Menu

Dukung Petani dan UMKM, Asosiasi Rempah Nasional Ingin Kembalikan Kejayaan Rempah Indonesia, Gimana Caranya?

09 November 2022 18:00 WIB

Asosiasi Rempah Nasional. (Press Release)

HerStory, Jakarta —

Seperti yang kita tahu, Indonesia dikenal sebagai penghasil rempah terbesar di dunia. Para pedagang dari berbagai negara bahkan berlomba-lomba datang ke Indonesia untuk mencari sumber rempah-rempah

Rempah-rempah khas Indonesia, seperti lada, pala, cengkeh, jinten, kayu manis, lengkuas, jahe, kunyit, dan lain sebagainya ini bukan hanya dapat dimanfaatkan sebagai bumbu penyedap masakan saja, lho.

Rempah-rempah juga bisa diolah menjadi berbagai macam produk turunan seperti parfum, kosmetik, essential oil (minyak aromaterapi), dan dapat dijadikan sebagai obat herbal yang dipercaya bisa menyembuhkan berbagai jenis penyakit. 

Meski sempat mengalami masa kejayaan, tapi daya saing rempah Indonesia di pasar global saat ini tergolong cukup rendah dibandingkan negara-negara lainnya, seperti Malaysia, India, thailand maupun Vietnam yang relatif lebih baru dalam mengenal rempah. 

Untuk mengembalikan lagi kejayaan Indonesia sebagai negara penghasilan rempah, pada 2021 lalu pemerintah telah menetapkan 11 Desember sebagai Hari Rempah Nasional. 

Sebagai salah satu langkah konkret mendukung hal tersebut, maka sejumlah pelaku usaha membentuk Asosiasi Rempah Nasional (Asrenal) yang mewadahi para pelaku usaha baik petani, pelaku UMKM maupun pebisnis yang bergerak di sektor komoditas rempah dan turunannya di seluruh Indonesia.

“Zaman dulu Indonesia dikenal dengan kejayaannya sebagai penghasil rempah-rempah, tapi sekarang mulai tenggelam. Maka ini yang ingin kami bangkitkan kembali supaya masyarakat dunia, khususnya para pembeli di luar negeri tahu bahwa rempah Indonesia tetap ada dan berkualitas,” ujar Ketua Umum Asosiasi Rempah Nasional Titi Jusup Maksudi dalam keterangan resminya. 

Titi Jusup mengatakan bahwa sebetulnya masih banyak pembeli dari luar negeri yang tertarik dengan komoditas rempah Indonesia. Namun, mereka kesulitan untuk mengakses langsung pembelian rempah dari para pelaku usaha maupun petani. 

Berangkat dari hal tersebut maka Asosiasi Rempah Nasional menggandeng Maya Miranda Ambarsari Pemilik usaha PT Teknologi Cakra Internasional untuk membentuk aplikasi yang khusus untuk jual beli produk rempah dan turunannya. 

“Dengan adanya aplikasi ini maka para petani, koperasi, maupun pelaku usaha komoditas rempah akan lebih dimudahkan menjual produk mereka secara langsung ke pembeli, baik di dalam negeri maupun luar negeri tanpa harus melalui tengkulak,” jelasnya. 

Enggak hanya membantu dalam proses pemasaran melalui aplikasi digital, Asosiasi Rempah Nasional juga akan melakukan pendampingan dan bimbingan kepada para pelaku usaha yang menjadi anggotanya untuk menghasilkan produk rempah berkualitas, termasuk membuat packaging yang menarik, hingga mengatur keuangan dalam berbisnis. 

Pasalnya, semua produk yang akan diperjualbelikan di aplikasi tersebut sudah melewati proses kurasi. Artinya, hanya produk berkualitas dengan packaging menarik saja yang bisa diupload sehingga di sinilah tugas asosiasi dalam melakukan pendampingan. 

“Dengan kita memperbaiki dari hulunya maka ini akan dapat mendorong kualitas dan daya saing rempah nasional yang pada akhirnya dapat mengembalikan kejayaan rempah Indonesia sekaligus memperbaiki ekonomi para petani dan pelaku usaha rempah-rempah dan membawanya go internasional,” terangnya. 

Maya yang juga menjadi Pendiri sekaligus Ketua Dewan Pengawas Asosiasi Rempah Nasional ini pun siap mendukung pengembangan potensi rempah nasional dengan menghidupkan kembali jalur rempah secara langsung dan melalui pemanfaatan teknologi digital. 

“Dengan adanya asosiasi ini maka memberi kesempatan kepada kita semua bahwa sudah ada satu wadah sebagai payung yang enggak hanya mengakomodir produk-produk rempah Indonesia tetapi juga membantu para petani dan pelaku usaha melalui pemanfaatan teknologi digital sehingga dapat memperluas pangsa pasar baik di dalam maupun luar negeri,” tutupnya.

Artikel Pilihan