Menu

Kesenjangan Gender Global Masih Jadi Urgensi, L’Oreal-UNESCO For Women in Science Dukung Peneliti Wanita, Siapa Saja Pemenangnya?

10 November 2022 20:55 WIB

Pemenang L’Oréal-UNESCO For Women In Science 2022 (L'Oreal Indonesia/Edited by HerStory)

HerStory, Jakarta —

Sebagai dukungan atas kiprah para peneliti wanita peneliti Indonesia di bidang sains, L’Oréal Indonesia kembali menggelar kegiatan L’Oréal-UNESCO For Women in Science. Tahun ini, ada empat peneliti wanita yang berhasil memenangkan pendanaan riset senilai Rp100 juta. 

Kegiatan ini dicetuskan karena masih ada kesenjangan gender global yang signifikan di semua bidang ilmiah. Pada 2021, UNESCO mencatat bahwa persentase perempuan peneliti di dunia hanyalah 33,3%. Sementara di Indonesia, menurut Survei Angkatan Kerja Nasional 2020, hanya 3 dari 10 wanita Indonesia yang berkarir di bidang sains, teknologi, teknik dan matematika (STEM).

“Minimnya jumlah perempuan peneliti di Indonesia salah satunya juga disebabkan oleh penurunan jumlah perempuan yang menempuh pendidikan tinggi. Data Statistik Pendidikan Tinggi 2020 Kemendikbud mencatat bahwa jumlah perempuan yang menempuh pendidikan tinggi terus menurun signifikan pada setiap jenjang. Jumlah mahasiswi Strata 1 adalah 897.731, Strata 2 60.906 dan tersisa 5.245 mahasiswi pada jenjang Strata 3. Dengan kata lain, drop rate jumlah mahasiswi dari Strata 1 ke Strata 3 adalah sekitar 99,4 persen,papar Dr. Itje Chodidjah, M.A. selaku Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dalam konferensi pers: L’Oreal-UNESCO for Women in Science 2022 yang diselenggarakan secara virtual hari ini (10/11/2022).

Gak cuma itu, Beauty, wanita yang berkarir di dunia sains masih menghadapi berbagai rintangan seperti gender bias, diskriminasi, hingga kekerasan seksual yang masih terus berlangsung hingga saat ini. Para peneliti wanita terus membuktikan peranan penting mereka dalam berbagai bidang penelitian. 

L’Oréal-UNESCO For Women in Science yang bertekad untuk mendorong dan membantu lebih banyak perempuan muda menekuni dan berkarir di bidang sains, mengapresiasi dan mendukung kontribusi para perempuan peneliti agar penurunan ini bisa dihentikan. 

“Sejak 2004, L’Oréal Indonesia juga telah bermitra dengan KNIU dan berbagai asosiasi serta komunitas ilmiah untuk mendukung lebih banyak lagi perempuan peneliti berprestasi agar dapat ikut serta secara setara dalam memecahkan berbagai permasalahan, khususnya yang terjadi di Indonesia. Melalui program ini, kami mengajak mereka yang percaya pada kesetaraan untuk bergabung bersama kami dalam meningkatkan kesadaran akan tantangan yang dihadapi oleh perempuan peneliti,” kata Fikri Alhabsie, Corporate Responsibility Director L’Oréal Indonesia.

Diketuai oleh Prof. Dr. Endang Sukara, sembilan jajaran juri L’Oréal-UNESCO For Women in Science tahun ini merupakan guru besar dari berbagai universitas dan institusi ternama. Terdapat keempat peneliti wanita yang dianugerahkan gelar L’Oréal-UNESCO For Women in Science 2022 National Fellows adalah sebagai berikut:

  • Novalia Pishesha, Ph.D., peneliti dari Harvard Medical School, Harvard University

Malaria menyebabkan 600.000 per tahun karena vaksin dan obat-obatan Malaria saat ini tidak cukup. Menghadapi masalah tersebut, Novalia berusaha untuk mengurangi angka kematian dengan memanfaatkan nanobody atau VHH dari Camelid family. Untuk menguji efikasinya, penelitian medis akan dilakukan.

  • Nurhasni Hasan, Ph.D.,Apt, dosen dan peneliti dari Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin

Nurhasni, melalui penelitiannya, ingin memberikan pilihan baru pengobatan kanker paru-paru. Hal ini ia lakukan dengan mensintesis antikanker berbasis nitric oxide yang dikombinasikan dengan senyawa antikanker dari bahan alam dan menggunakan smart novel system dengan bentuk inhalasi sederhana. Ia berharap penelitiannya dapat meningkatkan efisiensi pengobatan dan mengatasi berbagai kekurangan dari terapi konvensional pengobatan kanker. 

  • Rindia Maharani Putri, Ph.D., peneliti dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung

Rindia memanfaatkan cangkang biosilika dari mikroalga jenis Diatom sebagai drug delivery untuk obat-obatan seperti insulin. Diatom memiliki dinding sel yang dapat memproteksi obat yang dienkapsulasi dalam porinya dan meningkatkan permeasi ke sel. Namun, saat ini penelitian mengenai manfaat dinding sel tersebut masih terbatas.

  • Anastasia Wheni Indrianingsih, Ph.D., peneliti dari Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan, Badan Riset dan Inovasi Nasional 

Anastasia merancang adsorben pad agar masa simpan makanan segar dapat lebih panjang. Adsorben pad yang ia buat terbuat dari bahan bioselulosa, nanopartikel perak dan ekstrak bunga telang yang memiliki sifat antibakteri dan antioksidan. Untuk mencapai tujuannya, ia melakukan karakterisasi kimia, fisika, dan aktivitas uji antibakteri pada proses pembuatan adsorben pad.

Artikel Pilihan