi kalau motoris itu kekuatan otot, bergerak, sementara sensoris adalah cara bayi mengenali lingkungannya. Dan kulit adalah salah satu organ tubuh yang paling besar jadi kalau misalnya anak lagi ada ruam atau luka, maka kemampuan persepsi sensorisnya bakal terganggu selama dia ruam,” kata dr. Citra.
Nah Moms, ruam popok sendiri, kata dr. Citra, seringkali disebabkan oleh terurainya sistem lapisan lemak pada bayi akibat berkenaan dengan pembersih yang mengandung zat iritan. Padahal, sejatinya lapisan lemak tersebut merupakan lapisan pelindung bagi kulit bayi yang masih sensitif. Akibatnya, kuman dari hasil ekskresi bayi berpotensi masuk ke dalam kulit dan menyebabkan ‘perlawanan’ dari sistem tubuh bayi tersebut. Perlawanan itulah yang pada akhirnya menyebabkan iritasi.
Menurut dr. Citra sendiri, ruam pada kulit bayi sendiri ada 2 macam, yakni ruam karena bawaan hormonal (tidak bisa dihindari), dan ruam yang bisa diantisipasi seperti ruam popok dan biang keringat. Adapun, kata dr. Citra, tahapan gejala ruam sendiri adalah kulit berwarna merah biasa, atau bintik merah pada awalnya, iritasi semakin dalam, dan iIritasi disertai darah. Lantas, apa sih penyebab ruam itu?
“Penyebab ruam ada berbagai macam, seperti cuaca lembab. Karena itu, usahakan popok harus diganti setiap 4 jam, apakah itu penuh urin atau masih kosong, karena kulit di area itu juga berkeringat. Keringat dapat menyebabkan ruam dan iritasi. Lalu, penyebab ruam lainnya adalah urin yang tidak dibersihkan,” papar dr. Citra.
Untuk mencegah ruam tersebut, kata dr. Citra, salah satunya dengan memilih popok yang menggunakan bahan yang aman bagi kulit si kecil.
"Contohnya adalah popol berbahan organic cotton yang terbukti lebih lembut dan bebas bahan kimia sehingga aman bagi kulit anak kita,” ujar dr. Citra.
Ia pun lantas memaparkan sejumlah bahan yang tak boleh diaplikasikan pada kulit bayi, seperti pembersih beralkohol, minyak esensial, ataupun sabun.
Selain popok dengan bahan dasar yang aman, dr. Citra juga mengimbau orang tua untuk membeli popok dengan daya serap kuat. Sebabnya, popok berdaya serap kuat dapat membantu mencegah kulit bayi berubah benyek. Gak cuma itu, ia juga mengingatkan orang tua untuk terlebih dahulu mengangin-anginkan bayi saat sesi ganti popok dan mengaplikasikan pelembab pada bayi sebelum diangin-anginkan tadi.
“Jadi kalau misalkan pakai popok, boleh kok dikasih pelembab dulu, kemudian diangin-angin sampai kering, supaya pelembabnya dalam, baru dipopokin. Seperti itu,” tandas dr. Citra.
Terakhir, ia pun menyarankan Moms untuk segera membawa si kecil jika ruam atau iritasi yang diidap si kecil berbintik merah keunguan seperti berdah, dan ruamnya disertai nanah.
“Gak hanya itu, pastikan juga segera bawa si kecil jika kulitnya melepuh dan anak tampak rewel dan sangat gak nyaman ya, Moms,” pungkas dr. Citra.
Nah Moms, semoga artikelnya bermanfaat ya!