Ingrid Siburian, Presiden Direktur dan Country Chair Shell Indonesia, baru-baru ini menarik perhatian publik setelah hadir dalam rapat Komisi XII DPR RI. Dalam kesempatan tersebut, ia memberikan penjelasan mengenai penggunaan zat aditif dalam pengolahan minyak, khususnya bahan bakar minyak (BBM) yang diproduksi oleh Shell. Sebagai seorang pemimpin di perusahaan energi global, Ingrid berbicara dengan tegas bahwa penambahan zat aditif ini bertujuan untuk meningkatkan nilai (value) dari produk BBM tanpa mengurangi kualitasnya. 

Berkat kehadirannya di rapat Komisi XII DPR itu, banyak orang penasaran dengan sosok Ingrid, siapakah perempuan tersebut? Cusss simak profilnya berikut ini.

Perjalanan Karier Ingrid Siburian di Shell

Ingrid Siburian telah bergabung di Shell Indonesia sejak 1 Juli 2022, ketika ia menjabat sebagai Presiden Direktur dan Country Chair. Sebelumnya, Ingrid memiliki perjalanan karier yang panjang dan cemerlang di Shell, baik di Indonesia maupun secara global. Sebagai Presiden Direktur, Ingrid bertanggung jawab penuh atas pengembangan dan pengelolaan bisnis Shell di Indonesia, serta memastikan bahwa strategi perusahaan tetap selaras dengan tujuan dan kebutuhan pasar energi Indonesia.

Sebelum menjabat sebagai Country Chair di Indonesia, Ingrid juga mengemban peran penting sebagai Wakil Direktur untuk bisnis Mobility Shell Indonesia. Dalam posisi tersebut, Ingrid memiliki tugas strategis untuk mengembangkan dan memperluas jaringan SPBU Shell di Indonesia, yang terus berkembang pesat.

Karier Ingrid di Shell tidak hanya terbatas di Indonesia. Sebelum kembali ke tanah air, Ingrid berkarier di Shell London, di mana ia mengisi posisi sebagai Network Planning Manager untuk bisnis Mobility. Tak hanya itu, Ingrid juga pernah ditugaskan di Global Network Center of Excellence di London sebagai Senior Strategy Manager sejak tahun 2011. Peran tersebut memberinya kesempatan untuk mengelola dan merancang strategi jaringan global Shell, memperdalam wawasan internasional, serta memperkuat kemampuan strategisnya dalam mengelola operasional perusahaan di berbagai negara.

Setelah pengalaman global yang kaya, Ingrid kembali ke Indonesia dan melanjutkan kariernya dengan mengambil peran sebagai Vice President Network untuk Indonesia, Singapura, dan Hong Kong. Ini memperlihatkan betapa tinggi kepercayaan Shell terhadap kemampuannya dalam mengelola operasional di kawasan Asia Pasifik.

Pendidikan Inggrid

Ingrid Siburian adalah seorang lulusan y dari University of Oregon. Ia meraih gelar sarjana di bidang Marketing pada tahun 1995, dan dua tahun kemudian ia menambah keahliannya dengan meraih gelar Master of Business Administration (MBA) dengan spesialisasi di bidang Keuangan (Finance). Pendidikan akademis yang kuat ini menjadi landasan bagi Ingrid dalam menghadapi tantangan bisnis yang kompleks dan memimpin Shell Indonesia menuju kesuksesan.

Klarifikasi dari Ingrid Siburian Tentang Zat Aditif dalam Pengolahan Minyak

Dalam rapat Komisi XII DPR RI, Ingrid turut memberikan klarifikasi mengenai isu penggunaan zat aditif dalam pengolahan minyak. Ia menjelaskan bahwa penambahan zat aditif pada bahan bakar minyak Shell bukanlah untuk mengurangi kualitas, melainkan untuk meningkatkan value (nilai) produk tersebut. Ingrid menekankan bahwa kualitas oktan pada BBM Shell tetap terjaga, bahkan dengan adanya zat aditif. Hal ini menjadi bukti komitmen Shell terhadap inovasi yang terus berkembang, tanpa mengabaikan kualitas dan kepuasan pelanggan.

Pernyataan Ingrid dalam rapat tersebut memberikan pemahaman yang lebih jelas mengenai upaya Shell dalam menghadirkan produk yang tidak hanya berkualitas, tetapi juga bermanfaat bagi konsumen dan lingkungan. Sebagai pemimpin yang visioner, Ingrid Siburian memegang teguh prinsip transparansi dan kualitas, yang menjadi fondasi bagi Shell dalam menjalankan bisnisnya di Indonesia.

Baca Juga: Tampil Percaya Diri, Bianca Balti Bersolek dengan Cantik di Red Carpet Pasca Kemoterapi dengan Kepala Botak

Baca Juga: Bisa Buka Lapangan Pekerjaan, Intip Yuk Kisah Inspirasi dari Ina Widiyandini Pemilik Ina Cookies