Ilustrasi cuaca ekstrem tengah melanda beberapa negara di dunia, salah satunya Indonesia. Udara panas yang dirasakan sedikit berbeda dari biasanya. (iStock/Pheelings Media)
Paparan terus-menerus terhadap polusi udara juga dapat menyebabkan peningkatan risiko perubahan pigmentasi kulit, seperti hiperpigmentasi atau peningkatan produksi melanin.
"Hal ini dapat menyebabkan memudahkan timbulnya masalah bintik atau bercak gelap pada kulit yang terpapar secara langsung dengan polutan," jelas dr. Arini.
Paparan polutan seperti hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) dan senyawa organik volatil (VOC) dapat mengganggu fungsi penghalang alami kulit. Hal ini mengompromikan kemampuannya untuk menjaga kelembapan, menyebabkan kulit kering, iritasi, dan penghalang kulit yang terganggu yang rentan terhadap kerusakan lebih lanjut dari faktor eksternal.
"Kualitas udara yang buruk juga berkontribusi pada peningkatan risiko penuaan dini dan kerusakan kulit," jelasnya.
Polutan udara, seperti partikel halus (PM2.5) dan polutan oksidatif, dapat merusak kolagen dan elastin dalam kulit, menyebabkan keriput, garis halus, dan kehilangan kekencangan kulit.
"Jadi kulit harus dilindungi ekstra seperti rutinitas perawatan kulit yang mencakup membersihkan kulit, melembabkan, dan melindungi kulit dari faktor-faktor di lingkungan. Membersihkan kulit secara teratur, terutama di lingkungan perkotaan, dapat membantu menghilangkan polutan yang terakumulasi pada kulit," tutup dr. Arini.
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.
Share Artikel:
Lihat Sumber Artikel di Suara.com
Konten Sindikasi: Artikel ini merupakan kerja sama HerStory dengan Suara.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi artikel yang tayang di website ini menjadi tanggung jawab HerStory.