The 7th Indonesian Society of Cataract and Refractive Surgery (INASCRS) Biennial Meeting (Herstory)
Kebutaan dapat menurunkan kualitas hidup dan produktivitas seseorang karena ketidakmampuan untuk melihat akan menyebabkan keterbatasan dalam menjalani aktivitas sehari-hari, kesulitan dalam menjalani pendidikan, keterbatasan dalam meraih peluang kerja.
Selain itu juga meningkatkan risiko terjadinya gangguan mental karena keterbatasan mobilitas dan aksesibilitas menimbulkan perasaan terisolasi dari masyarakat. Transplantasi kornea atau keratoplasti menjadi harapan baru bagi mereka yang mengalami kebutaan akibat kerusakan kornea untuk dapat kembali melihat dunia melalui suatu prosedur bedah untuk mengganti lapisan kornea yang rusak atau sakit dengan kornea sehat dari donor.
Sebelum melakukan tindakan transplantasi mata, pasien diharuskan untuk berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter spesialis mata subspesialis kornea, lensa dan bedah refraktif untuk pengujian lebih lanjut dan untuk memastikan apakah terapi diperlukan.
Secara garis besar transplantasi kornea terbagi atas transplantasi kornea total (penetrating keratoplasty), di mana seluruh lapisan kornea diganti dengan yang baru, dan transplantasi kornea sebagian (lamellar keratoplasty), di mana hanya sebagian lapisan kornea yang terganggu akan diganti.
Dr. dr. Johan A. Hutauruk, Sp.M (K), MD, Advisors INASCRS dan Ketua INACORS mengatakan, “Kebutuhan akan donor kornea sangat tinggi di Indonesia. Namun, kurangnya edukasi dan kesadaran untuk menjadi donor kornea serta keterbatasan fasilitas kesehatan yang memadai menyebabkan kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan donor kornea. Sebagai perhimpunan dokter spesialis katarak dan bedah refraktif, kami memiliki visi untuk menurunkan angka kebutaan akibat katarak dan kerusakan kornea di Indonesia melalui berbagai program, pelatihan dan kerjasama penelitian bagi para anggota kami.”
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.