Menu

Polusi Udara Makin Buruk, Ketahui Bahaya Bagi Kesehatan Anak dan Cara Melindunginya Moms! Catat Baik-baik Ya!

20 Juni 2023 18:40 WIB
Polusi Udara Makin Buruk, Ketahui Bahaya Bagi Kesehatan Anak dan Cara Melindunginya Moms! Catat Baik-baik Ya!

Ilustrasi anak batuk. (Freepik/prostooleh)

HerStory, Jakarta —

Hingga kini, salah satu masalah lingkungan yang terjadi di Indonesia adalah polusi udara yang semakin memburuk. Tentu saja ini bisa menyebabkan permasalahan pada kesehatan khususnya remaja dan anak-anak karena sistem kekebalan imun tubuh yang masih dalam tahap perkembangan.

Apakah si kecil juga merasakan dampak dari polusi udara ini Moms?

Belum lama ini, dikabarkan sejumlah wilayah di DKI Jakarta dan Tangerang Selatan mengalami peningkatan polusi. Laporan ini mengacu pada laman IQ Air di mana indeks kualitas udara di titik-titik wilayah tersebut menunjukkan indikasi tak sehat.

Meningkatnya polusi udara ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan terhadap saluran pernapasan anak. Pasalnya bagian terbesar dari paru-paru anak akan tumbuh setelah ia lahir. Sekitar 80 persen kantung udara kecil (alveoli) mereka berkembang setelah lahir.

Alveoli adalah tempat terjadinya transfer oksigen ke darah yang menopang kehidupan. Paru-paru dan alveoli belum sepenuhnya tumbuh sampai anak-anak menjadi dewasa. Selain itu, pertahanan tubuh yang membantu orang dewasa melawan infeksi masih berkembang pada tubuh anak. Anak-anak memiliki lebih banyak infeksi pernapasan daripada orang dewasa, yang tampaknya juga meningkatkan kerentanan mereka terhadap polusi udara.

Para orangtua juga harus memahami apa saja dampak dari paparan polusi udara yang terus-menerus kepada anak dan cara mengatasinya ya Moms. Berikut bahaya polusi udara bagi anak dan cara melindunginya.

Bahaya Polusi Udara Bagi Anak

1. Mempengaruhi sejak dalam kandungan

Beberapa penelitian telah menemukan polusi udara terkait dengan bahaya pada anak-anak saat mereka masih dalam kandungan.

Polusi udara kemungkinan berkontribusi pada hampir 6 juta kelahiran prematur dan hampir 3 juta bayi dengan berat badan kurang atau tak ideal pada tahun 2019, menurut studi beban penyakit global dan meta analisis yang mengukur efek polusi dalam dan luar ruangan di seluruh dunia.

Analisis dalam jurnal PLOS Medicine tahun 2021 tersebut menyatakan pandangan paling mendalam tentang bagaimana polusi udara memengaruhi beberapa indikator utama kehamilan, termasuk usia kehamilan saat lahir, penurunan berat lahir, berat lahir rendah, dan kelahiran prematur. Dan itu adalah studi penyakit beban global pertama dari indikator ini untuk memasukkan efek polusi udara dalam ruangan, kebanyakan dari kompor masak, yang menyumbang dua pertiga dari efek terukur.

Ada juga studi di Boston, Amerika Serikat (AS), yang menemukan bahwa ibu hamil yang terpapar polusi partikel tingkat rendah sekalipun memiliki risiko lebih tinggi untuk melahirkan prematur.

Kelahiran prematur terjadi lebih sering ketika polusi partikel melonjak, seperti yang ditemukan oleh sebuah penelitian di Australia, bahkan ketika faktor risiko lainnya telah dikendalikan.

2. Memicu asma

Penelitian yang ditulis oleh Susan Anenberg, profesor kesehatan dari George Washington University menunjukkan bahwa terdapat hampir dari dua juta kasus baru asma terjadi pada anak-anak setiap tahunnya. Hal ini berhubungan dengan polusi udara yang dialami di kota-kota besar di seluruh dunia.

Bayi yang tinggal di daerah dengan polutan udara yang tinggi memang lebih rentan mengalami asma. Kondisi ini juga meningkatkan jumlah kunjungan ke dokter oleh bayi dan anak dengan masalah asma dan meningkatkan penggunaan obat asma, termasuk inhaler.

3. Membatasi pertumbuhan paru-paru anak

Studi di AS dalam The New England Journal of Medicine tahun 2004 mengamati efek jangka panjang dari paparan polusi udara pada anak-anak dan remaja. Melacak 1.759 anak-anak yang berusia antara 10 dan 18 dari tahun 1993 hingga 2001, para peneliti menemukan bahwa mereka yang tumbuh di daerah yang lebih tercemar menghadapi peningkatan risiko penurunan pertumbuhan paru-paru, yang mungkin tak akan pernah pulih sepenuhnya. Penurunan rata-rata fungsi paru-paru mirip dengan dampak tumbuh di rumah dengan orang tua yang merokok.

Beberapa studi kesehatan masyarakat menunjukkan efek yang kurang jelas namun serius dari paparan ozon sepanjang tahun, terutama untuk anak-anak. Para peneliti memantau 500 mahasiswa Universtas Yale, AS, dan menemukan bahwa hidup hanya 4 tahun di wilayah dengan tingkat ozon yang tinggi dan polutan terkait dikaitkan dengan penurunan fungsi paru-paru dan seringnya laporan gejala pernapasan.

Laporan lain sebelumnya dari study Children’s Health terhadap 3.300 anak sekolah di Southern California, AS, menemukan penurunan fungsi paru-paru pada anak perempuan penderita asma dan anak laki-laki yang menghabiskan lebih banyak waktu di luar ruangan di daerah dengan tingkat ozon yang tinggi.

4. Memengaruhi kinerja otak

Dikutip dari laman Time, Senin (19/6/2023), studi menunjukkan bahwa polusi udara dapat berdampak buruk pada pikiran anak sejak dalam kandungan. Menurut studi, paparan partikel polusi udara pada ibu hamil bisa langsung meracuni otak janin yang sedang berkembang karena mampu melintasi plasenta.

Satu tinjauan ilmiah dalam jurnal Cognitive and Behavioral Neurology tahun 2020 mencakup banyak penelitian yang menghubungkan antara paparan polusi udara dengan fungsi kognitif yang lebih rendah pada anak-anak. Studi lainnya telah menemukan hubungan antara paparan polusi udara dan gejala kecemasan serta depresi.

5. Mempengaruhi perkembangan saraf

Dilansir laporan meta analisis "Ambient Air Pollution: Health Hazards to Children" dalam jurnal Pediatrics tahun 2021, data mekanistik, studi kohort besar yang dirancang dengan baik, dan tinjauan sistematis dari beberapa studi mendukung kekhawatiran yang meningkat akan efek polusi udara, sebagian besar polusi udara terkait lalu lintas, pada sistem saraf pusat yang sedang berkembang.

Tinjauan sistematis dari studi epidemiologi menunjukkan bukti saat ini terkuat untuk pajanan hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) sebelum atau sesudah kelahiran terhadap penurunan fungsi neurokognitif dan untuk PM2.5 untuk meningkatkan risiko gangguan spektrum autisme. Ada juga beberapa penelitian yang mengungkapkan hubungan gangguan spektrum autisme dengan nitrogen dioksida (NO2).

Studi peneliti mempelajari hubungan antara polutan udara dengan risiko attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) lebih sedikit dan memiliki hasil yang tak konsisten.

Menariknya, pengurangan polusi PAH setelah penutupan pembangkit listrik tenaga batu bara di China dilaporkan menyelesaikan penurunan yang diamati sebelumnya pada perkembangan motorik dan keseluruhan hasil bagi anak-anak di daerah tersebut, sehingga menunjukkan efek kesehatan masyarakat yang positif dimungkinkan dengan peningkatan kualitas udara masyarakat.

Studi tentang kemungkinan hubungan antara perkembangan neurokognitif dan pajanan setelah kelahiran terhadap polusi udara mencakup fokus pada pajanan berbasis sekolah. Studi-studi ini menunjukkan efek merugikan dari polusi pada ukuran keberhasilan akademik dan perkembangan neurobehavioral. Pertumbuhan perkembangan kognitif yang dinilai dengan penilaian berulang juga telah terbukti dipengaruhi secara negatif oleh paparan kontaminan udara terkait lalu lintas di sekolah.

Secara keseluruhan, terlepas dari heterogenitas dalam penilaian paparan dan metrik hasil, literatur saat ini menunjukkan bahwa paparan polutan udara sekitar dan polusi udara terkait lalu lintas pada awal kehidupan, terutama selama kehamilan, kemungkinan berperan dalam asal-usul gangguan perkembangan saraf pada anak-anak. Paparan pasca kelahiran juga dapat memengaruhi perjalanan perkembangan saraf normal.

6. Memicu pneumonia

Dilansir dari laman Unicef, sekitar 50% kematian akibat pneumonia anak terkait dengan polusi udara. Di Indonesia sendiri, lebih dari 19.000 anak balita meninggal akibat pneumonia pada tahun 2018 atau sekitar lebih dari dua anak setiap jamnya.

Pneumonia sendiri merupakan kondisi radang paru-paru akut yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme. Pneumonia biasanya ditandai dengan demam, batuk, napas cepat, muntah, diare, dan nafsu makan menurun.

7. Kanker

Salah satu efek kesehatan jangka panjang dari polusi udara terhadap kesehatan anak adalah kanker.

Polusi udara sekitar dan beberapa konstituennya telah diidentifikasi sebagai karsinogen manusia yang secara khusus dikaitkan dengan peningkatan risiko leukemia pada anak.

Pada tahun 2013, International Agency for Research on Cancer secara terpisah mengklasifikasikan polusi udara luar ruangan dan PM sebagai karsinogen manusia, selain knalpot mesin diesel dan bensin serta beberapa nitroarena.

Studi metaanalisis telah menemukan peningkatan yang signifikan dalam risiko leukemia pada anak-anak terkait dengan kedekatan lalu lintas dan pom bensin dengan tempat tinggal pada periode pasca kelahiran. Namun, peningkatan risiko leukemia tak terkait dengan paparan yang sama pada periode sebelum melahirkan.

Polutan spesifik NO2 dan benzena telah dikaitkan dengan leukemia pada masa kanak-kanak. Hubungan antara polusi udara dan kanker pada masa kanak-kanak lainnya sulit untuk dinilai pada metaanalisis karena kurangnya studi.

Mengingat bukti yang muncul mengenai hubungan antara pajanan pasca kelahiran terhadap polusi terkait lalu lintas dan kanker anak, penelitian berkelanjutan diperlukan untuk mengonfirmasi temuan ini dan memeriksa jenis kanker anak lainnya dalam kaitannya dengan kedekatan lalu lintas dan polutan tertentu.

8. Meningkatkan risiko kematian mendadak

Polusi udara juga berkontribusi pada meningkatnya risiko kematian mendadak pada bayi atau yang juga dikenal dengan istilah SIDS (Sudden Infant Death Syndrome).

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa paparan karbon monoksida dan nitrogen dioksida dalam jangka pendek berhubungan erat dengan meningkatnya kasus SIDS. 

Pasalnya, saluran pernapasan pada bayi dan balita masih berkembang dan belum mampu untuk menyaring udara yang masuk. Dengan begitu, bayi sangat rentan untuk mengalami SIDS apabila menghirup terlalu banyak polutan berbahaya di lingkungannya.

Cara Melindungi Anak-anak dari Polusi Udara

Baca Juga: Dokter Spesialis Anak Spill Cara Efektif untuk Cegah Meningitis pada Si Kecil, Moms Harus Tahu!

Baca Juga: Gak Takut Polusi, Ini 4 Rekomendasi Masker Wajah Hempas Kusam dan Bikin Kulit Segar, Cuss Langsung Coba!

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.

Share Artikel:

Lihat Sumber Artikel di Akurat

Konten Sindikasi: Artikel ini merupakan kerja sama HerStory dengan Akurat. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi artikel yang tayang di website ini menjadi tanggung jawab HerStory.

Oleh: Azka Elfriza