Ilustrasi wanita saat merasakan nyeri menstruasi. (Freepik/wayhomestudio)
dr. Liva juga mengatakan bahwa tak sedikit masyarakat yang berpikir jika obat herbal lebih baik untuk dikonsumsi karena tak mengandung bahan kimia di dalamnya.
"Kan herbal, Dok. Kan enggak bahan kimianya. Di (obat) herbal itu juga ada (bahan) kimianya. Jangan salah sangka, obat-obatan yg kita minum kan awalnya dari zat yang ditemukan di herbal-herbal itu, lalu dikembangkan secara kimiawi," jelasnya.
Selain itu, menurut dr. Liva, gangguan haid itu memiliki penyebab yang beragam dan bukan kelainan hormon saja. Jadi, belum tentu obat herbal mengatasi masalah tersebut.
"Kedua, gangguan haid itu kan penyebabnya beragam, bukan hanya masalah hormon saja. Jadi, belum tahu kandungan apa di dalam obat herbal yang bisa mengatasinya. Justru ada seseorang yang minum obat herbal dan ternyata berpengaruh buruk pada indung telurnya," kata dr. Liva.
Lebih lanjut, dr. Liva menjelaskan bahwa mengonsumsi herbal buatan sendiri itu boleh, asalkan enggak berlebihan. Namun, untuk obat herbal yang dijual bebas di pasaran sebaiknya dihindari.
"Kalau (obat) herbalnya, misalnya air jahe, boleh engga, Dok? Ya boleh saja kalau dosisnya enggak berlebihan," tutur dr. Liva.
"Tapi, untuk obat herbal yang macam-macam dan enggak jelas lebih baik enggak usah ya. Beli obat herbal itu enggak murah loh. Nanti sudah keluar uang, tapi enggak ada efektivitasnya untuk tubuh. Rugi," sambungnya.
Nah Beauty, jika kamu mengalami gangguan haid, lebih baik melakukan pemeriksaan langsung dengan ahlinya daripada mengonsumsi obat herbal yang belum jelas manfaatnya, ya!
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.