Simbol pita peduli kanker. (pinterest/freepik)
Dengan tantangan kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan, ditambah dengan terbatasnya fasilitas pelayanan kanker dan dokter spesialis kanker (onkolog), semakin mendorong kesenjangan dalam hal angka kejadian, kematian, dan angka ketahanan hidup pasien kanker di daerah-daerah terpencil.
"Kami berharap dengan mengimplementasikan model ECHO, kami akan dapat memperluas pelayanan dan penanganan kanker yang berkualitas ke lebih banyak wilayah, terutama di wilayah-wilayah di mana pelayanan kanker masih terbatas," ujar dr. R. Soeko W. Nindito D., MARS, Direktur Utama Pusat Kanker Nasional Dharmais.
Model ECHO menggunakan pendekatan berbagi-pengetahuan (knowledge sharing) antara para ahli di rumah sakit pengampu (hub) dan klinisi di daerah yang diampu (spoke), di mana para tim ahli akan memberikan pendampingan klinis secara virtual, untuk mengamplifikasi kapasitas penyedia pelayanan kesehatan untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat yang belum terlayani di wilayah atau komunitas masing-masing.
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.