Ilustrasi organ reproduksi wanita. (Unsplash/Dainis Graveris)
Setidaknya tujuh klinik medis di Inggris menjual 'tes keperawanan' yang kontroversial ditemukan oleh sebuah investigasi dari 'BBC Newsbeat' dan '100 Women'.
Selama tes, seorang praktisi memeriksa vagina wanita tersebut untuk melihat apakah selaput dara masih utuh dan menentukan apakah dia telah melakukan hubungan intim.
Tes tersebut legal di Inggris, tetapi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berjuang agar tes tersebut dilarang, dengan mengatakan bahwa tes tersebut melanggar hak asasi manusia.
WHO sendiri mengklaim bahwa mengetahui apakah seorang wanita sudah pernah berhubungan intim dari selaput daranya adalah hal yang enggak mungkin. Tes tersebut dapat membahayakan kesehatan mental dan fisik wanita.
BBC menemukan 21 klinik swasta yang menawarkan layanan 'perbaikan keperawanan'. Ketika BBC bertanya, tujuh orang membenarkan bahwa mereka menawarkan "tes keperawanan". Ini dihargai antara £150 dan £300 ($Rp2,8 juta sampai Rp5,6 juta).
Menurut WHO, wanita dipaksa menjalani tes dalam banyak kasus. Ini bisa dilakukan oleh orang tua, majikan, atau calon mitra (untuk melamar pekerjaan).
Bukti keperawanan terkadang diperlukan untuk pernikahan. Dalam beberapa budaya, konsep keperawanan menentukan kebajikan, kehormatan, dan nilai sosial wanita, menurut WHO.
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.