Menu

Jangan Salah Pilih, Susu Kental Manis Bisa Picu Anak Stunting, Begini Penjelasan Ahli...

19 Oktober 2022 20:00 WIB

Susu Kental Manis (Google / IDNTimes)

HerStory, Jakarta —

Enggak bisa dipungkiri bahwa masih banyak masyarakat yang abai terhadap asupan gizi anak. Alasan ekonomi keluarga serta pengetahuan keluarga yang minim tentang gizi dinilai menjadi penyebabnya. 

Makanya, enggak heran kalau sampai saat ini masih banyak masyarakat yang salah dalam memberikan asupan gizi untuk anak. 

Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat (KOPMAS) menemukan, di antara kesalahan konsumsi makanan dan minuman oleh anak terutama pada masa 1000 HPK adalah konsumsi susu kental manis sebagai minuman susu, kebiasaan konsumsi makanan instan, dan pemberian makanan padat untuk bayi sebelum usia enam bulan.

 “Hal menarik yang menjadi perhatian KOPMAS adalah klaim-klaim penurunan prevalensi stunting oleh sejumlah daerah, namun apabila kita melihat kondisi riil di lapangan, angka-angka tersebut menjadi enggak logis. Belum lagi bila di adu dengan data-data yang dipegang oleh kader di lapangan, dan bagaimana pola konsumsi keluarga, bagaimana penggunaan susu kental manis, apakah digunakan sebagai bahan tambahan makanan atau dijadikan pengganti susu untuk balita dan anak-anak,” ujar Yuli Supriati selaku Sekjen Kopmas pada Selasa (18/10/2022).

Ketua BKKBN Dr. (HC). dr. Hasto Wardoyo,SP.OG (K)., mengatakan Air Susu Ibu (ASI) merupakan hal-hal yang mutlak diberikan kepada anak hingga usia enam bulan.

"Setelah 6 bulan, harus diberikan MPASI. Jadi yang harus dipersiapkan oleh ibu adalah belajar membuat Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI), tapi untuk anak-anak dengan kondisi khusus, dibolehkan minum susu sesuai dengan rekomendasi dokter,” jelasnya.

Lebih lanjut, Hasto juga mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap cara konsumsi kental manis yang enggak tepat. 

“Konsumsi kental manis yang dijadikan minuman susu untuk anak harus selalu diperangi, BKKBN akan lebih banyak lagi memerangi hal hal yang enggak benar,” tegas Hasto.

Senada dengan Hasto, Plt. Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI, dr. Ni Made Diah PLD, MK., mengatakan selain melalui edukasi, Kemenkes juga melakukan pemantauan implementasi dari edukasi tersebut di lapangan. 

“Program-program Kemenkes akan diukur oleh indicator keberhasilan. Misalnya terkait pengawasan makanan anak, kita lihat persentase bayi memmperoleh ASI ekslusif. Pada masa MPASI, dipastikan apakah mengandung karbohidtrat, protein, dan yang pasti enggak ada susu kental manisnya. Kader-kader kesehatan harus memonitor itu,” jelas Diah. 

Diah juga menegaskan, Kemenkes bersama BPOM juga telah mengumumkan bahwa susu kental manis bukan merupakan golongan susu untuk mengantisipasi agar masyarakat enggak salah memilih susu dalam memberikan MPASI untuk anak. Dengan demikian, upaya-upaya pencegahan stunting dapat dioptimalkan untuk mengejar target penurunan stunting.  

Sebagaimana diketahui, permasalahan stunting dan gizi buruk di Indonesia menjadi Pekerjaan Rumah yang belum dapat diatasi, dimana angka stunting masih cukup tinggi yaitu sekitar 24 persen lebih. Pemerintah menunjuk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai pelaksana perecepatan penurunan angka stunting nasional dengan target penurunan menjadi 14 persen di tahun 2024.

Artikel Pilihan